Jumat, 22 Maret 2013

RENDEZVOUZ


Tiba-tiba saja kakiku tak bisa ku gerakkan . Terpaku di atas lantai keramik berwarna cokelat persis di depan toko roti langgananku . Lututku serasa goyah dan gemetar . Aku tertegun menatap ke seberang sana........
Seorang pemuda berbalut mantel kehitaman sedang berdiri tegak di ujung mataku . Ia sama tertegun menatap ke arahku . Ia juga tak bergerak dan hanya terpaku di tempatnya .
Aku hanya tak ingin mempercayai pemandangan di ujung sana . Namun apa yang kulihat sekarang memang sebuah kenyataan yang tak boleh ku abaikan . Sosok itu benar-benar dirinya . Ia memang Bagas !
Aku meratap pada Tuhan saat itu juga . Takdirkah atau Tuhan sengaja ingin menguji perasaanku . Kenapa aku mesti dipertemukan lagi dengan orang yang pernah hadir dalam hidupku , lantas menghilang begitu saja tanpa berita . Selama bertahun-tahun pula .
Tak banyak yang berubah darinya . Ia masih setampan yang dulu . Hanya saja raut mukanya lebih tegas dan dewasa .
Bagaimana kabarnya sekarang ? Apa yang telah terjadi padanya lima tahun terakhir ? Kenapa saat itu ia menghilang begitu saja tanpa pernah mengirimi ku secuil kabar ? Dan .... masihkah ia mencintaiku seperti dulu ?
Beribu pertanyaan mengendap di kepalaku . Rasanya ingin meledak . Tapi bibirku tak sanggup untuk berkata meski hanya untuk sekedar berucap "hai" sekalipun .
Aku pernah sangat mencintainya , juga sekaligus membencinya . Setelah ia mencampakkanku tanpa setitik harapan . Andai ia tahu betapa aku sangat menderita setelah ia menghilang begitu saja dari hidupku . Pernahkah itu melintas dalam pikirannya ? Mungkin tidak !
Aku pernah menghabiskan beberapa tahun dalam hidupku bersamanya . Membagi canda , tawa , dan masa-masa remaja yang terindah . Tapi itu dulu . Sebelum ia menghilang tanpa alasan . Masih pantaskah aku memaafkan orang seperti dia ?
Entahlah , tiba-tiba saja perasaan dendam yang pernah membara di dalam dadaku surut seketika saat aku melihat sosoknya berdiri beberapa jengkal di hadapanku . Amarah dan benci yang pernah menumpuk segunung dihatiku turut meleleh begitu ia hadir kembali menampakkan dirinya .
Aku masih mencintainya ! begitu suara hatiku berkata . Benarkah ? Nyatanya aku masih menemukan kekaguman yang mendalam pada sosok itu . Andai aku punya keberanian , mungkin aku sudah berlari ke dalam pelukannya dan melupakan semua yang telah terjadi . Tapi alas sepatuku sepertinya sudah melekat erat pada permukaan lantai . Itu kenapa aku tak melakukannya sejak tadi .
Aku ingin bertanya banyak padanya sekaligus mengadukan semua penderitaan yang pernah ku alami karena kepergiannya . Tapi tampaknya Tuhan tidak memberikan kekuatan dan energi sedikitpun padaku untuk bisa melakukan keinginanku .
Mendadak mataku perih . Segumpal kabut telah turun dan menutupi pandanganku dari Bagas .
Jangan sekarang , batinku . Aku tidak ingin menumpahkan air mata setetespun sekarang ini di hadapannya . Aku tidak ingin tampak lemah dan rapuh dihadapannya . Meski aku tak sekuat yang tampak diluar .
Ia hendak melangkahkan kakinya ke arahku . Karena sudah cukup lama kami diam dan saling tertegun menatap satu sama lain . Mungkin ia hendak menyapaku terlebih dulu , sebelum kami sama-sama bosan dan meninggalkan tempat itu tanpa berbincang terlebih dulu .
" Maaf membuatmu terlalu lama menunggu....."
Suara itu terdengar di telingaku tiba-tiba . Membuatku tercekat sekaligus menghentikan gerakan kaki Bagas yang hendak melangkah ke arahku .
"Yuk kita pulang ."
Tangan Damar menyambar genggamanku sesaat kemudian . Menghancurkan drama pertemuan antara aku dan Bagas . Laki-laki itu membuatku terpaksa mengikuti langkahnya pergi meninggalkan teras toko roti . Aku menoleh ke arah tempat Bagas berdiri dan masih menemukan pemuda itu terpaku disana dengan raut terkejut .
Maafkan aku Bagas , batinku sedih . Orang tuaku yang telah menjodohkan aku dengan Damar tanpa sepengetahuanku . Dan kamu juga telah meninggalkan aku tanpa kalimat putus .
Antara kita pernah saling memiliki , tapi takdirlah yang menentukan . Aku pernah mencintaimu dan sekarangpun masih mencintaimu . Tapi cintaku padamu tak lebih besar dari cintaku pada Damar.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar