Rabu, 11 Mei 2016

TERJEBAK NOSTALGIA


Tepat disaat pintu lift terbuka aku melihat sosok Rey.Ya Tuhan!jeritku hanya tersendat ditenggorokan.
Aku membalikkan tubuhku 180 derajat dan beranjak pergi demi melihat seorang bayi mungil ada dalam dekapan Rey.
Tidak!Aku tidak siap menerima kenyataan selanjutnya.Aku takut akan mendapati seorang wanita cantik tiba-tiba muncul dari balik punggung Rey sembari tersenyum memamerkan kebahagiaannya dihadapanku.
Bukankah waktu dua tahun sudah cukup untuk membina mahligai rumah tangga dan menghadirkan seorang bayi kecil didalamnya.
Aku hanya bisa mengulum senyum pahit menahan kepalaku yang mendadak berputar...

$$$$$

Aku meringkuk diatas sofa.Melewatkan semburat jingga dilangit barat senja ini.Yang sinarnya menembus kaca jendela yang terbentang lebar diapartemenku.Biasanya aku sangat menyukainya tapi senja ini tidak.Bukan karena mataku yang sedang berkabut.Tapi hatiku sedang merasa tidak baik saat ini.
Semua karena aku melihat Rey hari ini. Karena kehadirannya begitu mengusik hidupku...
Sebuah kecupan lembut mendarat dikeningku.Membuatku harus membuka mata.
"Kamu nggak ke butik?"tegur Kevin seraya meletakkan sebuah boneka Keroppi berukuran sedang diatas tempat tidur.Disebelah Keroppi-Keroppi yang lain.
"Aku bosan disana,"gumamku setengah berkeluh kesah.Penjualan dibutik kurang bagus beberapa hari terakhir .
Kevin tersenyum seraya menghampiriku.
"Masalah butik nggak perlu dipikirin.Yang perlu dipikirin sekarang adalah persiapan pernikahan kita,"tandas pria berdarah Tionghoa itu.
Aku hanya tersenyum kaku saat ia meraih kepalaku kedalam dadanya.
Maaf,batinku.
"Kamu udah makan?"tanya Kevin beberapa detik kemudian."Aku tadi mampir ke supermarket dan belanja beberapa kebutuhan.Aku akan masak sesuatu untukmu,"Kevin beranjak tanpa persetujuanku.Ia beralih kedapur sekarang.Seperti ucapannya.
Pria itu memasangkan sebuah celemek berwarna merah muda ketubuhnya yang masih berbalut kemeja putih kesayangannya.Lantas bersibuk ria dengan kompor dan alat memasak lainnya.Jika sudah begitu sipapun tak ada yang boleh mengganggunya tak terkecuali aku.

$$$$$

"Mey!"
Kakiku urung memasuki lantai butik.Seseorang dengan begitu kerasnya meneriakkan namaku.Menahan pijakanku disana.
"Kamu Mey kan?"seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh menghambur kearahku.
Aku tersentak.Dan nafasku terputus beberapa detik.Wanita itu datang seperti ingin mengurai masa lalu.
Wanita itu adalah ibu Rey!
Aku tergagap dan kehilangan kata sapaan.
"Apa kabarmu Mey?"tegurnya seraya meraih tanganku.Membuatku terpana habis-habisan.Bukankah dulu dia sangat membenciku karena aku miskin?Sudah sadarkah ia atau ada maksud lain dibalik sikap manisnya ini?
"Baik,"tandasku lirih.Malas.
"Ibu juga baik.Tapi kabar Rey yang tidak baik,"ulasnya lantas memasang wajah sendu."Kamu belum dengar kalau istri Rey sudah meninggal saat melahirkan bayi mereka?"
Aku tersentak kaget.Rey?Istri?Bayi?Duda?Pikiranku berhamburan kemana-mana.
"Kasihan Rey,"lanjut ibu Rey kemudian."Dia harus bekerja dan merawat bayinya.Terus terang ibu berharap kamu mau memaafkan ibu dan menerima Rey kembali,"ungkapnya tanpa malu.
Aku hanya tersenyum kaku.
Aku masih ingat betul bagaimana sikap ibu Rey terhadapku.Yang menganggapku tak lebih baik dari sampah.Yang menentang habis-habisan cintaku dan Rey.Apalagi kalau bukan karena aku miskin.Dan sekarang disaat kenyataan berbalik,dia datang mengemis padaku untuk kembali pada Rey.
"Boleh ibu melihat-lihat baju dibutikmu?"tanya wanita yang tak bisa menyembunyikan sifat matrealistisnya itu."Syukur-syukur dapat diskon,"gumamnya seraya tersenyum kecil.
Mampus aku,keluhku dalam hati seraya mengikuti langkahnya masuk kedalam butik.

$$$$$

Rey...
Pria itu masih sama seperti dua tahun yang lalu.Tak ada perubahan yang signifikan dari dirinya.Hanya saja ia tak sendiri.Ada seorang bayi perempuan mungil berada dalam dekapannya.
"Apa kabar Mey?"sapanya tenang.Aku malah yang tampak kikuk dihadapannya.Sementara bayi digendongannya tampak menatapku.
"Lebih baik dari sebelumnya,"sahutku ingin menunjukkan posisiku sekarang.Jika keadaanku telah berubah dari sebelumnya.
"Ya aku bisa melihatnya,"balasnya.Namun bayi Rey mulai tidak nyaman.Ia sedikit merengek.Dan Rey tampak kerepotan dibuatnya.
Aku terpaku ditempatku.Aku enggan untuk menggendong atau menyentuh bayi Rey.Entah kenapa.Padahal ia sama sekali tidak berdosa.
"Maaf ya Mey,"ucap Rey kemudian."Beginilah resikonya jadi single parent,"ia tersenyum pahit.
Sesungguhnya aku kasihan melihat Rey seperti itu.Tapi...
"Sini biar aku gendong,"entah malaikat mana yang membisikiku untuk menawarkan bantuan itu.Aku segera meraih bayi Rey kedalam dekapanku.Dan ajaibnya ia mulai tenang berada dalam dekapanku.
"Trims Mey,"ucap Rey cepat."Dia pasti sangat merindukan mamanya."
Bayi Rey seperti tersihir.Ia tampak begitu nyaman berada dalam gendonganku.Dan aku merasa seperti tiba-tiba menjadi ibu.
"Bentar ya Mey,aku cari ibuku dulu,"Rey telah melesat pergi untuk mencari ibunya yang mungkin sudah tersesat didalam mal.
Tangan-tangan mungil ini,pipinya yang lembut,bibirnya yang tipis mengurai senyum polos dan tatapan beningnya benar-benar menghipnotis.Oh Tuhan,jangan biarkan aku jatuh cinta pada bayi ini...

$$$$$

Air masih mengucur dari shower.Membasahi kepala dan seluruh tubuhku.Entah berapa lama aku membiarkannya seperti itu.Sampai tulangku ingin membeku rasanya.
Pikiranku kacau dan entah berada dimana sekarang.Aku tak pernah tahu.
Bayangan bayi Rey berputar seolah tak mau lepas dari otakku.Begitu juga dengan bayangan Rey.Oh Rey...
Aku masih mencintai Rey.Itulah persoalannya.Sementara disisi lain aku akan menikah dengan Kevin,orang yang setengah mati mencintaiku.Sedang aku sama sekali tak mencintainya.
Apartemen,butik,dan mobil adalah hadiah dari Kevin.Semuanya adalah bukti jika dia benar-benar mencintaiku tanpa pamrih.Dan aku seperti orang picik yang memanfaatkan seseorang.
Aku mendengar suara ketukan di pintu kamar mandi.Menghamburkan pikiranku terbang kelangit-langit.
"Sayang,kamu belum kelar mandinya?"aku baru bisa mendengar suara Kevin dengan jelas usai mematikan shower.
Aku menyambar piyama mandiku dan bergegas keluar.
Kevin mengawasi keadaanku seusai keluar dari kamar mandi.
"Aku kan udah bilang jangan lama-lama kalau mandi.Tuh bibirmu sampai biru begitu,"ucap Kevin menunjuk padaku. Aku tak begitu mempedulikan ucapannya dan mulai sibuk mengeringkan rambutku dengan hair dryer.
"Aku tadi membelikanmu martabak telur.Kamu belum makan kan?"tanya Kevin dari arah dapur.Meski dapur dan kamar tidur berjarak beberapa meter aku masih mendengar suara Kevin dengan jelas.Namun aku tak menyahut.
Pria itu terlalu baik,terlalu care padaku.Bahkan terkadang terlalu posesif.Membuatku bosan pada tipe semacam itu.Mungkin itulah yang membuatku tak bisa jatuh cinta padanya.Karena tak ada tantangan untuk menaklukkan hatinya.
"Sayang..."tiba-tiba Kevin memeluk pinggangku dari belakang."Seharian ini aku nggak bisa berhenti merindukanmu.Aku ingin seperti ini selamanya,"bisik Kevin didekat telingaku.
Aku terhenti dari aktifitasku.Aku tahu harusnya aku merasakan sensasi atau perasaan janggal jika seseorang melakukan hal seperti Kevin lakukan saat ini.Tapi aku tidak merasakan apapun.Debaran aneh atau perasaan semacamnya sama sekali tidak kurasakan.
Lain halnya jika Rey yang berbuat seperti ini...
Kevin membalikkan tubuhku dan mendekatkan wajahnya kemudian.
Begitu dekat dan memaksaku untuk segera menunduk.Sungguh,aku tak mampu menatap wajah Kevin sementara hatiku menolaknya mentah-mentah.
Perlahan Kevin mendaratkan bibirnya ke permukaan pipiku.
Aku tahu Kevin sangat bahagia saat ini.Tapi aku tidak.Aku seperti terpaksa menjalani ini semua.Seolah-olah aku ini pemain drama profesional.
Dasar munafik!

$$$$$

Aku seperti baru saja tersadar dari amnesia saat mendapati diriku berada dirumah Rey dan sedang bercanda dengan anaknya.Aku kabur dari butik siang ini.Membelikan beberapa biji mainan dan buah-buahan lantas meluncur kerumah Rey.
"Kamu mau jadi mamanya Keisha?"
Aku terhenyak seketika.Rey menatapiku dengan penuh harap.Saat itu aku baru saja menaruh Keisha yang sedang terlelap didalam boks bayi.
Perdebatan sengit berlangsung didalam hatiku seketika itu juga.
"Kamu juga menyayangi Keisha kan?"pertanyaan Rey menyudutkanku.
Dan aku seperti orang tolol saat menganggukkan kepalaku.
Rey...
Mendadak pria itu menarik tubuhku kedalam dekapannya.Aku tak melawan dan membiarkan tubuhku hanyut dalam kehangatan tubuh Rey.Aku masih mencintaimu Rey...
Aku melingkarkan tanganku ketubuh Rey dan menikmati setiap detik dalam pelukannya.
Maafkan aku Tuhan...maafkan aku Kevin...

$$$$$

Angin malam yang dingin berhembus mempermainkan rambutku yang tergerai.Wajahku juga nyaris membeku karenanya.
Jauh dibawah sana tampak lampu-lampu mobil bertebaran sepanjang jalan.Jalanan ibu kota selalu sibuk meski malam telah larut.Dan kepalaku seperti berputar menatap kebawah sana dari ketinggian lantai 12.Uhh...
Aku bersandar pada pagar balkon sembari beralih menatap ke langit yang gelap.Bahkan bintang tak mau muncul malam ini.Membiarkan aku sendirian dan kesepian.
Aku meneguk isi gelas yang kupegang sejak tadi.Yang sempat nyaris terlepas dari genggamanku saat menatap kebawah dan membuat kepalaku berputar.Aku ingin merasa bebas sejenak dari beban yang mendera batinku.
Aku bukan wanita baik-baik entah sejak kapan...
"Mey?!"
Aku terperangah dan sontak berbalik badan.Kevin???
Pria itu menatapku tajam.Dan aku sama sekali tak menduga ia akan bertandang selarut ini ke apartemenku.Maksudku apartemen pemberiannya.
"Kamu minum Mey?"tanyanya tampak kecewa.Dan aku sudah tertangkap basah mana mungkin aku bisa mengelak.
Kevin merebut gelas wine dari tanganku dengan gerakan cepat.
"Sejak kapan kamu jadi pemabuk?Aku nggak pernah mengajarimu untuk minum kan?"kecewa dan sesal tampak terlihat jelas dimata Kevin.
Aku hanya bisa menundukkan wajahku dengan perasaan bersalah.Maaf...
"Mey...tatap aku,"Kevin mengangkat daguku perlahan."Aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan.Tapi aku benar-benar nggak suka kamu seperti ini.Kamu paham?"
Air mataku mulai menggenang.Dan sebentar lagi pasti akan mengalir keluar dari ujung mataku. "Aku ingin pernikahan kita dipercepat,"gumamku begitu saja.Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan itu padanya.Mungkin untuk menjaga perasaan Kevin saja.
"Aku mengerti,"sahut Kevin.Lantas ia meraihku dalam pelukannya.Sementara air mata mulai berhamburan keluar dari ujung mataku.Membasahi kemeja Kevin.

$$$$$

Aku menatap bayanganku sendiri dicermin.Seperti bukan diriku yang sebenarnya.Hanya seorang munafik yang sengaja menjebakkan dirinya sendiri ke lubang penyesalan.
Sebuah gaun pernikahan membalut tubuhku.Berwarna putih dan berhiaskan renda dibagian lehernya.
Beberapa menit lagi aku akan mengikat janji suci dengan Kevin.Dengan segala resiko apapun.Aku mempertaruhkan segalanya.Cinta dan kebahagiaanku.
Masih ada waktu untuk membatalkan semuanya Mey,begitu hatiku berbisik.
Apa bisa aku melakukannya?Apa aku tega menghancurkan hati Kevin?
Oh..sebuah bola bening meluncur perlahan dari mataku.Membasahi pipiku dan mungkin telah merusak riasan diwajahku.
Rey...aku dengan begitu bodohnya masih menggumamkan nama itu.Aku yang masih terlalu mencintai dirinya tak akan bisa menghapus nama Rey begitu saja.Perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk melakukannya.
Kumohon jangan lakukan ini padaku Rey,isakku perlahan.
"Kamu sudah siap sayang?"mama Kevin muncul tiba-tiba dibelakangku."Loh kamu nangis?Tuh riasanmu jadi rusak,"ucapnya mendapati isak tangisku.
"Iya maaf,"ucapku sembari tersenyum."Aku terlalu nervous."
"Mama tahu,"sahut mama Kevin maklum."Sini mama betulin lagi bedakmu,"tawarnya kemudian.
"Makasih Ma."

$$$$$

Tiga tahun kemudian...
"Rey! Jangan jauh-jauh sayang!"teriakku keras.
Rey seperti tak mendengarku.Sikapnya acuh tak acuh.Ia masih berlarian kesana kemari dengan bola kecilnya.
"Mommy!"beberapa detik kemudian Rey datang menghambur kedalam pelukanku."Mommy kenapa?"tanyanya seraya bergelayut manja.
"Nggak sayang,"sahutku sembari memeluknya erat.
"Horee daddy datang!"teriak Rey senang.Ia melepaskan pelukanku lantas berlari kearah ayahnya.
Rey kecil,buah hatiku bersama Kevin.Kami pindah ke Manado seperti permohonanku,ketempat dimana kakekku dilahirkan.
Tapi sejauh apapun aku pergi,aku masih mengingat Rey.Mengingat apa yang seharusnya tidak kuingat.Aku masih mengingatnya sampai kapanpun.Dua Rey dalam hidupku.Dan aku mencintai mereka tanpa mengabaikan cinta lain yang begitu mendalam padaku.

Senin, 02 Mei 2016

Ada Apa Dengan Rangga???


"Semangat Milo!!"
Adisty berteriak kencang sembari melambaikan tangannya kearah lapangan basket.Dimana para cowok-cowok club pecinta basket kampus sedang berlatih disana.Seorang cowok cool berpostur tinggi dan berkulit cokelat menyita seluruh perhatian Adisty.Gadis itu nyaris tak berkedip menatap kearah Milo,cowok pujaannya yang jago main basket dan hobi memanjat tebing.
"Disty,"gumam Sassy seraya menyikut sahabatnya yang kegirangan meneriaki pemain pujaannya,Milo."Jangan lebay napa non?Loe nyadar nggak kalo orang-orang pada ngeliatin kita,"bisik Sassy gusar.Ia merasa risih melihat tingkah Adisty yang super berlebihan itu.Seperti tak punya malu saja,batin Sassy kesal.
Adisty menoleh sekedarnya.Dan ucapan Sassy memang benar.Tapi...
"Milo Milo Milo!!"teriakan Adisty malah menjadi-jadi.Apalagi pas Milo sedang memegang bola.Uhhh...
"Distyyy!"Sassy buru-buru menutup mulut Adisty dengan telapak tangannya.Sahabatnya yang satu ini benar-benar menyebalkan.
Adisty kelabakan dibuatnya.Ia tidak akan menyangka kalau Sassy benar-benar akan membungkamnya kali ini.
"Loe apa-apaan sih Sas?"gerutu Adisty setelah berhasil melepaskan tangan Sassy dari mulutnya."Nggak bisa liat orang seneng apa?"
Sassy mendengus mendengar ucapan Adisty yang dianggapnya sangat tidak dewasa itu.
"Dis...loe tuh udah bukan anak SMU lagi.Dan loe tau kan kalo loe udah tunangan ama Rangga.So.. Loe harus jaga sikap loe okay??"ucap Sassy mengingatkan sahabatnya.
"Yes,I know"sahut Adisty jutek."Tapi gue ngefans banget ama Milo, Sas.Loe tau sendiri kan?Lagian gue ama Rangga tuh dijodohin.Gue nggak cinta ama Rangga..."
"Stop it,"potong Sassy cepat.""Kapan loe akan bersikap lebih dewasa hah?"Sassy tampak sewot kali ini."Gue tau loe ngefans banget ama Milo.Merk susu anak-anak itu..."
"Sassy!"Adisty cemberut seketika saat Sassy menyebut kalimat terakhir itu.Adisty paling benci jika ada yang menyebut Milo dengan sebutan merk susu anak-anak.Terlebih jika Sassy yang mengatakannya.
Sassy nyengir kuda melihat sahabatnya sewot.
"Iyaaa...gue tau loe ngefans ama Milo.Tapi jangan kayak gitu juga kali.Jaim dikit kek.Jaga image loe ama Rangga.Semua orang disini udah tau kalo loe ama Rangga udah tunangan.Nah kalo sikap loe kayak gini,siapa juga yang dinilai negatif?Loe Dis..."jelas Sassy lumayan panjang.
Adisty menghela nafas.Semua omongan Sassy memang benar.Tapi gadis itu merasa jenuh dengan hidupnya.Jenuh dengan perjodohannya dengan Rangga.Cowok angkuh yang super menyebalkan.Yang bicaranya sangat datar seperti papan cucian.Yang cueknya minta ampun,dan sama sekali tidak pernah tersenyum atau bersikap ramah pada dirinya.Sikapnya sedingin es batu.Huhhhh...dasar cowok misterius.
Beda dengan Milo...
Suara sorak sorai membuyarkan lamunan Adisty tentang Rangga.Milo baru saja berhasil mencetak poin.Good job Milo,bisik Adisty bersyukur.Semoga tim Milo menang.

$$$$$

Rangga meneguk air dari dalam botol minumnya perlahan.Peluh masih menetes dari dahi dan lehernya saat Arya tergopoh-gopoh mendekat ke tempatnya
Latihan futsal kali ini benar-benar membuat Rangga kelelahan.Pasalnya semalam ia tak bisa tidur karena harus mengerjakan beberapa tugas dari dosen.Kemarin juga setelah pulang kuliah ia harus mengantar mamanya pergi ke salon.Tiba-tiba akhir-akhir ini ia punya seabrek kegiatan tidak terduga.Terlebih setelah pertunangannya dengan Adisty...
"Bro..."Arya menepuk punggung Rangga perlahan.Dibalas hanya dengan deheman kecil dari bibir Rangga.
"Udah kelar latihannya?"tanya Arya yang ikut bergabung dibangku yang diduduki oleh Rangga.Cowok itu menatap kesekeliling lapangan futsal yang sepi.
Rangga hanya manggut-manggut sebentar sebagai kata ganti "iya".
"Lapangan futsal emang nggak pernah serame lapangan basket,"tandas Arya seolah ingin mengatakan sesuatu yang tersembunyi.
Rangga belum merespon.Cowok itu tampaknya belum tertarik untuk menyambung kaimat Arya.
"Loe tau nggak bro,"ucap Arya sejurus kemudian.Ia sengaja menoleh untuk mengundang simpati Rangga."Cewek loe sekarang ada di lapangan basket dan sedang berteriak menyemangati Milo.Kebangetan banget kan bro.Loe nggak boleh membiarkan dia kayak gitu bro,"adu Arya penuh emosi.Seolah -olah ceweknyalah yang sedang berteriak menyemangati cowok lain dan bukan dirinya.
Namun Rangga hanya menyunggingkan senyum tipis mendengar ocehan sahabatnya.Tampaknya ia sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan Arya.
"Kok loe malah senyum sih bro?"protes Arya terheran-heran melihat reaksi sahabatnya."Apa loe nggak marah atau jealous gitu?"Arya mengernyitkan dahi sehingga kerutan disana genap berjumlah lima garis.
"Ngapain sih gue cemburu?"gumam Rangga cuek bebek.Sama sekali tak ada tanda-tanda apalagi fenomena cemburu diwajah cowok berdarah dingin itu.
"Hah?!"seru Arya kaget bukan kepalang."Loe nggak cemburu?Sama sekali?"
Rangga tak menyahut.Cowok itu kembali meneguk air minumnya sampai tak bersisa.
"Gue heran ama loe bro,"celutuk Arya kemudian.Masih dengan tampang bodohnya."Loe beneran nggak cinta ama cewek loe?"tanya Arya penasaran.
"Menurut loe?"tukas Rangga cepat.Membalikkan pertanyaan sahabatnya.
Arya bengong ditempat.Tanpa dijelaskan pun harusnya Arya sudah tahu.
Arya tersenyum sedetik kemudian.Setelah mengambil kesimpulan sendiri tentang perasaan Rangga yang sebenarnya.
"Gue cabut duluan,"pamit Rangga seraya meraih tas ranselnya.Lantas dengan santainya menyusuri jalan keluar dari gedung olahraga.Seperti biasa.Tanpa beban.
Sedang Arya hanya menatap punggung sahabatnya dengan tatapan iba.
Kasihan Rangga,batinnya.Setelah ditinggal Rheina pergi kuliah ke Amerika setahun yang lalu,Rangga benar-benar berubah.Terlebih Rheina memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka berdua sebelum pergi.Karena Rheina takut tak bisa menjaga hatinya untuk Rangga.Jika cintanya tulus kenapa mesti takut duluan?Bukankah mereka bisa menjaga hubungan dengan intens berkomunikasi?
Atau mungkin kepergian Rheina hanyalah alasan untuk mengakhiri hubungan mereka?Karena semenjak hari itu Rheina benar-benar tak bisa dihubungi.Sepertinya ia sengaja menghilang dari bumi ini...
Masa bodoh,gumam Arya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Lantas ia pergi meninggalkan tempat duduknya.

$$$$$

"Loe beneran nggak mau bareng kita Dis?!"teriak Sassy yang telah duduk diatas boncengan motor Reno,pacar Sassy.
Adisty menggeleng sembari tersenyum tipis.Basa-basi yang sudah basi,batin Adisty.Mana mungkinlah mereka bertiga naik motor dijalan yang ketat dengan peraturan lalu lintas.Apalagi polisi bertebaran diseluruh perempatan jalan raya.Huh,mungkin jika mereka bertiga nekat pasti nanti malam mereka akan menginap dikantor polisi.
Sassy telah menjauh usai melambaikan tangannya pada Adisty.Dan gadis itu tinggal seorang diri dihalte depan kampus.Karena beberapa detik yang lalu sebuah bus kota lewat dan seluruh manusia yang berdiri dihalte itu naik keatas bus itu kecuali Adisty.
Hufftt...Adisty menelan ludahnya.Siang yang semula terik mendadak berubah menjadi gelap.Langit mulai tertutup mendung yang datang berbondong-bondong.Sepertinya mendung itu terburu-buru menutup langit diatas kepala Adisty.Kenapa?
Itu kan Milo,batin Adisty teralihkan dari pemandangan langit diatas kepalanya.
Milo tampak berjalan menuju halte dimana Adisty sedang berdiri sekarang.
Ya Tuhan,jerit Adisty dalam hati.Milo memang sedang menuju ke halte. Cowok itu mengambil tempat persis disebelah Adisty.Membuat jantung gadis itu terguncang karena berdebar tak karuan.
Adisty nyaris membuka mulutnya untuk sekedar "say hello" pada bintang basket pujaannya itu.Kalau saja tidak ada gadis itu yang tiba-tiba datang dan menyapa Milo dengan girangnya.
Adisty gemetar.Bukankah gadis itu adalah Karina si bintang cheerleader kampus?
Adisty merasa kerongkongannya kering kerontang seketika.Ia butuh air dingin untuk melepas dahaga yang tiba-tiba mencekik lehernya.
Adisty tertunduk menatap sepatu sneakers yang menutup ujung kakinya.Lihatlah penampilanmu,Disty!teriaknya dalam hati.Bandingkan dengan Karina yang cantik jelita yang super feminin itu.
Flat shoes merah jambu berkesan manis menutup ujung kaki Karina.Penampilan fashionnya juga modis.Blus bernuansa bunga-bunga dengan warna dasar putih sebagai atasan dipadu dengan rok merah jambu selutut membuat gadis itu tampak sempurna.Rambutnya yang hitam lurus tergerai maksimal.Ditambah lagi make up natural yang membuatnya tampak cantik alami.Bukankah penampilan Karina sangat cantik dari atas sampai bawah.
Bandingkan dengan dirimu Disty!Apa itu yang sedang kamu pakai sekarang?Sama sekali bukan sesuatu yang disebut fashion!
Sweater abu-abu yang sedikit kedodoran dipadukan dengan celana jeans yang sedikit sobek pada kedua lututnya.Gaya rambut yang berantakan.Mestinya kamu sadar rambut kamu yang ikal tak semestinya kamu ikat dengan sembarangan seperti itu.Kamu itu cewek dan harus dandan setipis apapun itu!
Adisty mendengus meratapi penampilannya sendiri.Seharusnya ia tidak bersikap pasif pada penampilannya sendiri.Pantas saja selama ini tidak ada satupun cowok yang menyukai dirinya.Ini benar-benar musibah untuk dirinya.
Adisty memutuskan untuk menerobos hujan yang mulai turun perlahan.Sembari merenung dan berpikir tentang dirinya sendiri.Tentang ganjalan dalam dirinya yang membuatnya urung untuk melangkah mendekati Milo.Karena ia tak sebanding dengan Karina yang secantik bidadari itu...

$$$$$

Mama Adisty menjerit histeris begitu mengetahui putri kesayangannya pulang dalam keadaan basah kuyup.Tak ada satupun bagian tubuhnya yang kering.Sendirian pula!
"Mana Rangga?Kamu nggak minta dianter sama Rangga?Harusnya kamu minta dianterin sama dia.Bukankah dia itu calon suami kamu?Dia harus belajar bertanggung jawab atas diri kamu..."
"Mam!"Adisty berteriak kencang mendengar ocehan mamanya yang super cerewet mirip kaleng rombeng itu.
Barulah mama Adisty diam begitu Adisty bersuara.
"Ini nggak ada hubungannya sama Rangga Mam,"ujar Adisty."Ini kemauan Adisty sendiri.Disty emang sengaja berhujan-hujanan kayak gini.Jadi hentikan ocehan mama sekarang juga,"tegas Adisty.
"Tapi sayang..."
"Mam...please,"Adisty sedikit memelas.Meminta pengertian mamanya.
Mama Adisty akhirnya menyerah pada kemauan putrinya.
"Baiklah..."ucap mamanya kemudian."Tapi mama nggak mau hal kayak gini terjadi lagi.Kamu paham?"
Adisty mengangguk paham.
"Okay mam,"sahut gadis itu sembari memutar tubuhnya.Lantas berangsur masuk kedalam kamarnya untuk segera berganti pakaian.

$$$$$

"Disty...loe sakit?"
Adisty membuka matanya dan langsung mendapati Sassy telah berada disamping tempat tidurnya.Sahabatnya itu tampak iba melihat kondisi Adisty yang terbaring lemah diatas tempat tidurnya.
"Gue baik-baik aja kok Sas,"sahut Adisty sembari mencoba tersenyum.
"Badan loe panas kayak gini masih bilang baik-baik aja,"sungut Sassy."Wajah loe juga pucat banget Dis.Loe udah diperiksa dokter?"
Adisty menggeleng.
"Gue cuma demam kok Sas.Kemarin gue kehujanan makanya sekarang gue kayak gini.Loe nggak usah khawatir,"ucap Adisty mencoba menenangkan sahabat baiknya itu.
"Kenapa kemarin loe hujan-hujanan sih?Kenapa nggak minta Rangga buat nganter loe pulang?"tanya Sassy terdengar seperti sebuah protes besar untuk Adisty.
Adisty menghela nafas sebentar.Sassy terdengar seperti mama,batinnya kesal.
"Gue nggak mau ngerepotin Rangga Sas,"ucap Adisty kemudian.Tak mau disudutkan oleh Sassy."Lagian gue bisa pulang sendiri kok."
Sassy menepuk jidatnya.Dasar nih anak,batinnya.
"Gue kemarin liat Milo,Sas,"ucap Adisty sejurus kemudian."Tapi ada Karina disana,"imbuhnya dengan nada kecewa.
"Yang bener Dis?"sahut Sassy tampak antusias."Yang gue tau sih,Milo belum punya pacar.Tapi nggak tau juga kalo mereka jadian."
Adisty mendesah.Gadis itu menggigit bibirnya sendiri untuk menelan kekecewaannya.
"Udah deh,"ucap Sassy."Nggak usah ngarep Milo lagi.Lagian Milo juga nggak kenal ama loe kok.Mending loe fokus aja ama hubungan loe ama Rangga."
Adisty nyengir.Rangga lagi,Rangga lagi,batinnya kecut.
"Gue pengen belajar dandan Sas,"ucap Adisty beralih topik pembicaraan.
"Hah?"Sassy melongo mendengar pernyataan Adisty.Ia tahu sahabatnya itu sedang demam,tapi apa hal itu sanggup mempengaruhi pikirannya?Selama ini ia sangat tahu jika Adisty adalah orang yang paling cuek dengan penampilan.Namun tiba-tiba saja ia ingin belajar dandan.
"Loe nggak salah bicara kan Dis?"tanya Sassy masih dengan ekspresi heran terpampang jelas diwajahnya.
Adisty menggeleng dengan serius.
"Loe tau gue nggak cantik dan buta soal fashion.Gue termasuk tipikal tomboy.Tapi sekarang gue pengen berubah Sas.Gue pengen keliatan cantik..."tutur Adisty seperti sedang kerasukan arwah Barbie.
"Motif loe apa pengen berubah?"tanya Sassy curiga.Ada sesuatu yang tidak beres jika seseorang ingin berubah tiba-tiba.
"Loe tuh curigaan mulu ama gue,"cerocos Adisty sewot."Harusnya loe tuh seneng gue pengen berubah.Loe nggak seneng kalo gue keliatan cantik dan feminin?"
"Idih sewot amat,"sembur Sassy tak kalah sewot."Kayak nenek-nenek aja loe Dis,"makinya kesal.
Adisty kembali nyengir kuda.Wajahnya sedikit berubah lebih segar.Tak sepucat tadi saat Sassy baru datang.Tampaknya keadaan Adisty semakin membaik.
"Please Sas...Bantuin gue dong.Kan cuma loe satu-satunya sahabat gue dimuka bumi ini,"rayu Adisty mengeluarkan jurus andalannya.Rengekannya persis anak kecil berumur lima tahun.
"Emang loe punya sahabat lain diatas bumi ini?"celutuk Sassy sekenanya.
"Hehehe..."
"Iya deh gue bantu.Kapan sih gue nggak ada buat loe?"
"Trims Sas..."ucap Adisty seraya memeluk sahabatnya itu."You're my best friend."
"Duuhhh...gitu deh kalo ada maunya,"gumam Sassy seraya tersenyum kecil.

$$$$$

Poin yang penting dalam berpenampilan menurut Sassy adalah make up dan pakaian.Make up tipis dan natural sangat dianjurkan untuk pemula seperti Adisty.Kalau terlalu mencolok nanti malah aneh.Karena perubahan wajah tanpa make up tiba-tiba full make up tebal malah tampak lucu nantinya.
"Yang penting inget gimana gue berpenampilan.Simple dan praktis,"begitu ucap Sassy kemarin.Petunjuk yang luar biasa membantu untuk Adisty.Akan sangat mudah untuk dirinya meniru penampilan Sassy.
Akhirnya Adisty memilih sebuah atasan berbahan katun biru muda plus bertali pada bagian lehernya.Dipadu dengan celana jeans yang tidak belel berwarna biru tua.Sementara wajahnya dipoles dengan make up tipis dan bibirnya tampak segar usai memakai lipgloss berwarna merah muda.Simple dan praktis seperti gaya Sassy.
Tapi untuk urusan sepatu ia masih belum bisa melepaskan sneakers kesayangannya.Untuk yang satu itu tak apalah,batin Adisty sembari mematut diri di kaca.
"Lama banget sih sayang,Rangga udah nungguin di..."ucapan mama Adisty terputus demi melihat putri semata wayangnya sedang berdiri didepan cermin pagi ini."Wow..ini putri mama kan?Beautiful.."puji mama Adisty seraya mengamati putrinya.Biasanya ia paling malas jika disuruh dandan.Tapi keadaan bisa berubah setiap saat kan?
Adisty tersenyum kecil melihat reaksi mamanya.Tapi apa yang mama bilang tadi barusan?Rangga?
"Ngapain Rangga kesini pagi-pagi gini?"tanya Adisty terheran-heran.
"Mama yang nyuruh dia kesini.Mulai sekarang kemanapun kamu pergi biar Rangga yang antar jemput kamu.Jadi mama nggak akan khawatir kamu kehujanan ataupun kepanasan,"ungkap mama Adisty."Udah cepetan gih,kasian Rangga,"mama Adisty segera mendorong tubuh putrinya keluar dari kamar.
Adisty tak dapat mengelak.Ia bergegas keluar rumah dan mendapati Rangga telah berdiri dengan angkuh disamping mobil silver miliknya.
Adisty tersenyum pahit.Kenapa mamanya begitu menyukai Rangga?Apa yang membuat Rangga begitu istimewa sehingga kedua orang tua Adisty ngotot ingin menjodohkan mereka berdua?Huhh..
Adisty berjalan kearah Rangga dengan malas.
"Yuk,"ajak Adisty tanpa berbasa-basi terlebih dulu.
Rangga tak menyahut.Namun ia mengikuti perbuatan Adisty yang telah lebih dulu masuk kedalam mobil.
Adisty tak banyak bicara selama dalam perjalanan.Semenjak pertunangan mereka beberapa waktu yang lalu baru kali ini mereka pergi berdua seperti ini.Itupun karena mama yang meminta.
"Mama bilang apa sama loe?"akhirnya Adisty membuka perbincangan.Ia merasa bosan terus-terusan diam disaat ada seseorang disampingnya.Lagian jalanan yang padat merayap sangatlah menyebalkan buatnya.
"Banyak,"sahut Rangga singkat.Terdengar menjengkelkan ditelinga Adisty.Gadis itu mendengus.
"Pasti mama sangat cerewet dan menyebalkan.Bener kan?"tebak Adisty sesaat kemudian."Saking banyaknya yang diomongin sampai-sampai loe lupa.Bener kan?"tebaknya lagi.
"Ehmm...sama kayak loe,"cetus Rangga.Jujur dan sedikit pedas.
Adisty geram mendengar kalimat Rangga.Nih cowok nyebelin banget sih,gerutunya.Sampai-sampai ia ingin mencekik leher cowok itu.
Ekspresi wajah Rangga masih tetap datar.Sikapnya masih sama dinginnya dengan es batu.
"Oh...itu kan Milo,"gumam Adisty nyaris tak terdengar.Saat itu ia melihat Milo sedang melangkah masuk ke gerbang kampus sendirian.Cowok itu benar-benar membuat Adisty terpesona.Gayanya yang easy going, sikapnya humble dan sederhana.Ia benar-benar tipe Adisty.Milo oh Milo...
Sepasang mata Adisty hampir tak berkedip menatap cowok itu.Sampai-sampai ia tak sadar jika Rangga sedang memperhatikan tingkahnya sejak tadi.
"Hei..kita udah nyampek tuh,"ucap Rangga setengah berteriak.
Adisty cemberut mendengar suara Rangga yang telah mengusik keasyikannya menatap Milo.
"Gue tau,"sahut Adisty sewot.Gadis itu segera turun dari mobil lantas berlari kecil menyusul langkah Milo.Meskipun tak bisa menyapa Milo,berjalan dibelakang langkahnya saja sudah membuat hati Adisty gembira.Oh Milo...

$$$$$

"Jadi loe repot-repot dandan ginian untuk Milo?"sepasang mata Sassy membulat karena tak percaya."Sadar dong Dis,siapa Milo siapa loe.Lain ceritanya kalo Milo kenal ama loe.Semua orang tau Milo.Nah loe,siapa yang kenal ama loe dikampus bisa dihitung pake jari.Impossible kalo loe bisa menggaet tuh cowok,"tutur Sassy panjang.
Adisty menghela nafasnya.
"Gue nyadar kok Sas,"ucapnya pasrah."Gue emang suka banget ama Milo.Gue nyadar kok kalo gue cuma bisa memendam perasaan gue ama dia.Gue cuma pengagum rahasia dia aja,"imbuhnya seraya bangkit dari tempat duduknya.
Adisty hendak melangkah ketika tiba-tiba saja sebuah bola basket meluncur pelan kearah kakinya.Membuat gadis itu bengong ditempatnya berdiri.
"Ups sorry,"sebuah permintaan maaf meluncur cepat dari bibir si pemilik bola.
Milo??!!
Hampir saja Adisty pingsan ditempat demi menyadari siapa pemilik bola yang telah menjatuhkan benda miliknya dengan ceroboh.
"I..iya,"balas Adisty gugup.Mirip robot yang batereinya hampir habis.
"Eh..loe yang biasa nonton gue main kan?"tegur Milo seperti sedang merangkai ingatannya tentang gadis yang sedang terpaku dihadapannya sekarang.
Adisty mengangguk dengan cepat dan bersemangat.Secercah harapan membuncah didalam dadanya.
"Gue mau main nih,loe nggak nonton?"tawar Milo manis.
Adisty nyaris mengiyakan tawaran Milo jika saja suara Rangga tidak mengacaukan segalanya.
"Hei...!"teriak Rangga membuyarkan kebahagiaan Adisty."Yuk pulang!"
Huft..Adisty merasa malu dan terpuruk.Kenapa makhluk itu tiba-tiba muncul?gerutunya geram.
"Rangga udah dateng tuh,"bisik Sassy dari belakang.Tapi entah kenapa Adisty berat melepaskan perkenalannya dengan Milo.Bahkan ia belum menyebutkan namanya pada Milo.
Tatapan Rangga yang tajam tak mampu membuat Adisty berkutik.Tatapan itu tak bisa diabaikannya begitu saja.Ia tahu harus berjalan kearah Rangga sekarang.Andai saja tidak ada pertunangan itu...

$$$$$

Adisty masih menekuk mukanya meski mobil yang ia tumpangi bersama Rangga telah meluncur di jalan raya.Raut kecewa tergambar jelas disana.Dan mungkin akan bertahan sampai lama.
"Thanks udah ngancurin kebahagiaan gue,"gumam Adisty tak begitu jelas.
Gadis itu membuang muka kearah jendela untuk sekedar menghilangkan kekecewaannya.Ia sungguh tak berharap Rangga akan mendengar ocehannya.Namun rupanya pendengaran Rangga telah menangkap kalimat Adisty.
"Kebahagiaan apa?"balas Rangga tak terduga.Ia masih menatap lurus kedepan tanpa nenoleh kearah Adisty meski hanya untuk melihat ekspresi wajah gadis itu.
Hah?Adisty tertegun.Ia sama sekali tak menduga jika Rangga mendengar omelannya barusan.
Gadis itu menghela nafas sebelum berbicara.
"Loe nggak tau kan rasanya gimana bisa bertatap muka sama idola loe,"ucap Adisty seraya menatap kearah Rangga yang tampak fokus pada kemudinya.
"Gue udah nunggu-nunggu kesempatan buat kenalan sama Milo.Loe sih yang ngancurin semuanya.Coba tadi loe nggak dateng,mungkin gue udah tukeran nomer hp sama dia."
Rangga tersenyum pahit.Ia dijadikan kambing hitam oleh gadis itu.
Dasar,batin Rangga kecut.
Adisty tampak tersenyum sendiri sembari membayangkan pertemuan perdananya dengan Milo.Mungkinkah ada kesempatan yang kedua,ketiga dan seterusnya untuk bisa lebih dekat dengan Milo?
"Ehmm..Milo udah punya pacar belum ya?"gumam Adisty sendiri.Tak begitu jelas terdengar."Terus Karina..."
Awww...Adisty menjerit.Tiba-tiba saja Rangga menginjak rem tanpa pemberitahuan sebelumnya.Membuat gadis itu shock berat.Untung saja ia sudah memasang safety belt.Kalau tidak...
"Pelan-pelan dong,"gerutu Adisty kesal."Gue kan rawan kena serangan jantung,"imbuhnya seraya memegang dadanya sendiri.Ia mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Rangga tak bereaksi.Seolah tak berdosa dalam hal ini.
Adisty geram melihat Rangga yang masih bergaya cuek bebek itu.Nih orang punya perasaan nggak sih?batinnya seraya melotot.

$$$$$

Adisty terlonjak kegirangan manakala Milo melambaikan tangan kearah dirinya.Bukankah itu suatu peluang yang bagus untuk Adisty? Berarti Adisty termasuk kedalam daftar orang yang spesial,meski ia cuma salah satu diantaranya.Karina pastilah jauh lebih istimewa.
"Dis...loe udah gila ya,"sentak Sassy yang melihat semua tingkah Adisty.Sahabatnya itu benar-benar keterlaluan.Bagaimana nasib pertunangannya dengan Rangga jika sikapnya seperti ini?
Namun sepertinya Adisty tak tergoyahkan.Sepasang matanya terus menatap kearah lapangan dimana kaki Milo sedang bergerak lincah disana.
Sassy tak bisa berbuat banyak.Namun ia tak mungkin membiarkan sahabatnya tenggelam dalam kekaguman terhadap sosok Milo.Milo memang sempurna.Tapi bukan hanya Adisty saja yang menyukai Milo.Banyak cewek-cewek dikampus ini yang tergila-gila pada pesona Milo.
"Hei...thanks ya udah nonton gue main."
Lamunan Sassy pecah oleh suara Milo yang tiba-tiba saja sudah berada didekat mereka.Entah berapa lama gadis itu melamun sampai tak sadar jika permainan telah usai.
Adisty tampak girang menerima kehadiran sang pujaan.Ya iyalah,batin Sassy sewot.
Milo mengambil tempat duduk disebelah Adisty.Cowok itu meneguk air minumnya sekedar melepas dahaga.
"Permainan kamu bagus tadi,"ucap Adisty bermaksud memuji Milo.
Cuih,batin Sassy muak.Sejak kapan Adisty mengubah panggilan "loe" menjadi "kamu"? Semua karena Milo Milo dan Milo.Huhhh...
"Nama loe Adisty kan?"tanya Milo berusaha lebih akrab."Gue tau dari temen-temen loe,"jelasnya sebelum Adisty bertanya.
Oh...Adisty manggut-manggut.
"Eh gue ke toilet bentar ya Dis,"Sassy buru-buru pamit.Gadis itu menyambar tas miliknya lantas pergi begitu saja tanpa memberi kesempatan pada Adisty yang hendak mencegahnya pergi.
Sassy bukan ingin ke toilet.Tapi ia bermaksud mencari Rangga untuk bicara.
Ternyata sedikit susah menemukan keberadaan cowok itu.Selama ini yang ia tahu jika Rangga suka futsal.Tapi jika cowok itu tak ada di lapangan futsal terus dimana?
Berbekal info dari sana sini akhirnya Sassy menemukan Rangga juga.Bukan ditempat yang biasa didatangi anak-anak kampus, melainkan dibelakang kampus yang sepi tapi nyaman untuk orang-orang yang menyukai ketenangan.
"Rangga!"
Rangga yang sedang bersandar pada sebuah batang pohon menoleh begitu dipanggil.Cowok itu sedikit heran melihat kedatangan Sassy.
"Gue perlu bicara sama loe,"ucap Sassy setelah dekat.
Rangga menutup buku bacaannya.Salah satu hobi Rangga yang lain selain futsal adalah membaca buku.
"Ada apa?"tanya Rangga bingung.Pasti soal Adisty,tebaknya dalam hati.
Sassy mengambil tempat duduk didepan Rangga.Diatas rumput hijau yang telah ia bersihkan terlebih dulu dari daun-daun kering.
"Soal Adisty,"tutur Sassy membuka pembicaraan.
Rangga menghela nafas.
"Soal Milo atau Adisty?"tanya Rangga kemudian.
Kok dia tahu?batin Sassy heran.
"Semenit yang lalu Arya kesini dan menceritakan apa yang ingin loe bilang,"tandas Rangga.Uh..Rangga yang cuek itu cerdas juga dalam hal menebak.
"Dan loe masih disini duduk tenang sementara tunangan loe sedang mengagumi cowok lain?Apa loe nggak marah atau emang loe bener-bener nggak punya hati sih?"celutuk Sassy tak sabar.
"Yang bener itu gue nggak punya perasaan apa-apa sama Adisty.Loe paham?"cetus Rangga kejam.
Sassy geram dan hampir saja melayangkan tinjunya ke muka Rangga usai mendengar pengakuan cowok itu.
"Kasian banget nasib Adisty.Dijodohin ama orang yang sama sekali nggak mencintai dia.Lebih baik dia bersama Milo ketimbang ama loe,"tandas Sassy penuh dengan amarah.Gadis itu buru-buru pergi dari hadapan Rangga sebelum emosinya meledak.
Sassy menyumpah-nyumpah seraya menendang batu-batu kecil yang menghadang langkah kakinya.Gadis itu terus menjauh dari tempat Rangga...

$$$$$

Rangga membunyikan klakson mobilnya keras-keras persis didepan halte,dimana ada Adisty dan Milo yang tengah asyik ngobrol diselingi candaan ringan.Sengaja untuk mengusik keasyikan mereka.
Adisty merengut melihat tingkah Rangga yang sangat menyebalkan itu.Makhluk itu selalu datang disaat yang tidak tepat.
"Kamu balik duluan aja gih,"ucap Milo yang merasa risih dengan tatapan mata Rangga.
Adisty pasrah.Gadis itu segera berpamitan dan bergegas masuk kedalam mobil Rangga dengan hati kecewa.
"Sekarang gue ngancurin apa lagi?"celutuk Rangga.Mobilnya telah melaju meninggalkan halte.Nada suaranya datar namun menusuk perasaan Adisty.
"Harusnya loe mengabaikan gue dan nggak pernah muncul tadi.Loe bisa pulang tanpa gue.Ngerti?!"hardik Adisty geram.
"Ohh..."Rangga mengulum senyum pahit.Begitu hebat Milo dimata Adisty,batinnya.
"Harusnya loe nggak pernah ada di kehidupan gue,"gumam Adisty kesal dan penuh amarah.
Mendadak Rangga menginjak pedal rem usai menepikan mobilnya.Adisty kaget setengah mati kala itu.
Adisty bengong antara shock dan bingung.Ia berusaha mengatur nafasnya yang naik turun tak karuan.
"Apa sih hebatnya Milo?"hardik Rangga yang kini tampak geram.Wajah dinginnya tampak menakutkan."Apa dia sangat hebat sampai-sampai loe menyesal gue pernah lahir ke dunia ini?"
Adisty tertegun.Sorot matanya menatap lurus kearah Rangga yang sekarang berubah menakutkan baginya.Ia baru tahu jika kata-katanya mampu membangkitkan kemarahan dalam diri Rangga.Cowok itu sangat mengerikan saat sedang marah.Pribadi yang super cuek itu seperti berubah menjadi singa gunung yang sedang kelaparan.Buas dan ganas.
Adisty tak menjawab.Bibirnya gemetar dan berubah menjadi dingin.
"Gue seorang cowok dan gue punya harga diri,"ucap Rangga beberapa waktu kemudian."Dan loe tau,sikap loe udah menjatuhkan harga diri gue.Loe tunangan gue.Tapi loe malah ngejar-ngejar cowok lain.Apa loe nggak malu diliat orang kayak gitu.Seperti nggak punya harga diri aja,"bentak Rangga.
Sepasang mata milik Adisty tampak berkaca-kaca.Namun gadis itu segera memalingkan wajah ke jendela untuk menghindari tatapan tajam Rangga kepada dirinya.Dan untuk menyembunyikan air mata yang mendesak ingin keluar dari pelupuk matanya.
"Loe nyadar nggak kalo loe itu terlalu naif,"sambung Rangga kemudian."Loe tuh terlalu polos.Gue kasihan aja sama loe..."
"Udah puas menghina gue?!"tiba-tiba Adisty berteriak.Wajahnya tampak merah dan pipinya telah basah tergenangi air yang keluar tak terbendung dari kedua matanya.
Rangga tertegun melihat reaksi yang ditimbulkan oleh ucapannya.Ia tidak menyangka jika Adisty akan seperti ini...
"Emang bener gue naif dan gue polos.Tapi apa salah kalo gue suka sama seseorang?!"teriak Adisty kembali disela-sela tangisnya."Gue benci loe!"
Tanpa diduga Adisty tiba-tiba keluar dari mobil Rangga.Lantas bergegas pergi usai membanting pintunya.
Rangga kaget dan bergerak cepat.Ia bergegas keluar mobil dan segera menyusul langkah Adisty.
"Disty!"
Rangga menarik lengan Adisty kuat-kuat untuk menghentikan langkah gadis itu.
Wajahnya masih basah oleh air mata dan tatapan matanya memancarkan kebencian yang teramat dalam pada Rangga.
"Lepasin Rangga!Gue mau pulang!"teriak Adisty mencoba melepaskan cengkeraman tangan Rangga.
"Nggak,"sahut Rangga tegas."Loe pulang bareng gue."
Namun disaat bersamaan tiba-tiba saja hujan turun tidak terduga.Dengan cepat membasahi tubuh keduanya.
"See?"ucap Rangga disela-sela riuh suara hujan."Hujan turun dan mau nggak mau loe harus pulang bareng gue,"tegas Rangga sembari menarik lengan Adisty.Gadis itu pasrah saat Rangga mengajaknya kembali kedalam mobil karena tak ada pilihan lain...
Selama dalam perjalanan pulang tak ada perbincangan sama sekali.Hening.Hanya suara riuh air hujan yang mengisi suasana diantara mereka berdua.

$$$$$

"Disty sayang...Rangga udah didepan tuh,"mama Adisty menerobos masuk kedalam kamar putrinya untuk memberitahu jika Rangga telah menunggunya diluar.Namun belum ada jawaban dari si pemilik kamar.
Mama Adisty terkejut saat melihat putri semata wayangnya masih terbaring diatas tempat tidur.Tak biasanya ia masih tidur jam segini.
"Disty..."panggil mamanya sembari menyentuh wajah gadis itu."Ya Tuhan Disty!Badan kamu panas banget,"seru mama Adisty panik.
Adisty tampak pucat.Badannya menggigil namun suhu tubuhnya sangat panas.Bibirnya bergerak-gerak mengigau memanggil mamanya.
Mama Adisty panik dan segera memanggil Rangga untuk meminta bantuannya.Adisty harus dibawa ke rumah sakit secepatnya.
Adisty hanya demam,begitu kata dokter.Suhu tubuhnya terlalu tinggi sehingga ia mengigau.
Tapi begitu Adisty sadar dan meminum obat penurun panas,kondisinya jauh lebih baik.Gadis itu tertidur lagi usai minum obat.Sementara itu Rangga hanya bisa tertegun disebelah tempat tidur Adisty.Memperhatikan tubuh lemah gadis itu yang sedang terbaring sekarang.Ada semacam perasaan bersalah yang mendera dadanya.
Hujan kemarin pasti penyebabnya.Tapi Adisty keluar dari mobil karena keinginannya sendiri.Tapi itu terjadi setelah mereka berdebat kecil.Secara tidak langsung Rangga juga berperan sebagai pemicu sakitnya Adisty.
Huh...Rangga mendesah.Resah.
"Mam..."
Adisty terbangun dan mencari mamanya.Tapi mama Adisty kebetulan sedang keluar mencari makan.
Dan hanya ada Rangga disana.
Demi melihat Rangga,Adisty urung meminta bantuannya.Ia terlanjur membenci cowok itu.
"Sorry untuk yang kemarin,"ucap Rangga tulus.Mencoba meraih simpati Adisty.
Namun Adisty tak merespon.Ia membuang muka dari Rangga.
"Dis.."
Adisty mulai geram.
"Belum puas loe menghina gue?Ok!Gue akan minta mama untuk membatalkan pertunangan kita.Puas loe?!"seru Adisty kemudian.
Rangga belum sempat membalas ucapan Adisty.Karena mama Adisty tiba-tiba muncul disana.
"Kamu udah bangun sayang?"tegur mama Adisty.
"Disty pengen pulang Mam,"ucap Adisty cepat.
"Tapi sayang..."
"Mam!"
"Ok...as your wish."

$$$$$

Adisty membuka matanya.Sesuatu tampaknya telah mengusik tidur gadis itu.Ia mengucek matanya lantas menggeliat pelan.Tubuhnya tak lagi demam seperti kemarin.
Sinar matahari menerobos lewat celah kecil diatas jendela kamarnya.Hampir menjelang siang,batinnya.Tapi hari ini hari libur,jadi ia tak terlalu khawatir.
Lamat-lamat telinganya menangkap suara percakapan dari arah dapur.Tak seperti biasanya mama dan papa seheboh ini saat berbincang,batin Adisty sembari turun dari atas tempat tidur.
Adisty terhenyak melihat ada yang aneh didapurnya pagi ini.Gadis itu melotot seolah telah melihat alien bertandang ke dapurnya untuk membuat sedikit kekacauan disana.
Apa ia tak salah lihat?Ataukah Rangga yang sudah terinfeksi virus misterius sehingga mengubah kelakuannya?Sulit untuk bisa percaya jika Rangga benar-benar ada didapur keluarga Adisty dan cowok itu sedang memasak sesuatu disana!
Gadis itu hanya mengintip dari balik tembok dan tak berani menampakkan dirinya didepan Rangga yang tampak jauh berbeda dari sebelumnya.
Kedua orang tua Adisty juga tampak sangat senang melihat calon mantunya itu.Lihat saja mereka terus memuji Rangga dan begitu juga sebaliknya.Rangga besar kepala mendapat sanjungan seperti itu.
Adisty bahkan ternganga saat Rangga terus berceloteh dan sesekali tertawa disela-sela obrolan mereka.Seperti kerasukan setan saja,maki Adisty kesal.
Kok bisa orang super cuek dan dingin bahkan bisa dibilang tidak punya perasaan itu berubah drastis dalam semalam?batin Adisty heran.
Apa ia merasa bersalah atas kejadian kemarin lusa?
Kepala Adisty mendadak pusing gara-gara berpikir tentang Rangga.Gadis itu beranjak dari tempatnya.
Adisty melemparkan tubuhnya keatas tempat tidur begitu samapai dikamar.
"Dis..."panggilan itu berbarengan dengan suara ketukan dipintu kamarnya.Bukan suara mama.Ya Tuhan!Rangga!
Adisty gelagapan.Gadis itu bangun dengan gerakan cepat.Sial!Kenapa Rangga masuk kekamarnya disaat dia baru bangun tidur dalam keadaan berantakan dan belum tersentuh air sama sekali.Sempurna!
"Ngapain kesini?"hardik Adisty cemberut.Kesal.
"Mama nyuruh aku bangunin kamu,"jawab Rangga terdengar sopan.Tidak datar seperti biasa.Terus kemana bahasa "loe gue"nya?
"Nggak usah dibangunin juga gue bangun sendiri kok,"cetus Adisty sewot."Ngapain sih loe pagi-pagi kesini dan bikin keributan kecil didapur gue?"sentak Adisty kemudian.
"Gue cuman bikin omelet kok,"sahut Rangga kembali menggunakan bahasa "loe gue"nya.
"Jangan sok baik deh,"cetus Adisty cepat."Maksud loe apa sih?Loe ngerasa bersalah ama gue?Makanya loe ngelakuin ini semua?Gitu?Nggak usah munafik deh,"maki Adisty.
"Iya gue emang munafik,"sahut Rangga tenang.
Adisty tersenyum pahit.Muak dan benci pada sosok yang kini berdiri dihadapannya.
"Loe tau,gue nggak suka loe bersama Milo lagi.Loe tuh milik gue.Loe paham?!"bentak Rangga setengah mengancam.
Hah? Mulut Adisty menganga mendengar ancaman Rangga.Ia tak percaya Rangga bisa berkata seperti itu padanya.
"Gue benci loe!"teriak Adisty geram.
"Terserah,"sahut Rangga cepat.
Cowok itu bergegas keluar dari kamar Adisty.Meninggalkan gadis itu yang masih geram dan kedua matanya telah berubah memerah serta berkaca-kaca.
Adisty merasakan dadanya sesak...

$$$$$

"Yang bener Dis?Masa Rangga bisa bilang kayak gitu?"cecar Sassy tak percaya usai Adisty menceritakan peristiwa kemarin.
Adisty mengangguk lemah.
"Gue mesti gimana Sas?"keluh Adisty tampak memelas.
"Tapi gue liat loe dianterin Rangga tadi pagi,"ucap Sassy beralih topik.Lagi-lagi Adisty mengangguk.
"Apa jangan-jangan Rangga cemburu sama loe,"tebak Sassy disambut tawa oleh Adisty.
"Atas dasar apa dia cemburu ke gue?"celutuk Adisty masih dengan tersenyum.
"Ya siapa tau dia suka sama loe,"jawab Sassy sekenanya.
"Mana mungkin,"elak Adisty."Emangnya gue punya sihir apa sampai-sampai Rangga yang punya hati es batu itu tertarik sama gue.Impossible,"sambungnya.
"Yeee..bisa aja kali,"sahut Sassy seraya mencibir."Eh tapi masa loe nggak punya perasaan sama sekali ama Rangga sih?Secara nih ya,Rangga tuh punya aura dan karakter yang unik.Misterius gitu.Biasanya tipe-tipe kayak gitu yang menarik buat cewek."
"No,"sahut Adisty seraya menggeleng yakin.
"Yang bener nih?"goda Sassy seraya menjawil lengan Adisty.
"Apaan sih,"gerutu Adisty kesal.
"Awas ntar loe kena omongan loe sendiri,kapok loe!"
Adisty menimpuk bahu Sassy geram.Tapi Sassy mengelak dengan tawa tergerai.
"Hei,"sapa Milo menengahi candaan diantara kedua sahabat itu.Cowok itu menebarkan senyum terbaiknya untuk kedua gadis itu.
Adisty tertegun.Namun ia merasa senang dengan kehadiran Milo.Sebaliknya dengan Sassy.Gadis itu sedikit khawatir,karena jika Rangga tahu Milo mendekati Adisty bisa-bisa kacau semuanya.

$$$$$

Bakal ada perang nih,batin Sassy cemas ketika sepasang matanya menangkap penampakan sosok Rangga yang sedang melangkah kearah mereka.Dimana Adisty,Milo dan Sassy tengah asyik ngobrol.
"Dis,"Sassy menyikut sahabatnya demi melihat Rangga nyaris tiba ditempat mereka.
Adisty kaget.Namun terlanjur tak bisa berbuat banyak kecuali menunggu reaksi Rangga.
"Dis!"panggil Rangga.Wajahnya tampak tak bersahabat.
"Loe pulang aja duluan,"suruh Adisty cepat.
"Nggak,loe harus pulang bareng gue,"tegas Rangga ngotot.Tangannya mencekal lengan Adisty kuat-kuat.
"Lepasin Ga,sakit tau nggak,"rengek Adisty seraya berusaha melepaskan cekalan tangan Rangga.
"Makanya ikut gue pulang,"ucap Rangga setengah memaksa.
"Nggak,"tolak Adisty kukuh pada pendiriannya.
Milo yang semula diam akhirnya ikut angkat bicara melihat kejadian itu.
"Loe jangan kasar sama cewek dong,"sela Milo menengahi.
Rangga gusar.Ia menatap Milo dengan tajam.
"Heh loe siapa sih?Dia cewek gue tau nggak,"hardik Rangga marah.
"Iya gue tau.Tapi loe nggak harus kasar kayak gitu.Loe liat kan kalo dia kesakitan,"debat Milo.
Tiba-tiba saja Rangga melayangkan sebuah tinju ke wajah Milo.Membuat cowok itu kaget dan mundur kebelakang.Hidungnya mengeluarkan darah seketika.
Adisty dan Sassy sama-sama menjerit melihat insiden itu.Siapa sangka Rangga bisa berbuat sebrutal itu.
"Yuk,"ajak Rangga menarik paksa Adisty yang hendak menolong Milo.Adisty tak kuasa melawan kali ini.Ia pasrah diseret oleh Rangga pergi dari tempat itu.Namun ia masih bersyukur Sassy ada disana untuk memastikan jika Milo baik-baik saja.

$$$$$

Adisty buru-buru keluar dari mobil begitu sampai didepan rumahnya.Melihat gadis itu tergesa-gesa pergi,Rangga segera mengejarnya.Dan ia berhasil mencekal lengan Adisty seperti yang sudah-sudah.
"Apaan sih,"gerutu Adisty kesal."Udah puas loe nyakitin gue?"
"Gue kan udah bilang nggak suka kalo loe deket-deket sama cowok itu,"tegas Rangga berdalih.
Adisty tersenyum pahit.
"Gue deket ama siapapun gue rasa itu bukan urusan loe..."
"Kata siapa bukan urusan gue,"potong Rangga cepat."Gue suka sama loe Dis.Loe paham??"
Adisty terpana mendengar ucapan Rangga barusan.Terlebih saat Rangga mendekatkan wajahnya ke wajah Adisty.Dunia serasa berhenti saat itu juga.
Benarkah ucapan Rangga itu?batin Adisty bergolak.Untuk yang pertama kali akhirnya ada seseorang yang mengatakan suka padanya.Dan untuk pertama kalinya ia merasakan begitu dekat dengan seorang cowok.Uhh....
"Gue sayang sama loe Dis,"bisik Rangga sebelum mendaratkan kecupannya dikening Adisty.
Oh Tuhan!jerit Adisty dalam hati.Ia seperti mengalami sebuah adegan romantis dalam sebuah drama percintaan.Apa pipinya merah?Apa mama mengintip adegan itu atau tidak ya?
"Sekarang loe tau kan alasannya gue nggak suka ngeliat loe bareng cowok itu?"
Adisty tergagap.Ia tampak pasrah menerima kenyataan dihadapannya tanpa berkata secuilpun.Entah kemana perginya luapan-luapan emosi yang sejak tadi menghuni dadanya.Kenapa ia merasa tak karuan,antara tersanjung dan bahagia.Bahagia? Tolong katakan jika ini benar-benar bisa disebut dengan kata bahagia.
"Sejak kapan loe suka sama gue?"tanya Adisty mirip orang tolol."Gue nggak cantik dan gue naif seperti yang loe bilang."
"Gue nggak tau persis sejak kapan.Tapi gue tau gue nggak butuh alasan untuk menyukai seseorang."
Adisty luluh dengan pernyataan Rangga barusan.Semudah itukah hatinya jatuh untuk seorang Rangga yang super cuek dan berhati es batu yang sangat menyebalkan itu?Ataukah itu hanya tipu muslihat Rangga belaka?Karena bagi Adisty semuanya berjalan terlalu cepat dan serba mengejutkan...

$$$$$

Yeah,ini adalah kali pertama Adisty duduk ditepi lapangan futsal sekedar menonton Rangga main.Biasanya dia tidak pernah absen menonton pertandingan basket.Tapi sejak kejadian kemarin dunia serasa berbalik begitu saja.Sassy pun takjub dengan perubahan sikap Adisty ini.
Sepasang mata milik Adisty terus mengekor kemanapun Rangga bergerak.Apa yang dilihatnya selama ini sangat berbeda dengan yang biasa ia lihat dari sosok Rangga.Rangga yang lincah bergerak kesana kemari menggiring bola sama sekali tak menunjukkan jika ia berhati es batu.Ada aura misterius yang terpancar dari dirinya dan itu seperti magnet untuk Adisty.
Dalam sekejap ia telah melupakan Milo.Ternyata Rangga jauh lebih mempesona dari Milo.Dan Adisty merasa sangat tolol karena baru menyadarinya sekarang.
Rangga melambaikan tangannya kearah Adisty dan disambut dengan girang oleh gadis itu.
"Rangga! I love you!"
Teriakan itu mengundang perhatian seluruh manusia yang kebetulan berada ditempat itu.Seperti itulah Adisty.Tapi ia tak begitu peduli dengan tatapan nyinyir dari orang-orang disekelilingnya.Kemarin menyoraki Milo sekarang ganti Rangga.Dasar!
"Capek Ga?"tegur Adisty saat Rangga melangkah kearahnya karena pertandingan sudah berakhir.
"Lumayan,"sahut Rangga sembari meneguk air mineral dari dalam botol yang disodorkan Adisty.
"Thanks ya udah nonton gue,"ucap Rangga kemudian.
"Hmm.."sahut Adisty seraya tersenyum.
"Bener loe sayang sama gue?"tiba-tiba Rangga bertanya soal pribadi kepada Adisty.Wajar jika Rangga mempertanyakan perasaan Adisty.
Adisty mengangguk pelan.
"Loe adalah takdir gue Ga.Dan gue yakin banget itu,"ucap Adisty kalem.
"Thanks sayang..."
Adisty benar-benar merasa tersanjung karena ada orang yang mencintainya dengan tulus.Yang mau menerima semua kekurangan dalam dirinya.Dan orang itu adalah Rangga.
Adisty berjanji akan menghapus nama Milo selamanya dari hatinya...
"Rangga!"Arya berteriak memanggil Rangga.Cowok itu tampak tergesa-gesa.
"Ada apa Ar?"tanya Rangga.Cowok itu melihat ada kecemasan yang tergaris diwajah Arya.Namun Adisty tak menyadari hal itu.
"Gue pinjem Rangga bentar ya Dis,"Arya segera menyeret Rangga menjauh dari Adisty.Rangga tak bisa menolak karena Arya sepertinya akan menyampaikan hal yang sangat penting.
Ada apa gerangan?

$$$$$

"Gue kembali,"
Gadis cantik berambut panjang itu tersenyum manis.Ujung gaunnya yang menjuntai selutut dipermainkan angin yang berhembus pelan.
Rangga tertegun.Jadi ini hal penting yang ingin diberitahukan Arya?Kembalinya Rheina.
Rangga mendesah panjang.Ia tersenyum kaku sembari mengusap kepalanya sendiri.
"Gue sadar gue nggak bisa hidup tanpa loe Ga,"ucap Rheina seraya berangsur mendekat kearah Rangga.
"Stop,"cegah Rangga seraya mengarahkan telapak tangan kanannya kearah Rheina.Mengurungkan niat Rheina untuk mendekat.
Rheina sedikit terkejut dengan tingkah Rangga.Apa ia masih kecewa?batin Rheina gamang.
"Maafin gue Rang..."
Ucapan Rheina terputus.
"Rhein..bukan gue yang mengakhiri semuanya,"potong Rangga cepat."Tapi loe.Dan gue udah menganggap diantara kita udah selesai.Loe tau sendiri kan gimana gue kalo udah dikecewain.Jadi sorry banget gue nggak bisa lagi nerima loe..."
"Tapi Rangga..."mata Rheina mulai berkaca-kaca.Gadis itu tampak masih ingin memperjuangkan cintanya.
"Pergilah Rhein,"suruh Rangga kemudian.Ia tampak tak mau berlama-lama disana bersama Rheina.
"Gue sayang sama loe Rangga,"tanpa diduga tiba-tiba saja Rheina berlari kearah Rangga lantas memeluk tubuh Rangga dengan paksa.Membuat Rangga kaget dan tak bisa mengelak.
"Rhein,"Rangga berusaha melepaskan pelukan Rheina dengan paksa pula."Lepasin gue Rhein!Gue bukan boneka loe yang bisa loe buang lalu loe ambil lagi!"
Rheina tampak terisak setelah Rangga mendorong tubuhnya menjauh.
"Loe jahat,"ucap Rheina disela isak tangisnya.
"Terserah!"
Rangga berbalik dan hendak pergi dari hadapan Rheina.Namun kakinya urung hendak melangkah.
Didepan sana Adisty berdiri kaku dengan mata basah.Oh Tuhan,seberapa banyak yang gadis itu lihat?Jangan sampai ia salah paham.Kumohon...
"Dis..."
"Yuk pulang Ga,"ajak Adisty kemudian.Seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Rangga melangkah kearah Adisty dengan tergesa.
"Gue bisa menjelaskan semuanya,"ucap Rangga setengah cemas.
Namun Adisty menggeleng pelan.
"Gue udah liat semuanya kok,"sahut Adisty dengan tersenyum.
Rangga terdiam.Separuh hatinya bersyukur Adisty telah melihat semuanya dan tidak salah paham dengan kejadian barusan.

$$$$$

Adisty meratapi hujan yang sedang turun dibalik jendela kamarnya.Tak biasanya ia mendramatisir hujan yang turun.Tapi sesuatu yang memaksanya berlaku seperti ini.
Beberapa hari yang lalu Rheina datang kepadanya dan memohon-mohon agar melepaskan Rangga.Dan baru saja ia mendapat kabar dari orang tua Rheina jika gadis itu sedang dirawat dirumah sakit setelah melakukan percobaan bunuh diri.Ia mengiris pergelangan tangannya sendiri.
Tidak! Adisty menutup wajahnya dengan kedua tangannya sendiri.Kenapa jatuh cinta serumit ini,batinnya sedih.Apa tidak ada cinta yang membahagiakan dan minim konflik seperti dambaan semua orang?
Apa Adisty harus melepaskan orang yang paling dicintainya itu demi gadis lain?Apa ia sanggup menanggung sakit hati yang teramat pedih?
Kedua mata Adisty telah basah.
"Sas...gue mesti gimana?"isak Adisty semenit kemudian.Gadis itu tak tahan menyimpan keluh kesahnya sendirian.
"Ikuti kata hati loe aja Dis,"saran Sassy."Kalo loe beneran cinta ama Rangga perjuangkan dia apapun yang terjadi.Toh yang salah kan cewek itu.Dia yang ninggalin Rangga duluan.Nah sekarang dia pengen balikan ama Rangga.Kalo dia cinta nggak seharusnya dia ninggalin Rangga kan?"cerocos Sassy bersemangat.
Adisty mengangguk meski tahu jika Sassy tidak akan melihatnya.
"Semua keputusan ada ditangan Rangga,Dis,"lanjut Sassy kemudian."Dia yang harus nentuin siapa yang dia pilih.Loe atau cewek itu."
Sassy mengerti.Gadis itu menutup teleponnya dengan perasaan lega.Sassy memang benar.Rangga-lah yang harus memilih sekarang.
Tapi sudah dua hari ini Rangga sama sekali tidak menghubunginya.Meski pulang pergi kekampus sama-sama tapi rasanya tidak cukup tanpa menelpon atau berkirim kabar sekalipun.
Apa Rangga sudah menentukan pilihannya?
Adisty jatuh tertidur diatas meja belajarnya beberapa menit kemudian.Setelah lelah berpikir dan menangis.

$$$$$

Adisty menggeliat perlahan.Matanya juga ikut terbuka.Sinar matahari memaksa masuk lewat lubang kecil diatas jendela.
Apa gue kesiangan?batinnya.Gadis itu mengucek matanya.Tapi ups...apa ini?
Kedua mata Adisty terbelalak takjub menatap jemari tangannya sendiri.Sebuah cincin pernikahan melingkar dijari manisnya!
Sejak kapan benda itu melingkar disana?Tadi malam-kah?Atau pagi ini?Pandai sekali dia memberi kejutan yang benar-benar mengejutkan ini.
Adisty melompat turun dari atas tempat tidurnya dan bergegas menuju dapur tanpa berpikir panjang.
Rangga,mama dan papa Adisty bengong begitu melihat gadis itu muncul dengan tiba-tiba.Lihatlah rambutnya yang acak-acakan seperti baru saja kesetrum itu.
"Udah bangun sayang?"tegur mama Adisty.Dibalas dengan sebuh anggukan kecil.
"Mandi dulu gih,"suruh Rangga menimpali.Tanpa ekspresi.
Uh dasar Rangga.Sudah memberi kejutan sebesar ini tapi mukanya tetap saja cuek bebek.
Tapi kemudian Adisty mengembangjan senyumnya.
"Thanks ya untuk ini,"ucap Adisty seraya mengacungkan tangannya untuk memperlihatkan cincin manis dijemarinya.