Rabu, 15 Januari 2014

PERJODOHAN ROMANTIS (season 2)


"Apa?! Loe dijodohin?"pekik Sissy kaget. Matanya berbinar terang. Untung saja gadis itu tidak tersedak nasi yang sedang dikunyahnya. "Keren loe Be!"pujinya pada Bella dengan nada kagum.
Bella tercengang melihat reaksi sobat kentalnya. Nih anak aneh banget reaksinya, batin Bella heran. Biasanya orang yang mendengar tentang perjodohan di zaman serba internet seperti sekarang akan menertawakan hal semacam itu. Tapi rupanya Sissy tidak berpikir seperti dugaannya.
"Emang loe dijodohin sama siapa Be? Cakep nggak cowok itu?"cecar Sissy antusias.
"Lumayanlah,"gumam Bella sambil meneguk es lemon favoritnya. "Dia tuh anak temen mami gue. Umurnya lima tahun lebih tua dari gue. Gayanya sih lumayan oke. Lulusan sarjana ekonomi. Kayaknya sih cowok itu nggak neko-neko kalo dilihat dari penampilannya. Dan loe tahu, dia buka coffee shop lho..."
"Yang bener?"tanya Sissy penasaran. "Kapan-kapan kita mampir kesana yuk. Gue kan pingin lihat calon suami loe."
"Pingin lihat calon suami gue apa nyari kopi gratis?"tebak Bella cepat.
"Kok loe bisa tahu sih Be?"Sissy nyengir lucu.
"Tahu dong..."
"Eh Be,"ucap Sissy seraya menyenggol lengan Bella. "Loe suka nggak sama tuh cowok? Karena gue tahu loe tuh paling selektif kalo disuruh milih cowok."
Bella tersenyum tipis. Dan jawaban Bella sudah bisa ditebak dari raut wajahnya.
"Suka dong,"sahut Bella malu-malu. "Kayaknya dia tuh tipe gue banget Sis. Gue yakin banget kalo dia jodoh gue,"tandas Bella mantap.
"Duuh... yang lagi falling in love,"sindir Sissy. "So sweet."
Bella tersipu.Pipinya berubah memerah seketika.
"Apaan sih,"gumamnya malu.
"Bayarin makanan gue dong Be,"rengek Sissy beberapa detik kemudian. Rupanya gadis itu ingin memanfaatkan situasi ini demi keuntungannya sendiri.
Belle mendengus. Ia paling hafal dengan sifat Sissy yang satu ini.
Tapi tak apalah, batinnya kemudian. Mumpung ia lagi senang sekarang.
"Tapi lain kali loe yang bayar, ok?"
"Sip!"
"Balik yuk Sis, udah sore nih,"ajak Bella sejurus kemudian. Gadis itu meneguk minumannya sampai tak bersisa.
"Duh nih anak,"gumam Sissy jengkel. "Apa loe nggak bisa ketinggalan kartun Pororo sehari aja?"tanyanya seraya buru-buru menghabiskan suapan terakhirnya.
Bella cekikikan. Sissy hafal betul kebiasaannya nonton film kartun Pororo.
"Yuk ah,"paksa Bella seraya meraih tasnya dari atas meja.

@@@@@

"Cowok loe yang mana Be?"bisik Sissy begitu sampai di coffee shop yang konon milik calon suuami Bella. Gadis itu celingak celinguk mencari sosok terkeren di balik meja kasir.
"Itu, yang pakai kemeja biru laut,"sahut Bella dengan berbisik pula. Ia melambai ke arah cowok yang dimaksudnya.
Bella mencari sosok yang dimaksud sahabatnya itu.
Cowok itu memang tampak kalem dan penampilannya lumayan oke. Wajahnya juga diatas standar. Sepertinya cowok itu jauh lebih dewasa dari Bella. Pantas saja Bella setuju dijodohkan dengan cowok itu...
"Cowok loe keren Be,"puji Sissy dengan berbisik lagi.
Bella tersenyum bangga mendengar pujian sahabatnya. Bim memang seperti kado terindah untuk Bella...
"Nona-nona mau minum apa?"tawar seorang waiter sesaat setelah kedua sahabat itu mengambil tempat duduk di salah satu sudut coffee shop.
"Apa aja deh,"sahut Bella cepat. "Loe mau minum apa Sis?"tanya Bella pada Sissy yang bengong memandangi waiter ganteng itu.
"Oh, gue mau moccacino aja,"sahut Sissy tergagap.
Sesaat setelah waiter itu pergi...
"Kok bukan cowok loe yang melayani kita Be?"tanya Sissy terdengar seperti sebuah protes.
"Namanya Bim,"ucap Bella memberitahu. "Dia kan bos disini, mana mungkin dia disuruh melayani customer,"belanya kemudian.
"Tapi waiter yang tadi cakep juga..."gumam Sissy seraya melirik ke arah kasir.
"Loe naksir dia? Ntar biar gue bilang sama Bim biar kalian di comblangin,"ujar Bella berbisik. Karena waiter yang mereka maksud datang membawa pesanan mereka.
"Terimakasih,"ucap mereka serempak.
Waiter itu telah pergi...
"Bim kok nggak kesini sih Be?"tanya Sissy seusai meneguk moccacino pesanannya.
Bella mendesah pelan.
"Dia kan sibuk Sis. Nggak enak gangguin orang kerja,"ujar Bella sok diplomatis. "Tapi loe kan ceweknya Be,"ujar Sissy ngotot.
Sissy benar. Bagaimanapun juga dia kan ceweknya Bim. Harusnya dia menyisihkan waktunya sebentar untuk menemui Bella. Apalagi Bella ingin sekali memperkenalkan Bim pada Sissy.
Bella segera bangkit dari tempat duduknya dan beranjak ke tempat Bim berada. Gadis itu tampak berbincang sebentar dengan Bim, dan beberapa saat kemudian ia berhasil menyeret lengan Bim ke tempat Sissy berada.
"Sis, kenalin nih. Ini Bim,"ucap Bella memperkenalkan Bim pada Sissy.
Lega rasanya hati Bella setelah memperkenalkan Bim pada sahabatnya.
"Udah sore Be. Sebentar lagi Pororo mulai nih. Loe nggak mau ketinggalan nonton kan?"ucap Sissy setelah beberapa lama kemudian.
Ya ampun nih anak, batin Bella jengkel. Sissy pasti sengaja membuka rahasianya didepan Bim.
"Kalian mau pulang sekarang?"tanya Bim seolah mengerti maksud Sissy.
"Iya,"sahut Sissy seraya nyengir. "Bella tuh paling seneng sama Pororo. Ya kan Be?"
Sial, gerutu Bella kesal. Dengan gerakan spontan kakinya menendang ujung sepatu Sissy. Membuat gadis itu kesakitan.
"Kalau begitu kami pulang dulu,"pamit Bella seraya menyambar lengan Sissy dan segera menyeret sahabatnya itu pergi dari hadapan Bim.
"Loe sengaja buka kartu gue didepan Bim kan?"serang Bella saat mereka berdua telah keluar dari coffee shop. Gadis itu tampak marah tapi Sissy hanya menahan tawa melihat reaksi sahabatnya.
"Loe sopan banget didepan Bim. Lagi jaim nih?"sindir Sissy balas menyerang Bella.
Huh, Bella mendengus. Gadis itu mati kutu. Tak bisa membalas serangan Sissy. Sial....

@@@@@

Bella bolak-balik melihat jam di ponselnya. Gadis itu sudah siap sejak sepuluh menit yang lalu, tapi yang ditunggunya belum juga muncul.
Ah Bim...
Kenapa ia tega membuat Bella menunggu selama itu? Padahal mereka telah berjanji akan pergi nonton malam ini.
Apa jalanan macet? Ataukah terjadi sesuatu padanya di jalan? batin Bella mengira-ngira. Gadis itu dilanda gelisah teramat sangat.
"Sorry Be,"tiba-tiba saja Bim muncul dan mengejutkan gadis itu.
Bella tersenyum dan hilanglah semua kegelisahan di hatinya.
"Aku tadi lupa kalau ada janji nonton,"ucap Bim enteng.
Bella tertegun mendengar penjelasan Bim. Lupa? batinnya kecewa. Janji sepenting itu ia lupakan? Padahal Bella sudah bersiap semenjak dua jam yang lalu hanya untuk berkencan dengan Bim.Sementara Bim menganggap kencan ini bukan hal yang penting. Apa ia sengaja ataukah Bim memang seorang pelupa?
Gara-gara kejadian itu mereka terlambat tiba di bioskop. Dan ujung-ujungnya film yang ingin ditonton Bella sudah mulai sebelum mereka datang.
Bella benar-benar kecewa.
"Bagaimana kalau kita cari makan aja?"tawar Bim mencoba mengobati kekecewaan Bella.
Bella setuju. Paling tidak, ada sesuatu yang bisa mengobati kekesalan hatinya.
Akhirnya mereka mampir di restoran sea food sesuai permintaan Bella. Gadis itu memesan ikan bakar pedas dua porsi karena Bim memberinya izin untuk memilih menu makanan untuk mereka berdua.
"Kayaknya lezat nih,"gumam Bella senang saat seorang pelayan datang membawakan pesanan ke atas meja mereka.
Gadis itu sudah tak sabar untuk menyantap makanan didepannya.
Bim tersenyum kaku. Cowok itu mengikuti gerakan Bella yang mulai menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Bagaimana? Enak kan?"tanya Bella antusias. "Tempat ini adalah tempat makan favoritku. Setiap liburan aku pasti datang kesini bareng keluarga,"tuturnya sembari mengunyah.
"Oh..."Bim hanya manggut-manggut mendengar penuturan Bella. Tampaknya cowok itu tidak seantusias Bella.
"Kok nggak dihabisin sih?"cecar Bella saat tahu Bim telah menyelesaikan makannya.
"Aku udah kenyang. Sebelum kesini aku makan sesuatu tadi,"ucap Bim.
Hmmh...
Lagi-lagi Bella merasa dikecewakan oleh Bim. Kenapa berkencan dengan Bim tidak seindah yang ia bayangkan? Perbincangan mereka terkesan kaku dan seolah Bim tidak serius ingin berkencan dengan Bella.
Cowok itu tidak sekeren diluarnya....
Mungkinkah Bim merasa canggung karena mereka dijodohkan? Tapi kenapa mesti canggung, bukankah Bella telah menunjukkan ketertarikannya pada Bim? Atau Bim sama sekali tidak punya ketertarikan pada Bella?

@@@@@

"Gue pulang dulu Be!"seru Sissy seraya melambaikan tangannya pada Bella. Dan gadis itu balas melambai dengan tak bersemangat.
Peristiwa semalam masih disimpan Bella dalam ingatannya. Tidak mungkin ia bercerita pada Sissy tentang kencan gagalnya. Pasti ia akan menertawakan Bella habis-habisan. Terlebih hari sebelumnya ia memperkenalkan Bim pada Sissy dengan sangat bangga.
Hari inipun ia telah meminta Bim untuk menjemputnya disekolah. Tapi Bella tidak yakin Bim bisa melakukannya. Karena gadis itu punya firasat buruk tentang itu.
Menit ke menit tanpa hasil. Bim tak kunjung tiba. Apa ia lupa janjinya lagi?
Ponsel Bella berdering tepat disaat gadis itu hendak menghubungi Bim.
"Sorry Be, aku nggak bisa jemput kamu. Aku harus nganter mama ke salon. Kamu nggak pa pa kan pulang sendirian?"suara Bim berderet diseberang sana.
Payah! Bella menutup sambungan telepon tanpa sepatah katapun. Lagi-lagi ia dikecewakan oleh Bim.
Ini sudah dua kali, batinnya seraya menaiki bus yang berhenti di halte depan sekolah. Berapa kali lagi ia mesti dikecewakan cowok itu?
Ini semua salah mami, batinnya kesal. Mami pasti sudah salah pilih. Harusnya ia menyelidiki dulu sebelum menjodohkan seseorang dengan Bella.
"Mami yakin dengan pilihan mami?"
Mami Bella yang sedang memasak kaget melihat putrinya tiba-tiba bertanya seperti itu padanya. Gadis itu baru tiba dari sekolah dan langsung menyerbu maminya dengan pertanyaan aneh seperti itu.
"Maksud kamu apa? Datang-datang langsung nanya aneh-aneh..."ucap maminya cuek.
"Apa mami yakin dengan calon mantu mami?"tanya Bella memperjelas maksud pertanyaannya. Gadis itu mencomot tempe goreng yang baru saja diangkat dari atas penggorengan.
"Bella,"desis maminya geram melihat kelakuan putrinya. Betapapun ia sangat menyukai makanan itu tetap saja tidak dibenarkan mengambil makanan tanpa mencuci tangan terlebih dulu. Kebiasaan buruk Bella tak pernah bisa hilang meski sudah ratusan kali maminya memperingatkan gadis itu.
"Tentu saja mami sangat yakin dengan pilihan mami,"ucap mami Bella kembali pada topik semula. "Papi kamu juga sudah setuju. Lagian kamu bilang kamu juga suka dia. Lantas apa masalahnya?"
Bella tak menyahut. Ia memang sudah menyetujui perjodohan itu dan pantang baginya untuk menarik kembali ucapannya. Karena gengsi gadis itu terlalu tinggi. Lagipula apa kata Sissy nanti jika ia berubah pikiran....
"Ganti baju dulu Be,"suruh maminya kemudian. "Cuci tangan dan cepat makan."
"Baik Mi."

@@@@@

Kaktus???
Bella hanya melongo manakala Bim menyodorkan sebuah pot kecil dengan tanaman kaktus didalamnya.
Tuh cowok bego atau tolol sih? batinnya heran. Kenapa memberikan tanaman berduri itu pada seorang gadis? Bukankah biasanya cowok memberikan bunga mawar pada seorang gadis sebagai tanda cinta? Tapi ini kok....
"Apa ini?"tanya Bella bingung.
"Ini kaktus Be,"jawab Bim datar.
Iya, semua orang juga tahu kalau itu tanaman kaktus, batin Bella bersungut-sungut. Tapi untuk apa memberikan tanaman berduri itu padanya?
"Untuk apa?"tanya Bella menahan geram.
"Untuk kamu dong. Sebagai permintaan maafku kemarin,"ucap Bim menjelaskan.
Bella tersenyum pahit. Mana ada orang menyampaikan maaf dengan tanaman gurun berduri itu? Konyol sekali pemikiran cowok itu...
"Tapi aku lebih suka mawar ketimbang kaktus, Bim....."
Giliran Bim yang tersenyum tipis.
"Mawar akan layu dalam tiga hari Be,"ucapnya masih dengan tersenyum tipis. "Tapi kaktus akan bertahan dalam keadaan sekering apapun."
Hufft...
Bella mendesah pelan. Tak paham maksud Bim.
"Ya udah deh,"ucap Bella kemudian. Mengalah. Tangannya segera menjangkau pot kaktus itu dari tangan Bim dan meletakkannya didekat jendela.
"Aku balik dulu ya,"pamit Bim buru-buru. "Ada urusan yang harus aku tangani."
Bella mengangguk malas. Gadis itu bahkan tak mengantar Bim ke depan pintu.
Menyebalkan, batin Bella kesal. Cowok itu terlalu cuek menurut Bella. Entah bagaimana perasaan Bim padanya. Tapi gadis itu mulai menyangsikan perasaannya sendiri pada Bim....

@@@@@

"Hah?!"pekik Sissy nyaris melompat dari bangkunya. "Masa sih Bim kayak gitu?"tanyanya tak ,percaya pada Bella usai mendengar penuturan sahabatnya itu tentang Bim.
Bella hanya mengangguk pelan.
"Cowok aneh..."gumam Sissy tak begitu jelas.
"Maka dari itu gue bingung Sis,"ucap Bella memotong. "Sebenernya dia tuh cinta gue atau nggak,"imbuhnya tampak galau.
Sissy diam. Namun sepertinya gadis itu sedang berpikir.
"Gue sayang dia Sis,"ucap Bella kemudian. "Tapi sikapnya itu yang bikin gue ragu. Dia kayaknya cuek dan biasa-biasa aja ke gue. Kayaknya gue bukan orang yang penting bagi dia. Apalagi pas dia lupa sama janjinya, kayaknya dia nggak merasa bersalah banget. Gue merasa diabaikan olehnya Sis. Kayaknya dia tega banget sama gue..."
"Tapi kelihatannya Bim nggak kayak gitu deh,"sela Sissy.
Bella menghela nafas sebelum melanjutkan ceritanya kembali.
"Terus kaktus itu,"lanjut Bella bersemangat. "Kalo loe jadi gue, loe bakal milih mana dikasih mawar atau kaktus?"
"Ya jelas mawar dong,"sahut Sissy cepat. "Mawar kan lambang cinta."
Bella terdiam. Mungkin ia sudah kehabisan kalimat untuk menggambarkan sosok Bim.
"Kenapa loe nggak tanya aja perasaan dia sama loe secara langsung?"usul Sissy mengutarakan idenya.
"Gengsi dong,"sahut Bella setengah berseru.
"Dasar loe Be,"maki Sissy sembari menepuk punggung Bella dengan keras. "Dari dulu sampai sekarang gengsi loe tetap tinggi aja. Sekali-sekali turunin dong gengsi loe itu, kan demi kepentingan loe juga. Biar loe tahu dengan jelas gimana perasaan Bim sama loe. Biar loe nggak dilanda kegalauan tingkat nasional kayak sekarang,"cerocos Sissy mirip kaleng rombeng.
Bella tak langsung menyahut. Ia tampak berpikir sebentar.
"Mana mungkin gue nanya perasaan dia Sis,"ucap Bella sejurus kemudian.
"Kenapa?"timpal Sissy. "Loe takut terluka?"
Tentu saja, batin Bella. Mereka kan dijodohkan. Jadi bisa saja selama ini Bim melakukan semua itu karena mamanya, bukan karena Bella. Begitulah jalan pikiran Bella...

@@@@@

"Bella!"pekik mama Bim begitu melihat calon mantunya itu berdiri didepan pintu rumahnya. Wanita itu tampak girang melihat kehadiran gadis itu.
"Siang Tante,"sapa Bella sesopan mungkin.
"Kemana aja, kok baru sekarang mampir?"sahut mama Bim. "Tapi Bim lagi ada di cafe. Nggak pa pa kan? Oh ya, yuk masuk,"suruh mama Bim mempersilakan tamunya masuk.
Bella menyerahkan titipan dari maminya untuk mama Bim. Kue brownies buatan mami Bella....
"Mami kamu kok repot-repot sih,"ucap mama Bim. "Duduk gih, biar tante ambilin minum."
Mama Bim melangkah ke dapur sebelum Bella sempat menyela. Padahal Bella ingin segera pulang.
Tapi Bella tak duduk seperti perintah mama Bim. Gadis itu malah tertarik dengan jajaran pigura yang berdiri di atas meja dekat televisi.
Foto-foto lama terpajang disana. Mama dan papa Bim. Juga adik perempuan Bim. Dan ada seorang anak laki-laki yang bertubuh gemuk. Wajahnya mirip Bim. Tapi mana foto Bim? batin Bella mengamati isi pigura itu satu persatu.
"Diminum jusnya Be,"suara mama Bim terdengar mengejutkan gadis itu.
Bella berbalik dan bergegas duduk di atas sofa.
"Apa Tante punya anak laki-laki lain selain Bim?"tanya Bella penasaran. Gadis itu meneguk minumannya kemudian.
Mama Bim menggeleng.
"Lalu siapa anak laki-laki bertubuh gemuk itu? Apa dia keponakan Tante?"desak Bella ingin tahu.
"Oh..."mama Bim tersenyum tipis. "Itu Bim lima tahun yang lalu,"ungkap mama Bim mengejutkan Bella. Gadis itu terperangah tak percaya.
"Apa?"mulut Bella ternganga. Seperti takjub.
"Sebelumnya Bim memang gemuk. Saat itu beratnya 130 kilogram,"tutur mama Bim menguak rahasia tentang anaknya. "Karena dia terlalu gemuk teman-temannya sering mengolok-olok Bim. Mereka menganggap Bim orang aneh sehingga mereka mengucilkan Bim. Bim nggak punya teman saat sekolah. Dia menghabiskan waktu dirumah dan nggak pernah pergi keluar. Bim merasa minder karena tubuhnya,"papar mama Bim panjang.
Bella tertegun menyimak penuturan mama Bim.
"Bim nggak punya rasa percaya diri sama sekali saat itu,"lanjut mama Bim lagi. "Dia merasa sangat buruk. Dan dia menutup diri dari lingkungannya. Tante kasihan pada Bim..."
"Lantas gimana cara Bim menurunkan berat badannya?"tanya Bella polos.
"Semula dia enggan melakukan diet karena dia nggak yakin akan berhasil. Dan papa bilang sama Bim, jika dia nggak mau menurunkan berat badannya dia harus membuktikan pada semua orang bahwa dia punya kelebihan. Entah itu bakat atau prestasi. Papa Bim juga berpesan,bahwa Bim harus menjadi seseorang yang kuat meski didera penderitaan sekeras apapun. Seperti tumbuhan kaktus, meski ia tumbuh di gurun pasir sekalipun dia tetap bertahan. Dalam cuaca panas maupun dingin. Mungkin karena ucapan papanya itu dia mulai berubah. Tepatnya mulai lima tahun yang lalu Bim memulai dietnya. Dia belajar dengan giat dan juga rutin berolahraga. Dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Kamu lihat sendiri kan, dia sudah lulus kuliah dan langsing sekarang,"tutur mama Bim membuat Bella kagum.
Lanjut mama Bim lagi....
"Nggak mudah mengembalikan rasa percaya diri Bim meski dia sudah memiliki tubuh ideal. Akibat masa lalunya yang terlalu sering direndahkan teman-temannya, Bim seperti menyimpan trauma. Dia masih belum bisa membuka dirinya untuk bergaul. Apalagi untuk pacaran."
"Maksud Tante, apa Bim belum pernah pacaran?"tanya Bella sedikit hati-hati.
"Kamu adalah pacar pertama Bim. Itupun karena tante yang berinisiatif menjodohkan kalian. Kalau nggak, mungkin sampai sekarangpun dia nggak punya pacar,"ujar mama Bim seraya tertawa.
Jadi itu sebabnya kelakuan Bim aneh dan terkesan kaku saat bersama Bella? Dan ternyata ada pesan khusus yang ingin Bim sampaikan lewat kaktus itu.
Bella sedikit merasa lega mendengar penuturan mama Bim. Pertanyaan yang selama ini membebaninya terjawab sebagian.
"Apa yang disukai Bim Tante?"tanya Bella kemudian. Rupanya ia ingin mengorek rahasia Bim lebih jauh lagi.
"Bim paling suka baca buku,"jawab mama Bim. "Kalau soal makanan Bim agak repot juga. Soalnya dia paling nggak bisa makan pedas dan nggak suka makan ikan. Paling-paling dia hanya mau makan makanan yang sama setiap harinya. Sup makaroni, nasi goreng, mie..."
Bella ternganga. Gadis itu jadi teringat saat mereka makan malam dan Bella memesan ikan bakar pedas. Alamak.... Pantas saja Bim tidak begitu berselera makan saat itu.
"Bim bilang kamu sangat lucu,"ucap mama Bim membuyarkan lamunan Bella. "Bahkan Bim pernah bilang ingin segera menikah, tapi kamu kan masih sekolah. Jadi Bim mesti bersabar,"ucapnya seraya tersenyum.
Bella hanya bisa tertegun tanpa bisa berkomentar apapun...

@@@@@

"Loe kenapa Be? Loe sakit?"suara Sissy terdengar cemas dari seberang telepon. Terang saja Sissy cemas, pasalnya Bella bolos sekolah hari ini.
"Perut gue kram,"jawab Bella santai. "Biasalah, tiap bulan kan kayak gini,"imbuhnya.
"Kayaknya loe mesti periksa ke dokter deh, jangan-jangan itu indikasi ada penyakit aneh-aneh,"timpal Sissy terdengar serius.
"Nggak lah,"sahut Bella seraya menutup telepon. Mana ada penyakit aneh-aneh dalam tubuhnya, batinnya kesal. Sissy ada-ada saja.
"Be! Ada Bim tuh...."
Teriakan mami Bella terdengar keras. Membuat gadis itu terkejut.
Bim? Jam segini? batinnya seraya menuruni tempat tidur. Gadis itu melangkah ke ruang tamu untuk menemui Bim.
"Be..."
Bim berdiri dari tempat duduknya saat gadis itu muncul. Rambut Bella yang acak-acakan sama sekali tak disadari oleh gadis itu.
"Ngapain disini? Bukannya kamu harus kerja..."
"Tadi aku ke sekolah kamu, pinginnya sih jemput kamu. Tapi temen kamu bilang kamu nggak masuk, jadi aku kesini. Takutnya kamu lagi sakit,"ulas Bim panjang dan jelas.
Bella tersenyum kaku. Apa Bim secemas itu padanya?
"Aku nggak pa pa kok,"sahut Bella kemudian.
"Oh ya, aku tadi kebetulan lewat toko boneka. Dan aku kepikiran untuk membelikanmu ini,"ucap Bim seraya menyodorkan sebuah boneka Pororo berukuran sedang ke hadapan Bella.
Bella tampak girang menerima hadiah dari Bim.
"Thanks,"ucap Bella malu-malu.
Bim tersenyum senang.
"Oh ya, mama bilang kamu datang kerumah kemarin. Apa mamaku sudah menceritakan semua tentangku?"tanya Bim sejurus kemudian.
Bella mengangguk.
"Apa kamu masih mau menerimaku setelah tahu semua rahasiaku?"tanya Bim sembari menatap gadis di hadapannya .
"Iya,"jawab Bella tegas.
"Thanks Be. Kupikir kamu akan memandangku sebagai orang aneh setelah tahu kehidupan masa laluku."
Bella menggeleng pelan.
"Aku minta maaf karena memesan ikan bakar pedas saat itu,"ucap Bella kikuk. "Aku nggak tahu kamu nggak doyan ikan dan makanan pedas..."
"Tapi sekarang kamu udah tahu kan?"
Bella tertawa. Bim juga....


Tidak ada satupun manusia yang sempurna. Bim juga. Dan Bella tahu hal itu...
Bim bukan superhero yang terlahir tanpa cacat. Dia manusia biasa dan Bella sangat mencintainya.
Bella tahu jika Bim juga mencintainya, meski ia tidak pandai mengungkapkan perasaannya. Bim punya cara sendiri untuk mencintai Bella....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar