Senin, 10 Februari 2014

ROMANTISME PERJODOHAN


Tembang recycle "Mantan Terindah" yang dinyanyikan Raisa mengalun merdu dari cd player dikamar Icha. Gadis itu tampak melamun seraya menerawangkan pandangan matanya keluar jendela yang sedang terbuka. Sementara hujan sedang mengguyur riuh diluar sana. Menerbangkan pikiran gadis berambut panjang itu entah kemana.
Namun beberapa menit kemudian lamunan gadis itu jatuh berantakan manakala terdengar suara menegurnya.
"Cha! Lagi ngapain?"
Icha melenguh pelan. Lagi-lagi cowok sialan itu mengganggunya.
Yudhis tampak menyembulkan kepalanya dipintu kamar Icha. Cowok itu melongok kedalam kamar dan menemukan Icha sedang termangu sendirian di sudut seraya menekuk kedua lututnya.
"Gue laper nih..."keluh Yudhis meminta perhatian Icha.
"Gue kan udah bilang gue nggak bisa masak. Kenapa loe nggak beli aja diluar,"sahut Icha santai.
"Loe liat sendiri kan diluar lagi ujan deras,"timpal Yudhis tidak mau kalah. "Lagian tugas seorang istri kan masak buat suaminya. Kalo nggak bisa masak loe kan bisa browsing di internet atau belajar sama mama."
Icha mendengus. Gadis itu mematikan mesin playernya beberapa detik kemudian.
"Kenapa loe nggak nyewa pembantu aja daripada bawel kayak nenek-nenek ompong gitu,"tukas Icha cepat. "Lagian siapa juga yang mau menjadi istri loe. Perjodohan kita kan bukan gue yang mau,"imbuhnya sinis.
Duh, batin Yudhis sambil menggaruk-garuk kepalanya. Nih cewek kerjaannya ngajak berantem melulu. Bisa-bisa perang dunia dimulai lagi.
"Loe bener sih, gue juga nggak mau jadi suami loe,"balas Yudhis menyerang Icha. "Tapi gue laper banget nih..."
"Didapur cuma ada mie instant sama sayuran doang. Loe bikin mie rebus sana gih,"suruh Icha kemudian.
"Loe jadi cewek males banget,"olok Yudhis kesal. Bukannya dia yang menyuruh dibuatkan makanan, tapi kenapa ia yang malah balik disuruh, gerutunya. "Ntar gue aduin mama baru tahu rasa loe,"ucapnya setengah mengancam.
"Hei!"teriak Icha terbangun dari duduknya. Gadis itu bermaksud mengejar Yudhis yang telah duluan menutup pintu kamarnya dan hendak pergi.
"Loe mau apa?"tegur Yudhis pura-pura. Cowok itu sedang melenggang dengan santainya kearah dapur.
"Dasar penjilat!"maki Icha sambil menimpuk punggung Yudhis tanpa ampun.
"Awwww...."Yudhis meringis menerima pukulan Icha. Ternyata cewek bertangan kurus itu punya tenaga luar biasa juga, batinnya.
"Makanya jangan macem-macem sama gue,"ujar Icha mendahului langkah Yudhis. Gadis itu membuka lemari dapur dan mengambil dua bungkus mie instant. "Loe mau rasa apa? Mie goreng atau soto?"tawarnya beberapa detik kemudian.
Yudhis geleng-geleng melihat Icha. Ternyata ancamannya mempan juga.
"Terserah,asal nggak pake sawi aja,"sahut Yudhis.
"Heh, mie instant tuh banyak bahan kimianya. Jadi harus diimbangin dengan sayuran,"cerocos Icha cerewet.
"Iya gue juga tahu,"tukas Yudhis sewot. "Loe kayak nenek-nenek ompong aja, cerewetnya minta ampun,"makinya membalas olokan Icha tadi.
Icha tak membalas kali ini. Gadis itu sibuk menyalakan kompor lantas merebus air. Sedang Yudhis menuangkan bumbu mie nstant kedalam mangkuk meski tanpa disuruh.
Mereka berdua memang selalu begitu. Semenit berantem, semenit akur. Susah menyatukan keduanya.
Meski mereka telah berstatus sebagai suami istri, namun kehidupan mereka lebih seperti teman kadang juga lawan.
Perjodohan tanpa cinta. Begitulah awal dari semua ini......

~~~@@~~~

"Mama??!"
Icha memekik kaget saat mendapati mama Yudhis telah berdiri didepan pintu rumahnya dengan kantung-kantung belanjaan yang tampak menggantung di tangannya. Sungguh, ini kejutan yang sama sekali tidak ia harapkan.
"Kamu lagi ngapain?"cecar mama Yudhis seraya menerobos masuk kedalam. Memperhatikan sekeliling ruang tamu dan ruang tengah. Lantas mama Yudhis melangkah ke dapur dan meletakkan belanjaannya diatas meja makan.
"Mama tadi mampir ke supermarket deket sini, jadi sekalian aja belanja buat kamu,"ujar mama Yudhis. Dengan cekatan tangannya mengeluarkan belanjaan dari dalam kantung. Sementara Icha berusaha membantunya.
"Harusnya mama nggak usah repot-repot kayak gini,"sahut Icha berbasa-basi.
"Oh ya Cha, bantuin mama masak. Kamu kupas bawang dan sayurannya. Biar mama nyiapin daging ayamnya,"suruh mama Yudhis bersiap memasak.
"Tapi Yudhis nggak suka sayur Ma,"sahut Icha seraya melaksanakan perintah mama Yudhis.
"Tuh anak emang susah dibilangin,"gerutu mama Yudhis. "Tapi mama berusaha memaksa dia untuk makan sayur. Mau nggak mau."
Disaat mereka tengah berbincang, tiba-tiba saja Yudhis muncul. Cowok itu baru saja pulang dari tempat kerja.
"Loh, mama kok ada disini,"ucap Yudhis setengah terkejut.
"Kenapa? Kamu nggak suka mama datang,"celutuk mamanya sewot.
"Ya nggak gitu Ma,"sahut Yudhis kelabakan.
"Bukannya kamu sering bilang sama mama kalau Icha nggak bisa masak. Makanya mama datang sekalian ngajarin dia masak,"tandas mama Yudhis sembari tangannya sibuk memotong-motong daging ayam.
Icha melotot pada Yudhis saat mendengar aduan mama Yudhis perihal dirinya. Sedang Yudhis pura-pura tidak melihat kearah Icha.
"Kalian akur-akur aja kan?"sentak mama Yudhis beberapa detik kemudian. Karena anak dan menantunya saling diam.
"Tentu aja akur,"sahut Yudhis cepat manakala mamanya menatap keduanya. "Ya kan sayang?"tanya Yudhis seraya merangkul pundak Icha mesra.
Icha yang tidak menduga akan diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum senatural mungkin.
"Kalau gitu cepet bikinin cucu buat mama,"tandas mama Yudhis lagi. Membuat Yudhis dan Icha kaget setengah mati.
"Ma, kami kan baru menikah sebulan. Masa langsung punya anak sih,"protes Yudhis. "Lagian kami kan belum siap."
"Biar mama nanti yang merawat anak kalian,"usul mama Yudhis membuat keduanya panik.
"Nggak bisa gitu dong Ma,"seru Yudhis ngotot. "Kami masih ingin menikmati semuanya berdua. Apalagi kami nggak sempat pacaran dulu,"imbuh Yudhis mencari alasan. Dan Icha merasa terselamatkan untuk sementara waktu karena mama Yudhis menunjukkan penerimaannya atas alasan yang diajukan putranya.
"Baiklah baiklah..."sahut mama Yudhis kemudian. Mengalah akan sikap anaknya.
"Mama mau menginap disini?"tanya Yudhis mengalihkan topik.
"Nggak usah. Ntar yang ada mama ganggu kalian,"cetus mama Yudhis. "Oh ya Yud, jagain Icha baik-baik. Mama nggak mau mendengar kamu menyakiti hati Icha atau bikin dia nangis. Kamu harus janji sama mama,"ucap mama Yudhis kemudian.
Yudhis dan Icha saling berpandangan untuk beberapa saat usai mendengar permintaan mam,a Yudhis. Ini janji toh?
"Iya Ma,"ucap Yudhis terbata. "Yudhis janji."

~~~@@~~~

"Jadi loe ngadu sama mama kalo gue nggak bisa masak?"protes Icha geram. Padahal mobil mama Yudhis baru saja keluar dari pintu gerbang rumah mereka.
"Emang kenyataannya gitu. Masa gue bilang kalo loe pinter masak padahal loe nggak bisa masak,"bela Yudhis sengit.
"Ya nggak usah diceritain dong sama mama,"tukas Icha kesal. "Terus maksud loe apa ngerangkul gue tadi? Loe sengaja nyari kesempatan kan?"
Yudhis ternganga mendengar pertanyaan Icha.
"Eh, gue tadi kan cuma pura-pura biar mama nggak curiga sama kita. Atau loe lebih suka kalo gue bilang yang sebenernya? Kalo tiap hari kita berantem terus?"Yudhis balik menyerang Icha dengan tampang serius.
Icha mendesah berat.
"Tapi loe nggak perlu ngerangkul gue kayak gitu...."
"Loe kan istri gue, ya nggak pa pa dong. Lagian itu kan cuma akting didepan mama doang,"ucap Yudhis bermaksud kabur kekamarnya.
"Dasar anak mama,"olok Icha menggerutu.
Gadis itu merasa dipermainkan oleh Yudhis. Eh, tapi tadi Yudhis kan sudah berjanji pada mamanya tidak akan menyakiti hati Icha.
"Loe tadi kan udah janji sama mama nggak akan nyakitin hati gue,"seru Icha sebelum Yudhis berhasil masuk ke kamarnya.
Yudhis terhenti persis didepan pintu kamarnya.
"Emang kapan gue nyakitin hati loe?"pancing Yudhis dengan nada malas.
Icha tak merespon. Tiap hari berantem dengan Yudhis dan tak pernah menang. Percuma melanjutkan perdebatan yang nanti ujung-ujungnya berakhir pada olok-olok nenek ompong.
"Loh... mau kemana? Nggak mau berantem sama gue?"tanya Yudhis heran. Karena Icha malah membalikkan tubuhnya 180 derajat.
"Gue mau tidur,"balas Icha malas. Gadis itu menutup pintu kamarnya beberapa detik kemudian.
"Dasar tukang tidur,"gumam Yudhis kesal. Cowok itu masuk kedalam kamarnya setelah melihat Icha masuk kedalam kamarnya sendiri.
Selama ini mereka memang tidur terpisah. Makanya saat mama Yudhis meminta cucu, mereka kalang kabut. Dan yang lebih parahnya lagi mereka menyembunyikan hubungan mereka yang kelewat buruk. Sampai kapan mereka akan seperti itu?

~~~@@~~~

Yudhis heran. Sepulang dari tempat kerja harusnya Icha sudah menyiapkan makanan untuknya. Tapi meja makan masih kosong. Hanya ada beberapa butir buah jeruk dan apel disana yang kemarin dibawa oleh mama Yudhis.
Yudhis beranjak pergi ke kamar Icha. Pasti ia ketiduran atau lupa kalau ia punya tanggung jawab untuk mengurus suami.
"Cha...."teguran Yudhis tersendat. Sedianya ia ingin mengomeli gadis itu habis-habisan namun demi melihat sikap Icha ia mengurungkan niatnya semula.
Icha tampak menelungkupkan wajahnya ke atas bantal. Terdengar suara tangisnya sesenggukan.
Yudhis kaget. Tak biasanya Icha seperti itu. Meskipun mereka pernah bertengkar hebat, tapi tak pernah sekalipun Icha meneteskan air matanya. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Loe kenapa?"tanya Yudhis kalem. Cowok itu menghampiri tempat tidur Icha lantas mengusap kepala gadis itu perlahan sampai akhirnya Icha bangkit dan memperlihatkan wajahnya pada Yudhis. Tampaklah kedua matanya yang merah karena sembab. Sama sekali tak terbersit dalam hati Yudhis untuk memancing pertengkaran dengan Icha demi melihat kondisi gadis itu.
"Gue sedih banget Yud,"keluh Icha masih dengan sesenggukan. Air matanya kembali turun kepipi.
"Iya tapi kenapa?"desak Yudhis tak sabar.
"Gue udah dikhianati Yud,"tutur Icha. Gadis itu mengusap air mata yang jatuh ke atas pipinya. "Padahal gue sayang banget sama dia..."
Hah? Yudhis hanya bisa melongo mendengar pengakuan gadis itu. Ia tak berkomentar. Namun ia ingin mendengar penjelasan yang lebih detail lagi dari mulut Icha.
"Gue tadi buka facebook dia, dan gue baru tahu kalo dia udah punya cewek lain. Pantesan sms dan telpon gue nggak pernah dibales. Mention gue di twitter juga nggak dibales. BBM apalagi...."ungkap Icha. Kali ini ia tak lagi sesenggukan. Nada suaranya terdengar kesal dan wajahnya tampak kecewa.
"Padahal dia bilang ke gue kalo dia sayang banget sama gue. Dan dia juga bersedia nunggu gue sampai berpisah dari loe. Tapi dia mengkhianati gue, Yud. Padahal cuma dia satu-satunya cowok yang gue sayang,"lanjut Icha kembali. Dengan nada melankolis.
Yudhis menghela nafas. Permasalahan cinta, batinnya maklum.
"Sekarang gue mesti gimana?"tanya Icha menyentak kediaman Yudhis.
"Ya gimana lagi,"timpal Yudhis cuek. "Lupain dia. Kan dia udah punya cewek lain,"imbuhnya enteng.
"Nggak bisa. Gue sayang banget sama dia..."
"Terus loe mau apa?"tanya Yudhis. "Loe udah punya suami. Harusnya loe mikirin suami loe yang kelaparan ini. Bukannya ngurusin cowok lain,"tandas Yudhis sewot.
Icha jadi tersadar kalau harusnya ia menyiapkan makanan untuk Yudhis seperti biasa. Tapi waktunya telah tersita untuk menangisi mantan kekasihnya.
"Loe pesen pizza aja. Gue males masak,"ucap Icha seraya kembali berbaring.
"Gue nggak doyan pizza. Gue mau loe masak buat gue,"sahut Yudhis setengah memaksa.
"Tapi gue lagi sedih dan nggak mood masak. Loe masak mie instant sana gih,"suruh Icha tak kurang akal.
"Bukannya loe bilang mie instant banyak bahan kimianya,"timpal Yudhis tak mau kalah.
Aaarrggghh!
Icha menggerutu kesal.
"Dasar nenek-nenek ompong bawel,"olok Icha geram. Gadis itu bangkit dan bergegas pergi ke dapur untuk memasakkan makanan untuk Yudhis yang bawelnya minta ampun itu.
Kena loe, batin Yudhis girang. Akhirnya ia yang memenangkan pertempuran kali ini. Icha memang mudah sekali dikalahkan dalam perdebatan.

~~~@@~~~

"Yang ini bagus nggak?"tanya Icha seraya mematut sebuah gaun biru muda dan berpotongan simple di tubuhnya. Dari tadi ia sibuk memilih-milih gaun didalam butik. Sedang Yudhis menunggunya dengan tidak sabar. Pasalnya Yudhislah yang berinisiatif mengajak Icha jalan-jalan di mal untuk menghilangkan kegalauan hatinya. Tapi ternyata Icha hanya berkutat di butik itu sejak sejam yang lalu hanya untuk memilih sepotong pakaian saja.
"Ya udah, loe pilih aja sesuka hati loe,"tandas Yudhis enggan.
"Beneran ini bagus?"ulang Icha masih tampak ragu.
"Iya, yang itu juga nggak pa pa,"sahut Yudhis kesal. "Loe cepetan dikit dong, gue udah laper nih,"suruhnya kemudian.
"Bawel banget sih,"gerutu Icha. Gadis itu bergegas melangkah ke kasir untuk membayar pakaian yang dibelinya sebelum Yudhis bertambah marah.
Usai keluar dari butik, sedianya mereka akan makan di food court. Tapi Yudhis sudah tidak tahan ingin ke toilet, jadinya cowok itu menyuruh Icha untuk mennggunya didepan pintu toilet.
"Gue kebelet nih,"keluh Yudhis dengan ekspresi panik. Ia telah bersiap kabur ke toilet.
"Ya udah, loe ke toilet sana gih. Gue tunggu disini,"ucap Icha santai.
"Tunggu gue didepan pintu toilet. Jangan kemana-mana,"pesan Yudhis sebelum pergi ke toilet.
Sepuluh menit kemudian Yudhis keluar dari dalam toilet. Namun ia tak mendapati Icha didepan pintu toilet. Cowok itu celingak celinguk mencari Icha kesekeliling tempat itu, tapi hasilnya nihil. Icha tak ada.
Yudhis mencoba menghubungi nomor ponsel Icha tapi hasilnya juga mengecewakan. Icha tak mengangkat panggilan Yudhis.
Kemana sih tuh anak, batin Yudhis mulai cemas. Apa mungkin dia diculik?
"Yud!!"
Teriakan itu terdengar lantang didekat telinga Yudhis. Hampir saja jantungnya copot karenanya.
"Sorry, gue tadi abis dari toilet. Abisnya loe lama banget sih,"ucap Icha seolah tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Yudhis menghela nafas. Kesal bukan main.
"Loe nggak tahu betapa paniknya gue tadi?!"seru Yudhis kesal. "Kalo loe diculik gimana?"
Icha melongo. Namun sejurus kemudian gadis itu terkekeh. Diculik? batinnya geli.
"Loe tuh aneh Yud,"ujar Icha masih seraya tergelak. "Mana ada orang yang mau nyulik gue siang-siang gini? Di dalam mal lagi...."
Yudhis tak ikut tertawa seperti yang dilakukan Icha. Cowok itu masih tampak geram dengan sikap Icha tadi.
"Loe marah sama gue?"tanya Icha seraya meneliti raut mukaYudhis yang ditekuk.
"Gue nggak marah,"elak Yudhis sewot. "Ngapain juga marah sama nenek-nenek ompong kayak loe."
"Huh dasar!"maki Icha sambil menimpuk punggung Yudhis dengan kepalan tinjunya. Menyebabkan cowok itu menjerit kesakitan.
"Rasain loe,"gumam Icha puas.

~~~@@~~~

"Beneran loe tadi panik gara-gara gue menghilang?"tanya Icha begitu mereka berdua sampai dirumah.Icha langsung memasukkan es krim yang ia beli tadi di supermarket kedalam lemari es.Sementara Yudhis hendak masuk kedalam kamarnya.
Hari sudah malam dan gelap. Sementara hujan mulai turun diluar sana. Sesekali kilat dan petir menyambar di angkasa. Beruntung mereka telah sampai dirumah sebelum hujan benar-benar mengguyur bumi.
Yudhis mendengar pertanyaan Icha. Tapi cowok itu malas menanggapinya, karena bahan perbincangan seperti itu bisa berbuntut perdebatan.
"Loe masih marah sama gue?"
Mendadak Icha muncul dibalik pintu kamar Yudhis. Tepat disaat cowok itu hendak melepas tshirt-nya.
"Loe apa-apaan sih?"bentak Yudhis kaget melihat kemunculan Icha dikamarnya. "Masuk kekamar orang seenaknya....."
"Duh.. galak amat,"olok Icha kalem. "Dasar nenek-nenek ompong,"imbuhnya lagi.
"Loe keluar sana. Gue mau mandi nih,"suruh Yudhis mengusir paksa Icha. Ia mendorong tubuh gadis itu keluar dari kamarnya.
"Iya iya. Tapi nggak usah dorong-dorong gitu dong,"gerutu Icha sewot.
Yudhis menutup pintu kamarnya setelah Icha berhasil didorongnya keluar dari kamar. Dasar cewek bawel, makinya dalam hati.
Baru saja ia hendak melepaskan tshirtnya kembali, tiba-tiba lampu dikamarnya padam seiring terdengar petir menyambar dengan keras.
Pasti instalasi listriknya kesambar petir, batin Yudhis menduga.
Sejurus tadi telinga Yudhis menangkap suara jeritan Icha dikamarnya berbarengan dengan padamnya listrik dirumah mereka. Gadis itu pasti sangat terkejut saat mendadak gelap beberapa menit yang lalu.
Rasain loe, gumam Yudhis seraya terkekeh. Sepertinya dendamnya terbalaskan oleh alam.
Tapi tidak enak juga gelap-gelapan seperti ini, pikir Yudhis seraya melangkah dengan hati-hati keluar dari kamarnya. Cowok itu bermaksud ingin mengambil lilin diruang tengah. Ia ingat menyimpan lilin dan korek didalam laci lemari disana.
"Cha!"
Dengan berbekal sebuah lilin yang menyala ditangannya, Yudhis melangkah menuju kamar Icha. Karena gadis belum juga keluar dari kamarnya padahal suasana sangat gelap.
Yudhis terperanjat begitu sampai dikamar Icha. Gadis itu tampak menekuk kedua lututnya seraya bersandar di sudut kamar. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin keluar dari pori-pori keningnya. Sedang kedua matanya tampak basah.
"Loe kenapa Cha?"seru Yudhis panik. Ia menghampiri tempat duduk Icha dan berusaha menolong gadis itu.
Icha tak menyahut. Bibirnya seperti terkunci. Gadis itu tampak panik. Mungkin juga ketakutan. Tapi apa yang membuatnya ketakutan seperti ini?
"Cha, loe baik-baik aja kan?"tanya Yudhis bingung. Karena tiba-tiba saja Icha meledakkan tangisnya.
"Tenanglah.... Gue ada disini buat loe,"ucap Yudhis menenangkan hati Icha. Cowok itu mendekap tubuh Icha beberapa saat kemudian.....

~~~@@~~~

Saat berumur sepuluh tahun Icha pernah diculik oleh seorang penjahat. Ia disekap didalam sebuah lemari sempit dan gelap selama dua hari. Dari peristiwa itulah semuanya berawal.
Meski polisi telah menangkap penjahat yang telah menculik Icha, namun dampak psikologis akibat peristiwa itu masih ia rasakan sampai sekarang. Setiap berada di ruang gelap ia akan merasakan ketakutan luar biasa mengusai dirinya. Padahal kedua orang tua Icha telah berusaha berkonsultasi dengan dokter, tapi ternyata tidak mudah untuk menghilangkan trauma itu.
Begitulah yang diungkapkan mama Icha perihal putrinya saat Yudhis mencari tahu tentang kejadian yang menimpa Icha semalam.
"Loe udah bangun?"tegur Yudhis heran. Ia melihat Icha keluar dari kamarnya dan langsung pergi mengambil es krimnya dari dalam kulkas.
"Loe baik-baik aja?"tanya Yudhis seraya menyusul langkah Icha ke meja makan.
Icha mengangguk kecil. Gadis itu tak langsung membuka tutup es krimnya.
"Sorry ya,"gumam Icha lirih. "Semalem gue udah nyusahin loe...."
Yudhis melihat ketulusan terpancar dari dalam mata Icha. Baru kali ini ia melihatnya.
"Gue ngerti kok..."sahut Yudhis kalem.
"Loe nggak marah kan sama gue?"
Yudhis tersenyum.
"Ngapain gue mesti marah,"sahutnya. "Gue nggak marah kok."
"Apa bener yang loe bilang semalem?"tanya Icha sejurus kemudian.
Yudhis mengerutkan dahinya. Mencoba mengingat sesuatu.
"Emang gue bilang apa semalem?"Yudhis malah balas bertanya.
"Beneran loe nggak ingat?"tanya Icha heran.
"Nggak,"gumam Yudhis sambil menggelengkan kepalanya kekiri dan kanan.
"Dasar nenek-nenek ompong,"gerutu Icha kesal.
"Loh, nenek ompong kok dibawa-bawa sih..."
"Abisnya loe tuh ngeselin banget,"ucap Icha ngambek. Gadis itu segera membuka tutup es krim dan menyenduk isinya.
Yudhis terkekeh mendengar ucapan Icha.
"Minta dong..."ucap Yudhis merajuk manja.
"Nggak. Ini kan punya gue. Loe beli aja sendiri sana,"ucap Icha sewot.
"Tapi loe punya gue, dan gue sayang sama loe...."ucap Yudhis lantas mendaratkan sebuah kecupan kejutan ke pipi Icha. Lalu ia kabur entah kemana. Meninggalkan Icha sendirian dalam posisi tertegun kaget. Benarkah Yudhis yang menciumnya tadi? batinnya linglung.
Icha mencubit lengannya sendiri. Dan ternyata cubitannya terasa sakit. Berarti itu tadi bukan mimpi dan benar-benar nyata.
Icha mengelus pipinya sendiri bekas ciuman Yudhis tadi. Ia menoleh ke sekeliling dan tak mendapati Yudhis.
Gadis itu tersenyum sendiri.
Gue juga sayang sama loe Yud, batinnya bahagia.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar