Sabtu, 02 Maret 2013

KOPI


"Italy ?!" pekik Sandra menunjukkan keterkejutannya . " Kamu mau jadi barista ? Lucu sekali . Apa kamu lebih mencintai kopi ketimbang aku ? " tanya gadis itu kemudian . Lebih bernada menyindir .
Bimo mendesah pelan . Ia mulai bisa meraba arah pemikiran kekasihnya . Tak mudah untuk meyakinkan gadis itu .
"Aku cuma pergi setahun . Apa kamu nggak bisa menungguku selama itu ?" Bimo menatap wajah Sandra yang tampak diliputi keresahan .
Sandra tersenyum pahit .
"Dalam setahun banyak yang bisa terjadi Bim ."seru Sandra . "Aku atau kamu bisa bertemu siapapun yang bisa merusak hubungan kita ."tandasnya .
Bimo tersenyum mendengar kecemasan yang terlontar dari bibir Sandra .
"Apa yang kamu takutkan ? Aku selingkuh ?" tanya Bimo masih dengan senyum tipis tersungging di ujung bibirnya . "Aku bukan tipe orang seperti itu , San . Kamu tahu sendiri kan bagaimana aku . " Tangan Bimo mencengkeram pundak Sandra erat . Mencoba memberi penjelasan .
"Tapi aku tetap nggak setuju kamu pergi ."tegas Sandra .
"Begitu egoiskah cintamu padaku ?" tanya Bimo menyudutkan posisi Sandra .
"Ya." sahut gadis itu tegas dan cepat . "Kalau kamu tetap ingin pergi berarti kita putus . "imbuhnya lagi dengan nada mengancam .
Bimo tercengang . Sandra sedang memberinya sebuah dilema . Sulit untuk Bimo memilih . Dua-duanya sama penting dalam hidupnya .
"Sandra... kamu tahu kan , sejak dulu aku ingin sekali menjadi barista . Harusnya kamu mendukungku bukan memberiku pilihan sulit seperti ini . Aku sayang kamu , San...."
Sandra mendengus kesal .
"Terserah kamu , pilih yang mana ."ucap Sandra enteng . Ia sengaja memberi pilihan yang sulit agar Bimo tetap tinggal disisinya , terlebih ujian akhir nasional akan segera dimulai . Sandra ingin agar Bimo ada saat kelulusan nanti.....
"Aku akan pilih dua-duanya ."tukas Bimo tegas .
Sandra kaget . Namun jawaban Bimo justru membuatnya bertambah kesal .
"San.... sekali ini saja. Beri aku kesempatan...."ratap Bimo memohon pengertian Sandra .
"Terserah !" seru Sandra menyerah . Gadis itu mengakhiri perdebatan dan bergegas dari tempat duduknya lantas berlari kedalam rumah . Ia merasa tercampakkan begitu saja oleh Bimo kala itu .
~~~~~~
Sandra tertegun di sudut perpustakaan . Matanya tak lagi fokus ke buku di hadapannya . Padahal buku itu susah payah ia temukan , terselip diantara buku-buku ekonomi yang bercenti-centi tebalnya .
Pikirannya sedang melayang terbang menembus dimensi waktu . Berkelana mencari-cari sisa kenangan yang pernah ia ukir bersama seorang laki-laki bernama Bimo .
Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat . Nyaris dua setengah tahun , dan belum ada kabar sama sekali tentang Bimo .
Bukan salah Bimo jika tak mengirim kabar ,tapi keegoisan Sandra yang patut di kambing hitamkan . Bukankah Sandra yang memberi pilihan kala itu . Dan kepergian Bimo mengukuhkan berakhirnya hubungan diantara keduanya . Apa lagi yang mesti disesali olehnya ?
Sandra mulai mengerti setelah kepergian Bimo . Sifat keras kepala dan keegoisannya telah menghancurkan hatinya sendiri .
Bimo......
Apa kabarnya laki-laki itu , desah Sandra . Apa mungkin ia masih menyimpan perasaannya untuk Sandra ,meski secuil ? Tapi mana mungkin , sedang gadis-gadis Italy jauh lebih cantik ketimbang dirinya . Masih banyak gadis diluar sana yang bisa mengerti profesi Bimo dan tak seegois dirinya . Jika dipikir kembali , Sandra akan menemukan dirinya terjebak dalam sebuah kecemburuan tak berarti . Mencemburui kopi lebih tepatnya . Mana mungkin Bimo lebih mencintai kopi ketimbang dirinya .
Tapi semua sudah berakhir dengan hebat dan menyisakan luka hitam dihatinya . Memaksa Sandra menutup pintu hatinya rapat-rapat . Gadis itu memilih menyibukkan diri dengan kesibukan kampus , belajar dan membaca buku di perpustakaan . Seolah ia membangun sebuah sekat tipis antara dirinya dan kehidupan diluar sana .
"Maaf , perpustakaan akan tutup sebentar lagi ."
Sandra terbangun dari lamunannya ketika seorang petugas perpustakaan datang dan memberitahu jika tempat itu akan ditutup dalam waktu beberapa menit lagi . Memaksa gadis itu untuk segera angkat kaki dari perpustakaan .
~~~~~~
Sandra melangkahkan kaki-kakinya dengan gerakan gontai . Hari ini kakaknya tak bisa menjemput karena sedang terbaring di rumah sakit . Dan sepulang dari perpustakaan ia berencana mengunjungi kakaknya barang sebentar sekaligus membawakannya cheese cake .
Langkah-langkah gontai itu tiba-tiba saja terhenti ketika berada tepat di depan sebuah coffee shop . Mata Sandra tak berkedip menatap bangunan mungil itu . Karena tempat itu memaksa ingatannya kembali tertuju pada Bimo .
Mungkin Bimo juga akan membuka sebuah coffee shop sepulang dari Italy , batin Sandra . Namun sekuat tenaga ia segera menepis pikiran-pikiran tentang Bimo . Karena ia akan semakin terluka jika terus-menerus mengingat sebaris nama itu .
Tiba-tiba gadis itu tersadar manakala mendengar dering ponselnya . Pasti kakaknya sudah tak sabar ingin mencicipi cheese cake . Gadis itu berbalik dan bersiap melangkah , namun....
"Kamu nggak mau masuk?"
Teguran halus itu menghentikan pergerakan kaki Sandra . Ia berbalik dan mendapati sesosok tubuh telah berdiri dihadapannya .
Sandra tercekat . Kaget luar biasa setelah mengetahui pemilik suara itu adalah Bimo .
Gadis itu tak bisa mengucapkan sepatah katapun .
"Apa kabar ?" tanya Bimo kemudian . Mencoba merangkai komunikasi yang tampaknya sulit dilakukan oleh Sandra .
"Baik ."jawab Sandra pendek . Kaku dan terkesan canggung . Seolah itu bukan Sandra yang biasanya .
"Aku juga baik ."tandas Bimo memberitahu keadaan dirinya . " Kamu nggak mau masuk ke kafeku ?" tawar Bimo kemudian .
Oh , ternyata tempat itu adalah milik Bimo ?batin Sandra . Kebetulan sekali .
" Nggak usah . Mungkin lain kali saja ."tolak Sandra pelan . Ia benar-benar tak begitu mahir menyembunyikan kecanggungannya di hadapan Bimo .
Bimo tak menyahut . Namun ia bisa menangkap berkas-berkas kecanggungan dari balik sorot mata gadis itu . Ia menyadari begitu banyak perubahan pada diri Sandra . Mungkin waktu yang mengubahnya .
"Sayang !"
Teriakan itu membuyarkan segalanya . Seorang gadis berparas cantik tiba-tiba saja keluar dari dalam coffee shop dan menghambur ke dekat Bimo .
Sandra terperangah kaget . Sebuah pukulan berat mendadak menghantam dadanya manakala melihat gadis itu mendekat ke arah Bimo dan sebuah panggilan sayang terlontar dari bibir merahnya . Hati Sandra hancur berkeping-keping saat itu juga .
Gadis itu membalikkan tubuhnya manakala dirasakannya sebutir air mata hendak jatuh ke atas pipinya . Ia melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu tanpa menoleh lagi ke belakang.
Ternyata bukan kopi yang membuatku cemburu kali ini , tapi gadis itu .... gumam Sandra di sela isaknya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar