Kamis, 17 Januari 2013

BASKET BOY


Lapangan basket sepi. Tidak ada siapa-siapa disana kecuali Donny dan bola basket miliknya yang dibiarkan tergeletak begitu saja diatas lantai. Cowok kelas 3SMU itu tengah duduk tertegun. Sementara peluh masih membasahi kening dan lehernya.Bahkan kaos tim basket sekolah yang melekat di tubuhnya juga basah pada bagian punggungnya. Serentetan omelan dan makian yang dilontarkan oleh pelatih tim basket sekolah pada sesi latihan tadi masih berputar di kepalanya. Bahkan ia bisa mengingat dengan jelas kata-kata kasar yang pelatih itu lontarkan padanya. Semua karena Donny tidak bisa fokus pada bola. Perhatiannya pecah.Terbagi entah kemana. Padahal pertandingan tinggal seminggu lagi. Sebagai pemain inti,harusnya Donny lebih serius ketimbang biasanya.Karena pertandingan minggu depan menentukan masa depannya sebagai pemain basket.Bukankah ia ingin menjadi pemain basket nasional seperti yang selalu ia cita-citakan selama ini? Donny menghela nafas panjang.Seolah-olah ingin menghempaskan semua beban yang memberati pikirannya. ######## Semua berawal dari perdebatannya dengan Rheina yang terjadi tiga hari yang lalu . Selisih pendapat yang pada akhirnya mengungkap kenyataan pahit tentang kisah cintanya. ''Aku cuma ingin kamu nonton aku main, Rhein.'' tandas Donny kala itu. Dengan nada rendah , agar gadis itu tidak salah paham dengan ucapannya. Rheina mendengus. Ia tampak tidak suka dengan ucapan Donny. ''Aku nggak suka basket, Don,'' sahut Rheina cemberut. Donny mendesah pelan mendengar alasan yang dilontarkan kekasihnya. ''Meski demi aku sekalipun?''pancing Donny . Sengaja ingin menguji gadis itu. Tapi gadis itu tak menyahut. Ia diam sembari membuang pandangannya jauh ke arah rumput-rumput ilalang yang tumbuh liar di belakang gedung sekolah mereka. ''Aku tahu kamu nggak suka basket,'' ucap Donny beberapa detik kemudian. Menyambung kalimatnya. ''Aku nggak memintamu selalu nonton aku main''lanjutnya.''Aku cuma ingin sekali-sekali kamu menyisihkan waktumu untuk nonton aku main. Sekali saja, Rhein.'' ucap Donny setengah memohon. Karena seingatnya, belum pernah sekalipun Rheina menontonnya main basket. Meski ia tidak suka basket, apa ia tidak bisa mengorbankan sedikit waktunya untuk melihat Donny main. Tapi Rheina masih saja mengunci bibirnya rapat-rapat. Seolah tak peduli pada perasaan Donny. ''Terus terang aku kecewa padamu,Rhein.'' lanjut Donny lagi. Kali ini ia mulai hilang kesabaran setelah melihat sikap pasif gadis cantik itu.'' Atau kamu memang benar sudah nggak mencintaiku lagi?'' desak Donny sedikit ketus. Memaksa Rheina untuk segera angkat bicara. ''Memang sejak dari awal aku nggak pernah mencintaimu.'' tandas Rheina tiba-tiba. Mengguncang hati Donny seketika.''Kupikir berpacaran dengan cowok populer dan banyak diperebutkan cewek-cewek di sekolah ini akan sangat menyenangkan. Tapi nyatanya nggak seperti yang kukira. Ternyata berpacaran denganmu sangat membosankan.'' Donny menatap seraut wajah di hadapannya. Ia tidak percaya gadis manis itu bisa mengatakan hal itu padanya. Rheina yang cantik dan populer , yang bisa mendapatkan hati cowok manapun termasuk dirinya.Apa Rheina memang seperti itu? Karena fisiknya yang sempurna lantas bisa mempermainkan hati cowok sesuka hatinya? ''Benarkah kamu orang seperti itu, Rhein?'' tanya Donny masih belum bisa mempercayai kenyataan yang baru saja diungkap oleh Rheina.'' Aku nggak percaya kamu bisa melakukan itu padaku, Rhein. Padahal aku sangat mencintai kamu.Apa nggak bisa kamu berusaha mencintaiku, atau berpura-pura mencintaiku sekalipun?!'' tanya Donny kesal. Geram. Emosinya mulai meluap. Raut wajahnya merah padam karena amarah . Namun dicobanya untuk tidak terbawa emosi. '' Maafkan aku,Don,'' ucap Rheina. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi bersalah. Pribadi macam apa Rheina sebenarnya?batin Donny heran. Rheina pergi menjauh. Meninggalkan Donny yang kian tenggelam dalam kekecewaan. ######## Donny belum beranjak dari tempat duduknya . Pikirannya masih dipenuhi dengan bayangan Rheina. Benarkah pacaran dengannya sangat membosankan seperti ucapan Rheina? batinnya. Dan gadis itu mau pacaran dengannya hanya karena ia populer di sekolah, bukan karena Rheina menyukainya. Sementara ia hanya memilih Rheina diantara sekian banyak gadis cantik yang mengincarnya. Mungkin saja ia terlalu bodoh dan hanya terpaku pada kecantikan fisik Rheina hingga ia mencintai gadis itu setengah mati. Padahal dari semula Rheina hanya ingin mempermainkannya. Donny tersenyum pahit. Menertawakan kebodohannya sendiri. Hanya demi seorang Rheina , ia bisa kehilangan konsentrasi latihan. Bukan hal yang penting untuk meratapi gadis macam Rheina.Basket jauh lebih penting dari apapun, tak terkecuali gadis bernama Rheina. ''Don! Nggak pulang?!'' Teriakan Indra menyadarkan cowok itu. Ia bergegas menyambar bola basket miliknya dan berlari ke arah sahabatnya. Ia telah berjanji untuk segera melupakan pecundang bernama Rheina dan lebih fokus pada pertandingan minggu depan........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar