Minggu, 27 Januari 2013

WINTER DREAM


Langkah-langkah kecil Yoona menapaki lapisan salju. Sisa hujan salju semalam. Bahkan serpihan salju juga mulai berjatuhan ketika gadis berwajah oval itu tiba di tempat tujuannya. Pohon sakura itu masih berdiri tegak di tempatnya.Tepat di belakang bekas sekolahnya dulu. Ia tampak kurus hanya dengan ranting-ranting kosong yang menengadah pasrah ke arah langit. Mencoba bertahan dari musim. Yoona terpaku . Matanya menatap kosong ke arah sebatang pohon yang berdiri kaku dihadapannya. Sedang pikirannya mengembara bagai mesin waktu. Menjelajah beberapa waktu silam. Dimana ia masih berumur belia dan polos. Di tempat itu ia pernah menghabiskan separuh masa kecilnya bersama seseorang. Mereka tertawa , bermain dan berbagi segalanya kala itu. Saat musim dingin singgah, maka akan ada sepasang boneka salju berdiri di tempat itu. Juga ada tawa riang diantara bola-bola salju yang melayang di udara. Kenangan itu seakan masih terkubur di bawah pohon sakura yang menjadi satu-satunya saksi bisu masa kecil itu. Dan kedatangan Yoona kali ini untuk menggali kembali kenangan silam itu. Tapi ada separuh dari kenangan itu yang tidak ia dapati di tempat itu. Sosok laki-laki pemilik kenangan itu... Jung Hyun.... Pemilik kenangan itu, entah dimana keberadaannya sekarang. Semenjak kelulusan Yoona tak pernah mendapati kabar tentangnya. Rumahnya telah kosong ketika ia mencoba mencarinya kesana. Jung Hyun telah pergi tanpa meninggalkan jejak untuk dilacak. Yoona tidak pernah menyadari perasaan kehilangan yang ditinggalkan Jung Hyun untuknya adalah sebuah cinta. Sebuah cinta pertama yang baru disadarinya tiga hari setelah laki-laki itu pergi dari hidupnya. Tapi ia telah kehilangan cinta pertamanya itu yang mungkin untuk selamanya. Yoona mendesah berat. Ia hendak melepaskan beban berat yang menyesaki dadanya. Tapi sulit. Beban itu masih ada disana. Dan akan membuatnya susah bernafas ketika mengingat sebaris nama Jung Hyun. Kenapa begitu sulit melupakan kenangan terindah itu, gumamnya lirih.Sedang mungkin Jung Hyun telah menghapus tuntas kenangan itu. Gadis itu mulai menggigil. Suhu udara turun terlalu drastis tanpa disadarinya. Namun tak cukup untuk memaksanya beranjak pergi dari tempatnya berdiri. Ia membiarkan serpihan salju berjatuhan diatas mantel yang melekat di tubuhnya. Membekukan tubuh rapuhnya...... ####### Hipotermia...... tandas dokter beberapa saat yang lalu, tepat disaat Yoona membuka mata. Raut wajah gadis itu masih tampak beku meski ruang rumah sakit yang ia tempati sekarang terasa hangat. ''Apa yang kamu lakukan di tempat seperti itu?'' pertanyaan itu bernada datar. Menyadarkan Yoona bahwa Lee Joon sedang mengawasinya dari sudut kamar. Wajahnya terlihat dingin meski dalam hatinya sangat mencemaskan keadaan Yoona. Ia melangkah ke samping tempat tidur sesaat kemudian. Yoona mengatupkan bibir. Enggan menanggapi pertanyaan laki-laki tampan di sisinya. ''Kamu ingin membeku disana?!'' tanya Lee Joon setengah berteriak. Geram melihat sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan gadis itu. ''Kak....'' ucap Yoona lirih. ''Aku hanya ingin mengunjungi sekolah lamaku sebelum pulang ke Seoul.''tandas Yoona mencoba meredam kemarahan di ujung mata Lee Joon. Lee Joon menghela nafas. Ia ragu akan alasan yang dilontarkan gadis itu. Tapi ia membungkam mulutnya. Tak ingin memperpanjang persoalan. ''Istirahatlah...''suruh Lee Joon sebelum meninggalkan ruangan. Masih dengan sikap dingin. Bahkan ia sama sekali tak menyentuh gadis itu meski sekedar untuk memeriksa suhu tubuhnya. ####### Dalam perjalanan menuju Seoul.... Yoona masih merasa gundah manakala melihat ekspresi di wajah Lee Joon. Meski ia telah terbiasa melihat wajah beku itu. '' Aku ingin minta maaf...'' ucap Yoona lirih. Memecah kesunyian di dalam mobil. Memulai percakapan. '' Aku tahu kakak mencemaskanku....''imbuh Yoona lagi. Lee Joon menoleh sebentar ke arah Yoona, lantas berkonsentrasi lagi pada kemudi. '' Kakak masih marah padaku?'' tanya Yoona hati-hati. ''Tidak.''sahut Lee Joon pendek. Dengan nada datar. Begitulah sifat laki-laki itu. Selalu dingin dan tanpa ekspresi. Yoona sedikit merasa lega mendengar jawaban Lee Joon. Ia juga tidak suka membuat laki-laki itu merasa disusahkan olehnya. ''Lain kali kau harus menjaga diri baik-baik, jangan membuat orang lain cemas.'' tandas Lee Joon kemudian. Menunjukkan perhatiannya. ''Baiklah''sahut Yoona. Mendadak ponsel Lee Joon berdering. Memutus percakapan kecil diantara keduanya. '' Halo.....Apa?....Bagaimana keadaannya?.....Baiklah aku akan segera mkkesana...'' Lee Joon mengakhiri hubungan telepon. Tampaknya sesuatu telah terjadi. Entah apa dan pada siapa. Yoona hendak bertanya, tapi urung begitu melihat ekspresi wajah Lee Joon. ''Masuklah , aku ada urusan lain'' suruh Lee Joon begitu mobil mereka berhenti di depan rumah. ''Kak....'' Namun Lee Joon telah melajukan mobilnya pergi menjauh. Tanpa menjelaskan sesuatupun pada Yoona. Gadis itu hanya bisa terpaku dalam tanda tanya... ###### Presdir sakit....begitu ucap pelayan siang tadi.Karena itulah Lee Joon pergi. Tapi ia sama sekali tak berkata apapun pada Yoona. Meski ayahnya sakit sekalipun. Kenapa? batin Yoona risau. Lee Joon selalu bersikap seperti itu. Selalu tertutup dan lebih suka memendam semua sendirian, padahal Yoona ingin sebaliknya. Lee Joon datang. Yoona tergopoh-gopoh menyambutnya di depan pintu. Ia tampak cemas melihat laki-laki itu. Namun tak begitu dengan Lee Joon. ''Apa yang terjadi Kak? Bagaimana keadaan ayah?'' serbu Yoona seraya mengekor langkah Lee Joon masuk ke dalam kamar. ''Dia baik-baik saja'' jawab Lee Joon. Laki-laki itu melepaskan jas yang melekat di tubuhnya. ''Kenapa Kakak tidak berterus terang padaku dan menyimpan semuanya sendirian? Aku juga mencemaskan keadaan ayah....''tandas Yoona. Lee Joon membalikkan tubuh dan menghadap Yoona. ''Kau tidak perlu cemas...'' ucap Lee Joon ringan ''Tapi...''kalimat Yoona menggantung. Karena gadis itu baru menyadari bahwa posisinya terlalu dekat dengan Lee Joon. Membuatnya merasa tidak nyaman. ''Jika aku yang sakit, apa kau juga akan mencemaskanku?'' pancing Lee Joon kemudian. Memojokkan Yoona di sudut sempit. Gadis itu tak berkutik. Bibirnya terkunci seketika. Lee Joon tersenyum pahit. ''Kau tidak bisa menjawabnya?''desak Lee Joon. ""Kenapa? Apa pertanyaanku terlalu sulit untuk kau jawab?''tanya Lee Joon geram. Membuat tubuh Yoona gemetar. Gadis itu menghindari tatapan mata Lee Joon yang terus mengejarnya. Lee Joon menghela nafas berat.''Karena itulah aku lebih suka memendamnya sendiri. Karena kau tidak pernah mencintaiku.'' tandas Lee Joon kecewa. Lantas meninggalkan Yoona yang terpojok kaku pada dinding dan tengah menatap punggung Lee Joon dengan mata berkabut.... ###### Yoona membenahi letak selimut yang tengah menutupi tubuh ayah mertuanya. Ia sudah berada di ruang rumah sakit semenjak beberapa menit yang lalu. Dengan izin Lee joon. Ia menjaganya untuk beberapa waktu. Seorang dokter masuk ke dalam ruang itu beberapa saat kemudian . Menyentak lamunan gadis itu. Ia tertegun menatap seorang laki-laki muda yang berpakaian putih itu. Ia merasa tak asing dengan seraut wajah itu. Benarkah ia pemilik kenangan musim dingin di bawah pohon sakura belakang sekolah yang selama ini selalu lekat dalam ingatannya? "Kak Jung Hyun...''panggil Yoona ragu. Ia sedikit takut salah mengenali orang. Dokter itu mengerutkan dahinya seraya berusaha mengingat identitas gadis itu. ''Yoona....''ucapnya.''Benarkah kau Yoona teman masa kecilku?''tanyanya kurang yakin. ''Ya''sahut Yoona seraya mengangguk pasti.'' Kakak masih ingat aku?'' tanya Yoonalagi. ''Tentu saja. Aku tidak menyangka kau sudah dewasa dan setinggi ini. Cantik pula. Padahal dulu kau pendek dan gemuk'' ujar dokter itu sembari tersenyum. Begitu juga dengan Yoona. Namun reuni kecil itu terusik begitu Lee Joon mendadak muncul dan mengacaukan segalanya. ''Oh Dokter Kim...'' sapa Lee Joon hangat . Disambut hangat pula oleh dokter itu. ''Bagaimana keadaan ayah saya? Apa dia sudah lebih baik?'' tanya Lee Joon. ''Dia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin dua hari lagi sudah bisa pulang'' ucap dokter Kim memberi keterangan. Namun dokter itu buru-buru pamit dari ruangan itu. Menyisakan perasaan tak tentu dalam diri Yoona... ###### Akhirnya Yoona bisa mencuri waktu untuk menemui dokter Kim Jung Hyun, sekedar mencairkan kerinduan yang selama ini mendera hati dan jiwanya. Sembari menikmati segelas kopi panas di lorong rumah sakit... ''Maaf...aku tidak sempat berpamitan saat itu'' ucap Jung Hyun mengawali percakapan.''Kami terburu-buru pindah ke Seoul. Aku juga tidak sempat kesana setelah itu. Aku sangat sibuk dengan pendidikanku.Ku dengar kau sudah menikah dengan Tuan Lee. Selamat atas pernikahanmu. Tampaknya laki-laki itu baik. Kalian pasangan yang serasi.''tuturnya panjang. Yoona menghela nafas. Kenapa Kak Jung Hyun bicara begitu panjang disaat mereka mulai berbincang? batinnya sedikit kecewa. ''Apa kakak masih ingat dengan pohon sakura di belakang sekolah?" tanya Yoona mengalihkan topik perbincangan. ''Tentu saja. Dulu kita sering bermain disana.'' sahut Jung Hyun dengan tersenyum. ''Apa kakak tahu setelah kakak pergi, aku selalu menunggu disana. Berharap kakak pulang menemuiku. Bahkan saat musim dingin ibu selalu memarahiku karena aku hampir membeku kedinginan disana. Tapi kakak tidak pernah pulang...'' tutur gadis itu terbata. Ada segumpal kabut menghalangi tatap matanya. ''Yoona......'' Jung Hyun merasa tidak enak hati mendengar penuturan Yoona.Ia merasa bersalah terhadap gadis itu. ''Apa kak Jung Hyun tahu,aku mencintaimu kak...''tandas Yoona mengejutkan. Jung Hyun terbelalak mendengar pengakuan Yoona. Ia sama sekali tidak menduga bahwa kenangan masa kecil itu begitu lekat di benak Yoona.Terlebih lagi gadis itu telah menikah... "Yoona...Apa yang kau bicarakan? Aku selalu menganggapmu sebagai adikku, bahkan sampai sekarang...'' ujar Jung Hyun menanggapi perasaan Yoona. Yoona tercekat. Air mata telah meleleh di pipinya. Kesedihan tak bisa ia sembunyikan dari wajah pucatnya.Ia pikir Jung Hyun punya perasaan yang sama dengannya,ternyata tidak. ''Maafkan aku Yoona...aku tidak bermaksud membuatmu terluka.'' ucap Jung Hyun sekedar ingin meredam kesedihan Yoona. Tapi tampaknya kesedihan itu terlampau dalam... Gadis itu beranjak dari tempat duduknya lantas pergi meninggalkan Jung Hyun yang tertegun menatapnya. Tanpa kalimat namun air mata telah mengungkapkan segala kepedihan hatinya.... ###### ''Kau baru pulang?'' Pertanyaan dari bibir Lee Joon menghentikan langkah Yoona yang hendak menaiki tangga. "Ya.''sahutnya pendek. Tanpa menoleh. Ia sengaja menyembunyikan raut wajahnya dari penglihatan Lee Joon. Gadis itu hendak melanjutkan langkahnya kembali namun suara Lee Joon menghentikannya untuk yang kedua kali. ''Jadi karena laki-laki itu kau sanggup untuk membekukan tubuhmu?'' tanya Lee Joon dengan nada datar. Namun terdengar sinis. Yoona terperangah. Ia menoleh ke arah Lee Joon yang kini bergerak mendekatinya.Ia tampak terkejut dengan pertanyaan Lee Joon. Rupanya ia mendengar semua pembicaraannya dengan Jung Hyun di rumah sakit tadi. ''Aku tahu kau tidak pernah mencintaiku. Tapi aku sangat mencintaimu. Bahkan aku rela mati demi dirimu. Mungkin aku sudah gila.Tapi bagiku kau adalah satu-satunya wanita yang membuatku ingin hidup.''tutur Lee Joon dingin. Sementara Yoona hanya bisa tertunduk menyembunyikan matanya yang telah basah dalam beberapa detik saja. ''Apa tidak bisa kau berpura-pura mencintaiku meski cuma sehari saja?!!!'' teriak Lee Joon tiba-tiba. Amarahnya telah meledak . ''Kak....''isak Yoona seraya mencoba menggenggam lengan Lee Joon.Mencoba meredam amarah laki-laki itu dengan tangisnya.Ia hendak meminta maaf, tapi tak sanggup jika melihat kemarahan di wajah Lee Joon. Laki-laki itu menghempaskan tangan Yoona dengan kasar. Membuat gadis itu kaget hingga mundur beberapa langkah. ''Simpan air mata palsumu itu!'' tandas Lee Joon. Lantas ia pergi dari ruangan itu tanpa mempedulikan Yoona. Entah pergi kemana. Sementara Yoona jatuh terduduk di atas lantai dengan air mata yang kian menderas. ####### Lee Joon tak pulang semenjak hari itu. Bahkan saat presdir dibawa pulang kerumahpun, ia tak kunjung nampak. Mungkin ia terlalu marah pada Yoona dan enggan untuk melihat gadis itu lagi. Namun justru sikap Lee Joon menyisakan penyesalan dan rasa bersalah yang mendalam di hati Yoona. Tapi ia tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki suasana hati Lee Joon. Bahkan laki-laki itu mungkin telah kehilangan rasa pada Yoona, juga kepercayaan pada gadis itu. Yoona tertegun. Meratapi salju yang berjatuhan dari langit. Meresapi kesedihannya sendiri. Sembari melukis wajah dingin Lee Joon. Entah dimana gerangan dirinya. Namun selembar surat cerai telah ia kirimkan pagi tadi. Masih tergeletak di atas meja. Yoona tak bisa membayangkan jika Lee Joon akan secepat itu mengambil keputusan untuk bercerai. Yoona hampir tak bisa bernafas saat membayangkan ekspresi wajah Lee Joon saat terakhir kali mereka bertemu. Ternyata berpikir tentang kehilangan Lee Joon begini melukai perasaannya. Serpihan salju telah singgah di kepala gadis itu tatkala ia menapakkan kakinya keluar dari rumah Lee Joon. Dingin merambat ke tubuhnya dengan cepat.Namun sama sekali tak di pendulikannya. Mungkin jika ia mati beku semua perasaan menyesal dan bersalah itu akan terhapus begitu saja,batinnya dengan terus melangkah. Tak peduli salju kian gencar menyerang tubuhnya..... ###### "Yoona sakit" tandas Jung Hyun di depan meja kerja Lee Joon. Berharap laki-laki itu akan segera bangkit dan berlari ke rumah sakit. Tapi harapannya sia-sia. Laki-laki itu tidak bereaksi sama sekali. "Apa hubungannya denganku? Orang yang dia cintai adalah kau. Pasti dia lebih senang jika kau yang ada disana'' tandas Lee Joon acuh tak acuh. ''Dia sakit karena dirimu.Dia mengalami hipotermia dan dia sama sekali tidak mau makan.Apa kau akan membiarkannya begitu saja? Dia bisa mati setiap saat, kau tahu itu?!''tandas Jung Hyun keras. Menggugah hati Lee Joon. ''Dia sudah bukan istriku lagi. Jadi dia sakit atau tidak itu bukan urusanku''ucap Lee Joon teguh pada pendiriannya. Ia masih tampak tenang pada sikapnya semula. ''Ku pikir kau orang yang baik untuk Yoona, tapi ternyata aku salah. KasihanYoona, pengorbanannya sia-sia.''tandas Jung Hyun terdengar kecewa. Lee Joon hanya termenung setelah Jung Hyun pergi. Batinnya bergulat. Bayangan Yoona tampil di dalam benaknya. Gadis manis itu telah memporak-porandakan keangkuhan egonya. Karena senyum gadis itulah untuk pertama kalinya ia merasa jatuh . Ia jatuh cinta pada Yoona. Cinta pertama..... Ia dilanda dilema. Yoona tidak pernah mencintainya. Gadis itu terjebak dalam kenangan masa lalunya. Tapi sekarang ia tengah sekarat. Betulkah ia melakukan hal itu demi Lee Joon?? ###### Tubuh itu tampak rapuh dan lemah. Wajahnya tirus dan pucat. Ia terbaring kaku diatas tempat tidur dengan jarum infus menancap di tangannya. Seolah tak ada kehidupan dalam dirinya... Lee Joon menatap wajah Yoona dengan hati miris. Kenapa ia begitu bodoh sampai-sampai menyiksa dirinya sendiri?batin Lee Joon seraya meraih tangan Yoona yang kurus dan dingin. ''Bodoh.....''maki Lee Joon lirih.''Kenapa kau melakukan ini? Kau tahu kan, kalau aku benci melihatmu membeku. Kenapa kau masih melakukannya juga?! Bangun Yoona !!!'' teriak Lee Joon didekat telinga Yoona. Meski telah dicobanya untuk membendung air mata, tetap saja tak bisa. "Aku mencintaimu.....Bangunlah.''ucap Lee Joon lirih. "Aku tidak serius saat membuat surat cerai itu. Aku hanya marah saat itu. Tapi aku sudah tidak marah lagi sekarang....'' Namun tubuh Yoona masih belum bergerak juga.Membuat Lee Joon bertambah cemas melihatnya. Ia hanya bisa menggenggam jemari gadis itu erat-erat, seraya berdoa agar Yoona segera bangun. ''Apa kakak baik-baik saja?'' suara lemah itu menyadarkan tidur Lee Joon. Ia bergegas membuka mata dan mendapati Yoona telah sadar. ''Bodoh... Kau hampir mati dan masih sempat bertanya apa aku baik-baik saja,'' maki Lee Joon pelan. Ia segera mendekap tubuh Yoona dan berbisik padanya. ''Kelak jangan melakukan ini lagi. Kau mengerti?'' ####### Musim mulai beralih. Salju berangsur mencair. Matahari bersinar cerah. Suhu udara juga bertambah hangat. Musim semi telah tiba. Menggantikan musim dingin juga mengakhiri mimpi-mimpi masa lalu.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar