Minggu, 24 Juli 2016

Mysterious House part 4 (the end)


Dua tahun kemudian...
Langkah-langkah kecilku terasa gontai saat menapaki jalanan yang basah usai diguyur hujan sore tadi.Malam mulai menggelap saat aku sampai didepan rumah besar itu.Rumah Jordan...
Bulu kudukku berdiri.Merinding.Dan kekuatan aneh itu memaksaku berhenti didepan rumah Jordan.Memaksaku lagi untuk menoleh kesana.Kearah rumah yang misterius itu.
Rumah itu masih tampak kokoh berdiri disana.Hanya saja tampak tak terawat.Dan gelap.Menggetarkan setiap orang yang menatap kesana.
Setelah kematian oma,Nyonya Rose pindah dari rumah itu.Wanita itu membiarkan rumahnya kosong sampai sekarang.
Dalam keremangan senja aku menangkap sosok bayangan Jordan sedang berdiri diatas balkon.Pemuda itu menatapku dengan dingin.Ekspresinya datar.Sama seperti saat aku pertama kali melihatnya.
Kenapa ia masih disana?Apa sebenarnya yang membuatnya tak bisa pergi?Apa sebenarnya yang telah memerangkap rohnya didalam rumah itu?
Jordan,katakan...bisikku dalam hati.
Oh,darahku berdesir.Dibelakang Jordan muncul sebuah bayangan lagi.Sosok oma!
Ya Tuhan,jeritku tersendat.Kedua orang itu...
Tidak.Aku tidak boleh berlama-lama disini,batinku cepat.Aku tidak mau lagi berurusan dengan roh atau apa itu namanya.
Aku harus pergi secepatnya dari sini,batinku seraya melangkah pergi dari tempatku berdiri.
Namun sesuatu tiba-tiba menubruk tubuhku dengan cepat.Membuat tubuhku melayang diudara untuk beberapa detik lamanya.Sebelum akhirnya kembali mendarat diatas aspal dengan gerakan cepat pula.
Ini kecelakaan,batinku sebelum kepalaku membentur sesuatu yang keras.Dan rasa sakit yang teramat luar biasa mendera kepalaku sebelum akhirnya aku tak bisa merasakan apa-apa lagi.Namun aku masih sempat melihat bayangan Jordan terbaring diatas aspal dengan kepala berlumuran darah sebelum akhirnya tempat Jordan aku gantikan...

Tamat

Mysterious House part 3


Pagi ini aku dihadang Nyonya Rose didepan pintu.Ia menyeretku ke rumah sakit dimana oma dirawat.Meskipun keadaan oma sudah lebih baik namun beliau masih belum bisa dibawa pulang.Aku yang bertugas menjaganya dirumah sakit sampai petang nanti atau sampai nyonya Rose datang.
Aku senang melihat oma duduk bersandar pada tumpukan bantal.Wajahnya tampak lebih cerah meski jarum infus masih menancap dikulit tangannya.Seperti kata Jordan oma paling benci dengan jarum dan obat.Bersabarlah oma...
"Apa kabar Oma?"sapaku seraya mencium kedua pipi oma."Derra senang bisa melihat oma lagi."
"Iya Derra,oma sudah lebih baik sekarang,"sahut oma tampak bersemangat.
Namun nyonya Rose buru-buru pamit.Tampaknya wanita itu sangat sibuk sepanjang hari.Pasti ia punya jabatan yang sangat penting disebuah perusahaan besar,tebakku.
"Oma sudah makan?"tanyaku seraya mengambil tempat duduk didekat tempat tidur yang telah disediakan pihak rumah sakit.
"Sudah sayang,"sahut oma."Jangan mencemaskan oma.Oma baik-baik saja kok.Bahkan oma pernah melewati masa-masa yang lebih buruk dari ini,"papar oma.
Aku mengangguk paham.
"Harusnya disaat seperti ini Jordan ada disini menemani oma..."gerutuku lirih.
"Apa yang baru saja kau katakan Derra?"tanya oma seperti tercekat.Dengan ekspresi yang aneh.
"Ah tidak Oma,"sahutku terbata.Aku takut jika oma tersinggung dengan ucapanku tentang Jordan.
"Katakan Derra,"paksa oma membuatku benar-benar ketakutan.
"Aaaku hanya bilang..seharusnya Jordan ada disini menemani oma,"ucapku terbata.Pelan.
"Jordan?"sepasang mata milik oma melotot seperti mau melompat dari tempatnya."Kau mengenal Jordan?"cecarnya tak sabar.
"Maaf oma..."ucapku seraya menunduk pasrah."Saat itu aku tidak sengaja mengintip kedalam kamar Jordan.Aku hanya ingin melihat siapa yang sedang bermain piano.Itu saja,Oma.Selebihnya tidak ada.Aku hanya bicara dengan Jordan beberapa kali saja,"ungkapku ditemani rasa was-was.
"Kapan kau bertemu dengan Jordan?"cecar oma lagi.
"Dua hari yang lalu,kemarin juga..."
"Astaga!"pekik oma tertahan.Wanita itu langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Aku semakin tak mengerti.Apa sebenarnya yang terjadi?
"Apa yang dikatakan Jordan padamu?"tanya oma kemudian seraya berusaha menenangkan diri.
Aku menggeleng pelan.
"Kami tidak banyak bicara.Hanya saja setahuku dia sangat menyayangi oma,"paparku singkat.
"Oh Tuhan..."desis oma.Mata wanita tua itu telah basah.
"Kenapa oma?Apa aku salah bicara?"tanyaku bingung.
Oma menggeleng.Namun matanya tak lepas menatapku...

------
Oma duduk tenang diatas kursi rodanya.Sementara pandangan matanya lurus menatap keluar jendela rumah sakit.Padahal diluar sana hanya tampak halaman belakang rumah sakit yang ditumbuhi bunga-bunga berwarna ungu dan beberapa bunga kertas.
"Oma akan bercerita sesuatu.Tapi kau harus janji untuk tidak menyela ucapan oma,"ucap oma tanpa menoleh.
Aku mengangguk paham.
"Baik oma,"sahutku pelan.
Oma menghela nafas berat sebelum memulai cerita.
"Jordan adalah cucu kesayangan oma satu-satunya,"ucap oma memulai ceritanya."Dia sangat suka bermain piano.Dia baik meski agak manja.Dan oma sangat menyayangi Jordan,"lanjut oma.
Aku diam terpekur mendengar penuturan oma tanpa menyela sedikitpun.
"Dan harap kau tahu Derra,"lanjut oma kemudian."Jordan sudah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan persis didepan rumah kami."
Aku tercekat.Kaget.Seperti ada sebuah palu menghantam dadaku dengan keras.Aku shock dan nyaris pingsan mendengar penuturan oma.
"Omaa..."selaku lirih.Bahkan aku tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.
"Iya Derra,"sahut oma tampak mencoba tabah."Yang kau temui adalah roh Jordan.Selama ini dia tidak pernah menampakkan diri didepan siapapun.Hanya dihadapanmu saja..."
Aku tertegun.Bingung.Takut.Merinding.
Jadi selama ini yang kutemui adalah arwah Jordan?Pantas saja ia tak pernah terlihat bicara atau menemui oma.Ia hanya menampakkan diri didepanku saat tidak ada orang lain ditempat itu.Dan ia tidak mau mengantar oma kerumah sakit.Kenapa?Sepertinya arwah Jordan terjebak didalam rumah itu.Benarkah seperti itu?batinku gamang.
Oma tampak meneteskan air matanya.Beliau pasti sangat sedih saat ini.Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan?
"Kenapa dia tidak menampakkan diri didepan oma?"sesal oma seraya menahan isak."Oma sudah merelakan kepergiannya,Derra."
Aku merengkuh tubuh rapuh oma.Aku bodoh dan tidak tahu apa yang mesti kuperbuat kecuali memeluk tubuh oma untuk sedikit menguatkan hatinya.

-------
"Apa kau melihat dia saat masuk rumah tadi?"tanya oma.Aku membantu beliau berbaring setelah menumpuk dua buah bantal sebagai sandaran.
Aku bersyukur oma sudah boleh pulang hari ini.Tapi disisi lain aku jadi bergidik saat memasuki rumah ini.
"Tidak,"jawabku pendek."Oma istirahat saja.Apa Oma ingin Derra bacakan sebuah buku?"tawarku.
"Tidak,"sahut oma pendek."Kau istirahatlah.Pasti kau lelah menunggui oma seharian kemarin,"suruh oma kemudian.
"Tak apa oma,"sahutku.
"Oma tidur dulu ya,obat-obatan itu membuat oma ngantuk terus,"ucap oma kemudian.
Aku membenahi selimut yang terbentang menutup tubuh oma.Beliau mulai terpejam dan tak lama kemudian terlelap.
Hening.Aku merasa sendirian sekarang meski oma ada disampingku dan sedang tidur.Aku merasa atmosfir ruangan itu berubah menjadi aneh dan asing.Mungkin setelah aku tahu faktanya jika Jordan telah...
Sayup-sayup telingaku menangkap suara denting-denting piano.Ah dia datang,batinku.Jordan!
Bulu kudukku merinding seketika.Kenapa hanya aku yang bisa mendengar suara denting piano yang dimainkan Jordan?Kenapa aku yang dipilih Jordan?
Batinku terusik.Sesungguhnya aku ketakutan.Tapi aku tak tega mengusik oma yang sedang terlelap pulas.
Aku bangkit dari tempat dudukku dan bergegas melangkah.Entah apa atau siapa yang menggerakkan tubuhku keluar dari kamar oma.Aku seperti dikendalikan kekuatan magis yang tak bisa kulawan.Mungkinkah Jordan yang melakukannya?
"Hei,"tegur Jordan mengejutkan.Pemuda itu berdiri bersandar pada tembok di lorong yang menghubungkan kamar oma dan ruang tengah.Seperti yang ia lakukan beberapa hari yang lalu.Bedanya kali ini ia melipat kedua tangannya didepan dada.
"Benar kan oma baik-baik saja seperti kataku?"pemuda itu tersenyum manis.Dan aku masih saja terpesona akan senyumnya meski aku tahu dia adalah...
"Kau memang benar,"balasku seraya tersenyum kaku.Dan aku merasa sangat tegar bisa berpura-pura tidak pernah tahu siapa sebenarnya Jordan."Kenapa kau tidak masuk dan melihat keadaan oma?"tanyaku memancing.
"Aku tidak mau mengganggu oma tidur.Kasihan dia,"sahutnya santai.Membuatku ingin menjerit.Oh Tuhan!
"Kaulah yang paling aku cemaskan Derra,"ucapnya seraya mendekat."Kau tampak kelelahan,"imbuhnya.Telapak tangannya menyentuh pipiku dengan lembut.Dingin.
Aku terperangah.Ya Tuhan,kenapa Kau ambil nyawa pemuda yang tak sanggup aku tatap matanya berlama-lama ini begitu cepat?
Aku tertunduk.Hatiku tak karuan rasanya.Dan tanpa sadar sebutir air mata menetes jatuh keatas lantai.
"Hei kau menangis?"tegur Jordan.
Aku mengangkat wajahku dan tersenyum.
"Karena tanganmu terlalu dingin,"balasku ngawur.
Aku sedih.Diantara sekian tahun aku menjalani hidup,baru kali ini ada seorang pemuda yang tulus mempedulikan keadaanku.
Seandainya Jordan bukan hanya sekedar arwah...

-------

"Derra...Kau bicara dengan siapa?"
Aku menoleh mendengar teguran Nani.Mendadak wanita itu telah berada dibelakang pundakku.
"Aku..."
Dalam sekejap bayangan Jordan lenyap dari hadapanku.Padahal beberapa detik yang lalu dia ada dihadapanku.Kemana dia?
Dia telah pergi,batinku.Dia tak mau menampakkan diri didepan orang lain.Hanya didepanku saja.Jordan...
"Kenapa kau tinggalkan oma sendirian?"tanya Nani seolah menyadarkan akan tugasku untuk menjaga oma.
"Maaf,tadi aku pergi sebentar.Tadi oma sedang tidur,"balasku."Aku akan kembali kekamar,"ucapku bergegas.
Ah...Jordan,batinku kacau.Sepertinya aku sedikit menyesal akan kematian pemuda itu.
"Oma..."gumamku pendek.Aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada oma.
Aku menyentuh pipi oma perlahan.Lantas memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya.Ya Tuhan!pekikku.Aku tak bisa merasakan denyut nadi oma!
Aku menghambur keluar dari kamar oma dan berteriak sekencang-kencangnya.Aku tak tahu harus memberitahu siapa duluan disaat gawat seperti ini.
Tapi aku sempat melihat Jordan sedang berdiri didekat tangga lantai atas.Wajahnya pucat dan sayu...

Bersambung