Kamis, 31 Januari 2013

LOVE STORY

Sebuah kepopuleran bisa mengubah segalanya, termasuk kepribadian seseorang. Termasuk Hans......... Nama Hans tiba-tiba saja menjadi bahan perbincangan publik. Televisi, radio, media cetak dan internet selalu diwarnai berita tentangnya. Seorang cowok berbakat yang mempunyai suara emas....... Semenjak Hans mengikuti audisi pencarian penyanyi yang diadakan sebuah label rekaman, dari situlah semua berawal. Hans terpilih untuk menyanyikan sebuah single baru, dan lambat laun namanya mulai dikenal publik. Lagu dan suara Hans banyak disukai. Dan dalam waktu sekejap saja popularitasnya melesat bagai roket. Tawaran menyanyi dalam acara-acara musik mengalir deras padanya. Ia selalu sibuk bahkan kuliahnya juga terbengkalai...... ~~~~~~ Vinda mengemasi buku-buku di hadapannya. Langit tampak mulai menghitam. Perpustakaan sebentar lagi juga akan tutup. Gadis itu berangsur mengembalikan buku-buku ke dalam raknya semula. Dengan langkah ringan ia keluar dari perpustakaan lantas menuju kearah halte tak jauh dari tempat itu. Matanya menatap ke langit . Ke arah segerombolan awan berwarna pekat, yang sebentar lagi akan jatuh menjadi butiran-butiran hujan. Ia harus segera pulang sebelum hujan benar-benar turun dan membasahi tubuhnya. Namun mendadak ia teringat akan Hans. Biasanya ia dan Hans selalu pulang bersama. Menaiki bus yang sesak dan dipenuhi dengan berbagai macam aroma. Tapi sama sekali tak mengurangi keceriaan dan semangat dalam diri mereka. Vinda rindu saat-saat seperti itu. Ia rindu pada Hans. Pada canda dan tawa renyahnya. Sekian tahun bersahabat dengan Hans, sekalipun mereka tak pernah terpisah. Mereka selalu pergi berdua dan menghabiskan waktu bersama-sama. Dan Vinda merasa sangat kehilangan sosok Hans semenjak ia menjadi populer. Tapi Vinda juga ikut andil dalam masalah itu. Vinda sendiri yang memaksa Hans untuk ikut audisi meski cowok itu sudah menolak. Vinda menelan ludah. Titik gerimis mulai berjatuhan, padahal bus yang ia tunggu belum juga muncul.... Kini Hans mulai jauh darinya. Jadwal pentas dan wawancara yang padat membuat Hans tak punya waktu lagi untuk Vinda. Bahkan cowok itu juga jarang menderingkan ponsel Vinda, meski itu hanya sebuah pesan singkat "selamat malam". Dengan kepopuleran namanya pasti banyak gadis yang menyukai Hans. Dan jika Hans mau ia bisa mendapatkan gadis manapun yang ia suka. Yang lebih cantik, kaya dan sempurna. Vinda merutuki dirinya sendiri. Sepertinya hujan telah mengkontaminasi pikirannya. Kenapa ia bisa berpikir seperti itu tentang Hans? Sejak awal sampai sekarang tidak ada hubungan istimewa diantara mereka. Hubungan mereka tak pernah lebih dari sekedar sahabat. Mana mungkin Hans menyukai gadis kekanak-kanakan seperti dirinya. Jika Hans menyukainya pasti sejak dulu ia menyatakan cintanya. Tapi sampai sekarangpun sama sekali tidak ada pernyataan cinta yang terlontar dari bibir Hans untuknya. Dasar bodoh, makinya dalam hati. Kenapa pula ia mesti jatuh cinta pada sahabatnya sendiri? Dan tampaknya Hans juga mulai menjauh dari persahabatan yang mereka jalin selama lima tahun terakhir......... ~~~~~~ "Kuliah di luar negeri.......?"gumam Vinda. Gadis itu menemukan selembar brosur pendidikan luar negeri di atas meja kerja papanya. Ia melihatnya sekilas. Namun sebuah ide langsung terlintas di benaknya. Vinda buru-buru berlari ke teras dimana papa dan mamanya tengah menikmati senja disana. Ditemani seduhan teh hijau dan pai apel. "Pa.... Vinda ingin kuliah diluar negeri" ucap Vinda mengejutkan keduanya. Beberapa waktu yang lalu Vinda mati-matian menolak untuk kuliah diluar negeri, tapi tiba-tiba saja ia berubah pikiran. Ada apa dengan anak itu, batin kedua orang tuanya terheran-heran. "Apa kamu nggak salah Vin? Bukannya kamu nggak suka pergi jauh dari rumah."sahut mama Vinda. "Ah mama... Vinda kan pingin belajar mandiri. Lagian nggak semua orang punya kesempatan kuliah diluar negeri, betul kan Pa?" tanya Vinda mencari dukungan papanya. Disambut anggukan papanya. "Tapi dulu kamu menolak kuliah diluar negeri, kenapa berubah pikiran secepat ini?" desak mamanya. "Mama ini.... Setiap orang bisa berubah pikiran setiap saat kan?" Vinda membela diri. "Kamu yakin pada keputusanmu?" sela papa. "Hm" sahut Vinda cepat sebelum berubah pikiran lagi. "Tapi kamu harus janji untuk belajar sungguh-sungguh..."sambung papa meminta keseriusan putrinya. "Sip..." ~~~~~~ Vinda duduk resah di bangkunya sembari menatap lalu lalang orang-orang di bandara. Ia melihat ada pertemuan dan perpisahan yang terjadi di tempat itu. Sebagian untuk sementara dan mungkin sebagian lagi untuk selamanya. Sedang ia sendiri akan pergi untuk jangka waktu dua tahun ke depan. Semua bentuk perpisahan pasti sulit pada awalnya, namun akan menjadi hal biasa pada akhirnya. Gadis itu menghela nafas sejenak. Pesawat menuju Australia akan take off beberapa saat lagi dan ia harus segera bergegas. Ia akan pergi tapi dalam hatinya masih berharap jika Hans tiba-tiba saja datang dan mencegah kepergiannya. Lantas Hans akan mengatakan alasan kenapa ia tidak ingin Vinda pergi adalah karena ia mencintai Vinda. Sempurna sekali rencana Vinda. Tapi ini bukanlah sebuah drama. Dan Vinda bukanlah seorang sutradara yang bisa mengatur jalan cerita ini semaunya . Bodoh! maki Vinda dalam hatinya. Ia sudah membulatkan tekad untuk pergi keluar negeri untuk kuliah sekaligus melupakan perasaannya pada Hans. Tapi kenapa disaat ia hendak masuk kedalam pesawat hatinya terus bergumam tentang Hans. Tidak boleh! cegah batinnya. Ia harus konsisten pada rencana semula. Apapun yang akan terjadi nanti bisa ia lihat dua tahun mendatang............ ~~~~~~ Dua tahun kemudian....... Vinda baru saja tiba kemarin. Isi kopernya pun masih belum sempat dibongkar. Rasa penat masih mendera tubuhnya usai penerbangan lintas negara. Australia _ Indonesia....... " Apa kabar Vin?" tegur Hans tiba-tiba. Membuyarkan lamunan sorenya. Cowok itu telah berdiri di hadapannya dengan tampilan manis. Sebuah celana jeans hitam berpadu dengan sweater berwarna krem membalut tubuhnya. Vinda tersenyum kaku. Takjub akan kemunculan cowok itu. Ia sama sekali tidak menduga Hans akan menemuinya secepat ini. " Ba..Baik Hans." sahut Vinda kikuk. Kenapa tiba-tiba saja ia merasa canggung bertemu Hans. Dan ia juga mendapati separuh hatinya hancur manakala menyadari ia masih menyimpan perasaan untuk Hans. Saking canggungnya gadis itu hampir saja lupa untuk mempersilakan cowok itu untuk segera duduk. Namun ketika ia hendak mengambilkan minuman untuk Hans, cowok itu mencegahnya. " Kenapa saat itu kamu nggak bilang ingin pergi , Vin?' tanya Hans beberapa menit kemudian. "Sorry Hans......." tandas Vinda lirih. Gadis itu tertunduk menatap lantai teras. "Terus terang aku sangat kecewa, Vin... Tapi aku juga sadar, kegiatanku sangat padat waktu itu. Sampai-sampai aku nyaris melupakan persahabatan kita." ucap Hans seraya tersenyum pahit. Sahabat? Jadi Hans benar-benar tidak punya perasaan apapun untuknya, dan menganggap Vinda hanya sebatas sahabat? batin Vinda getir. "Bagaimana karirmu sekarang Hans? Kamu sudah mengeluarkan album?"tanya Vinda mengubah topik pembicaraan . Hans tertawa renyah. Membuat Vinda bertanya-tanya, apa pertanyaan yang ia ajukan pada Hans salah? "Aku nggak pernah merilis sebuah albumpun, Vin."tandas Hans datar. Membuat Vinda terhenyak. Selama kuliah di Australia ia sama sekali tidak pernah mengikuti perjalanan karir Hans melalui internet. 'Aku ikut audisi itu bukan karena keinginanku sendiri. Itu semua adalah keinginanmu. Kamu yang ingin aku menjadi seorang penyanyi, Vin. Kupikir untuk apa aku jadi penyanyi jika kamu malah pergi. Aku sudah melepaskan semua itu , Vin...." tutur Hans panjang. Tanpa ekspresi menyesal sama sekali. Vinda terbelalak mendengar pengakuan Hans. Ia tak percaya dengan apa yang Hans telah lakukan. Padahal tidak mudah untuk meraih kepopuleran seperti itu.... "Hans......" ucapan Vinda terpotong. "Aku baru sadar setelah kamu pergi Vin... Ternyata aku merasakan sesuatu yang sangat menyesakkan didalam dadaku saat kamu nggak ada disisiku. Tapi pastinya kamu nggak pernah merasakan hal yang sama. Buktinya kamu bisa hidup dengan baik diluar negeri. Aaahh....mungkin saja aku terlalu mendramatisir keadaan."Hans tergelak di ujung kalimatnya. Namun Vinda malah menganggap hal itu bukanlah sebagai sesuatu yang layak untuk di tertawakan. "Sejujurnya aku pergi karena aku takut kamu melupakanku Hans..."ujar Vinda pelan. Hans tercekat. Ia mengamati raut wajah gadis itu lekat-lekat. "Maksudmu?" tanya Hans tidak mengerti. "Aku takut kepopuleran membuatmu menjauh dariku Hans. Makanya aku pergi untuk membunuh perasaanku sendiri. Karena saat itu aku mulai merasa nggak mengenalmu lagi....." terang Vinda terbata. Hans tersenyum tipis. Ia tidak pernah menduga bahwa Vinda bisa berterus terang seperti itu padanya. Tentang perasaannya pada Hans.... "Aku nggak menyangka ternyata pendidikan di Australia bisa mengubahmu menjadi sedewasa ini." ucap Hans bermaksud menggoda. Karena wajah gadis itu tampak terlalu serius. "Hans!"teriak Vinda manja. Ia menepuk bahu Hans keras-keras hingga cowok itu meringis kesakitan. Ternyata sifat kekanak-kanakan itu masih melekat pada diri Vinda, tapi itulah yang membuat Hans senantiasa merindukan gadis itu. "Aku sayang kamu Vin....." tandas Hans jujur. Akhirnya pernyataan yang lama di pendamnya terucap sore itu. Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar