Selasa, 21 Januari 2014

MY BOYFRIEND IS A VAMPIRE ( season 2 )


Tanganku bergerak menyusuri barisan novel Twilight yang berbaris rapi didalam rak buku. Keempat seri novel itu membuatku sedikit takjub.
Ah, ternyata Sam benar-benar penggemar kisah itu, batinku saat melempar pandangan ke sudut kamar dan menemukan beberapa keping disc film Twilight. Memaksaku untuk tersenyum sendirian.
"Kenapa tersenyum?"suara Sam terdengar mengejutkan.
Aku membalikkan tubuh. Cowok itu telah berdiri persis dibelakangku dan sebuah cangkir kopi langsung disodorkan padaku.
"Aku baru tahu jika kau penggemar kisah itu,"cetusku seraya meraih cangkir itu dari tangan Sam lantas meneguk isinya sedikit.
"Oh,"Sam mengembangkan senyum.
"Apa kau terobsesi ingin menjadi seorang vampir?"gurauku seraya tergelak.
"Hm.... mungkin,"sahut Sam tampak ragu.
"Itu kan hanya khayalan Stephenie Meyer,"sahutku cepat. "Tidak ada vampir di dunia ini. Apa kau mengerti?"aku menepuk pundak Sam.
"Seandainya ada, apa yang akan kau lakukan?"tanya Sam masih membahas topik menyebalkan itu.
Aku terbahak mendengar pertanyaan konyol itu.
"Aku mau jadi salah satunya,"selorohku ngawur. "Dan orang yang pertama aku gigit adalah kau. Aku akan menghisap darahmu sampai habis. Dan kau akan mati kering dengan wajah keriput. Lalu aku akan tertawa keras dengan bibir yang berdarah pada ujungnya. Apa ceritaku terdengar hebat?"tanyaku seraya mengulurkan tanganku seolah sedang ingin menerkamnya.
"Sama sekali tidak menarik,"ucap Sam tanpa ekspresi. Membuatku sedikit kecewa.
"Baiklah, kalau begitu kau yang jadi vampir. Samuel Cullen,"ujarku mengalah. "Kau adalah adik Edward Cullen. Dan kau menyukai Bella Swan. Kau ingin merebut Bella dari tangan kakakmu...."
"Sudahlah,"potong Sam menyela. Cowok itu tampak tidak tertarik dengan pemaparan imajinasiku.
"Kenapa?"tanyaku ingin tahu.
"Hari sudah malam dan aku harus segera mengantarmu pulang sebelum ayahmu mengira aku menculik putrinya,"tegas Sam seraya menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja.
Aku tak berkomentar. Aku hanya menyusul langkah Sam keluar dari kamarnya.

@@@@@

"Aku baru tahu jika daerah ini sangat sepi saat malam,"gumamku seraya mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri jalan.
Jalanan sangat sepi dan minim penerangan. Apalagi disisi kanan dan kiri jalan banyak ditumbuhi pohon cemara. Membuat perasaanku sedikit gamang. Kenapa rumah Sam begitu terpencil dan jauh dari permukiman penduduk?
"Ayahku seorang mantan politikus,"ucap Sam mulai bertutur. "Di masa tuanya ayahku ingin hidup dengan nyaman dan tenang. Karena itulah ayahku membeli rumah di pinggiran kota. Awalnya aku tidak suka tinggal disana. Tempat itu jauh dari pusat perbelanjaan, sekolah dan pengisian bahan bakar. Tapi setelah terbiasa, aku malah menyukai tempat itu meski akses ke kota lumayan jauh,"papar Sam dengan pandangan lurus ke depan kemudi.
Aku mengangguk mengerti.
"Setiap minggu aku bertugas berbelanja persediaan makanan ke kota. Disaat seperti itu aku memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk pergi ke toko buku atau membeli keperluan pribadi,"imbuhnya lagi.
"Apa kau berencana tinggal disana selamanya?"selaku penasaran.
"Tentu saja,"sahutnya tegas. "Kenapa?"ia menoleh padaku sekilas.
"Ah tidak. Aku hanya ingin tahu,"ujarku sambil tersenyum kaku.
Aku juga tidak suka tempat ini. Bahkan saat aku baru pindah kesini seminggu yang lalu, aku nyaris gila karena merindukan rumah lamaku. Tapi perasaanku berubah perlahan saat aku mengenal Sam. Ia teman pertamaku di sekolah. Ia membuatku merasa nyaman berada di pinggiran kota seperti ini.
Mendadak Sam menginjak rem. Membuatku kaget dan jantungku nyaris berhenti berdetak. Untung saja aku memakai safety belt, jika tidak apa jadinya diriku sekarang...
"Ada apa Sam?"tanyaku penasaran.
Sam tak menjawab.
Aku mengikuti pandangan mata Sam yang lurus mengarah ke depan. Dan aku baru tahu apa penyebab Sam menghentikan mobilnya mendadak. Beberapa orang laki-laki tampak berdiri di tengah jalan seperti sengaja menghadang perjalanan kami. Aku tak bisa melihat wajah mereka satu-persatu. Aku hanya yakin mereka berjumlah empat orang dan semuanya laki-laki. Dan anehnya mereka seperti memakai jubah hitam.
"Apa yang mereka inginkan Sam?"bisikku ketakutan.
"Tenanglah,"ucap Sam seraya bergegas keluar dari mobil.
"Sam! Apa yang kau lakukan?"seruku tersendat. Apa Sam sudah gila? Ia bisa dibunuh oleh orang-orang itu.
Sam tampak berbincang dengan orang-orang itu. Seperti bernegosiasi. Mungkin juga bukan. Tapi Sam kembali ke mobil lima menit kemudian. Dan aku melihat orang-orang itu sudah tidak ada lagi ditempatnya saat aku mengalihkan pandangan ke arah Sam. Kemana mereka?batinku. Mereka menghilang begitu cepat.
"Siapa mereka Sam? Dan apa yang mereka inginkan?"cecarku saat Sam telah duduk disampingku kembali.
Sam meluncurkan mobilnya sebelum menyahut pertanyaanku.
"Mereka hanya memperingatkan kita untuk hati-hati. Karena daerah ini sangat berbahaya saat malam hari,"tandas Sam kemudian.
"Benarkah?"gumamku sedikit tak percaya. Ini terdengar aneh...

@@@@@

"Selamat pagi,"sapaku pada ayah yang sedang menikmati kopi sambil membaca surat kabar paginya. Seserius biasanya.
Aku langsung duduk dan menyambar sekeping biskuit keju dari atas piring.
"Semalam kau pulang jam berapa?"tanya ayah masih serius menatap surat kabar ditangannya.
"Jam sebelas. Aku tak begitu ingat,"sahutku ringan.
"Sebaiknya lain kali kau tidak pulang selarut itu,"tegur ayah sambil menutup surat kabar itu. Lantas ia meletakkan benda itu diatas meja. "Ayah dengar dulu ada sebuah keluarga yang membunuh penduduk daerah ini dan meminum darah korbannya. Kabarnya mereka adalah manusia penghisap darah. Entah berita itu benar atau tidak, ayah harap kau berhati-hati,"tutur ayah membuatku geli.
"Semacam vampir begitu?"tanyaku seraya tergelak. "Itu kan hanya mitos, Yah. Kenapa ayah mempercayai cerita semacam itu?"
"Entah itu mitos atau bukan, ayah harap kau berhati-hati. Dan jangan meremehkan cerita ayah,"tandas ayah sangat serius.
Aku menghela nafas dan mengiyakan permintaan ayah.
Dan saat disekolah, aku menceritakan perihal itu pada Sam.
"Yang kutahu cerita itu benar-benar terjadi,"komentarnya setelah mendengar penuturanku. Wajahnya tampak tidak sedang berbohong.
"Benarkah?"tanyaku mulai meragukan diriku sendiri.
"Kenapa? Apa kau takut?"
"Tidak juga,"sahutku cepat. Aku lebih takut jika aku tidak bisa melihat Sam lagi.
"Waktunya masuk kelas,"ucap Sam memperingatkan. Cowok itu menutup lokernya lantas melangkah pergi dari tempatnya berdiri.
"Tunggu aku Sam!"teriakku seraya berlari mengejarnya.

@@@@@

Apa dia juga menyukaiku?
Pertanyaan bodoh itu melintas di benakku tiba-tiba. Memaksaku melirik ke arah tempat duduk Sam. Cowok itu sedang fokus pada guru yang tengah sibuk menjelaskan tentang teori "Big Bang".
Padahal pelajaran itu sangat membosankan. Tapi sangat menyenangkan bagi Sam. Aku dan dia benar-benar pribadi yang berbeda.
Perkenalan kami belum genap dua minggu. Sejauh ini kami masih berteman. Apa pantas aku menyatakan cinta padanya?
"Kau tidak makan siang?"
Teguran Sam membuatku sadar jika teori "Big Bang" telah usai dan waktu istirahat telah tiba.
"Aku tidak lapar,"sahutku kaku. Kenapa aku berubah gugup seperti ini?
Sam tertawa.
"Aku tahu perutmu kosong. Kenapa bilang tidak lapar? Kau tidak sedang diet kan?"desaknya seolah tahu isi perutku.
"Apa kau seorang paranormal?"tanyaku curiga.
"Tidak juga. Tapi aku pernah mempelajari dari buku cara membaca pikiran orang,"jelasnya.
"Apa ada buku seperti itu?"tanyaku menyahut. "Apa kau juga tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang?"tanyaku lagi. Kali ini lebih hati-hati.
"Sedikit,"sahutnya.
"Benarkah?"tanyaku bertambah gugup. "Kau tahu aku menyukaimu?"tanyaku kemudian. Dengan volume suara yang lebih rendah dari sebelumnya.
"Apa?"seru Sam tampak kaget. Sepertinya ia belum tahu hal ini sebelumnya. Aku tahu ekspresi wajah seperti itu.
Aku terdiam dan merutuki kebodohanku sendiri. Aku menyesal dengan apa yang baru saja aku ucapkan tadi.
"Apa kau marah?"tanyaku pelan. Ada ketakutan tersembunyi didalam nada suaraku.
Sam membuang pandangannya ke tempat lain. Sepertinya ia tidak senang dengan pengakuanku.
"Aku tidak marah,"ucapnya seraya menatapku kembali. "Hanya saja aku tidak punya perasaan yang sama denganmu. Maafkan aku,"ucapnya kemudian. Ia menepuk pundakku lantas pergi dari hadapanku sejurus kemudian.
Menggoreskan baris luka didalam hatiku.

@@@@@

Aku hanya bisa tersenyum pahit mengenang peristiwa tadi siang.
Aku memang bodoh. Sikapku terlalu terbuka dan mungkin Sam tidak menyukai tipe gadis yang terlalu jujur sepertiku.
Tapi kenapa kau terlalu baik padaku Sam? batinku seraya menatap langkahku sendiri. Sikapmu membuatku sempat melambungkan rasa percaya diriku terlalu tinggi. Harusnya kau tidak boleh terlalu dekat denganku dan membuatku jatuh cinta seperti ini....
"Emma!"
Aku menghentikan gerakan kakiku. Seseorang meneriakkan namaku dengan keras.
Didepanku telah berdiri seorang laki-laki berjubah hitam. Wajahnya tak begitu jelas. Namun aku memperkirakan usia laki-laki itu sekitar 40 tahun. Dan sosoknya mengingatkanku pada orang yang menghadang mobil Sam malam itu.
"Kau siapa?"tanyaku sedikit takut. Namun aku berusaha tenang dan tidak menunjukkan kecemasanku.
Laki-laki itu tertawa serak.
"Mana Sam? Dia kekasihmu bukan?"tanya laki-laki misterius itu.
Sam? batinku bertanya. Dia mencari Sam?
"Aku tidak bersama Sam sekarang. Dan dia bukan kekasihku. Kami hanya berteman,"jelasku.
Laki-laki itu menyeringai. Ia berjalan mendekat dan melangkah mengitari tubuhku. Seolah sedang mengincar mangsa....
"Tapi Sam sangat mencintaimu,"tandasnya membuatku tercekat. Siapa sebenarnya laki-laki berjubah hitam itu? Dan apa hubungannya dengan Sam?
"Darimana kau tahu?"tanyaku terbata. Sebenarnya itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah kulemparkan pada orang asing.
Laki-laki berjubah itu tersenyum pahit. Ia belum sempat menjawab pertanyaanku karena sebuah teriakan menghentikan percakapan kami.
"Emma!!"
Aku berpaling dan mobil ayah telah berhenti beberapa inchi dari kakiku.
"Apa yang sedang kau lakukan disana?!"seru ayah lagi.
"Aku hanya......"
Aku hendak menunjukkan bahwa aku sedang berbincang dengan seseorang, namun ketika aku mengalihkan pandangan laki-laki itu telah lenyap dari hadapanku.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, tapi laki-laki itu tak ada. Seperti ditelan bumi.
"Ayo pulang!"teriak ayah kemudian.
Aku berlari dan langsung masuk ke mobil ayah dengan perasaan tak karuan.

@@@@@

Siapa laki-laki berjubah itu, dan apa hubungannya dengan Sam? Bagaimana ia bisa mengatakan kalau Sam sangat mencintaiku? Apa Sam menceritakan semua hal tentangku pada laki-laki itu? Karena laki-laki itu tahu namaku dan sepertinya ia tahu banyak tentangku.
Laki-laki itu mengatakan jika Sam mencintaiku, tapi kenapa Sam mengatakan hal yang sebaliknya? Mana yang harus kupercaya?
"Emma..."
Lamunanku pecah saat kudengar ayah mengetuk pintu kamarku.
"Pintunya tidak dikunci,"seruku beberapa detik kemudian. Buku-buku pelajaran mulai kukemas.
Ayah masuk dan langsung mengambil tempat duduk ditepi tempat tidurku.
"Apa kau sedang sibuk?"tanya ayah datar.
Aku menggeleng.
"Aku sudah selesai,"ucapku seraya bergerak ke sisi ayah. "Ada apa?"tanyaku ingin tahu.
"Ayah baru saja membaca di buku literatur lama tentang daerah ini,"ucap ayah memulai cerita. "Buku itu menyebutkan kalau didaerah ini dulu dihuni oleh suku Aztec kuno. Dan beberapa abad kemudian mereka punah dan hanya menyisakan sekelompok penyihir saja. Konon mereka menjadi korban sekelompok vampir yang bermigrasi ke daerah ini. Ayah tidak ingin mempercayai cerita ini, tapi teman ayah bilang kalau para penyihir itu masih hidup sampai sekarang. Mereka tinggal didalam hutan. Dari legenda yang ada menyebutkan mereka hidup abadi untuk membalas dendam pada para vampir yang telah membinasakan suku mereka. Dengan melakukan ritual upacara saat gerhana matahari, mereka bisa menghidupkan ketua suku mereka yang telah meninggal ratusan tahun yang lalu. Saat matahari telah tertutup bulan dengan sempurna, mereka menyiramkan darah vampir keatas mayat ketua suku mereka yang telah menjadi mumi. Dengan mengucap mantera tertentu maka mumi itu akan hidup kembali."
Aku hanya tercengang mendengar penuturan ayah. Antara percaya dan tidak.
"Apa cerita seperti itu benar-benar ada?"tanyaku ragu.
Ayah menggeleng.
"Ayah tidak tahu pasti. Tapi jika kisah itu benar-benar ada pasti akan sangat hebat,"gumam ayah.
Aku tak berkomentar.
"Tidurlah,"suruh ayah seraya mengusap kepalaku. "Hati-hatilah saat pergi keluar rumah."
"Baik ayah..."

@@@@@

"Apa?! Kau bertemu dengan laki-laki berjubah hitam itu?"seru Sam tercekat usai mendengar laporanku perihal kemarin. Ia tampak kesal sepertinya.
"Dia tidak menyakitiku Sam. Dia hanya mengatakan sesuatu...."
"Mengatakan apa?"desak Sam tegang.
"Pertama dia menanyakanmu. Lalu dia mengatakan kalau kau mencintaiku,"ucapku hati-hati agar Sam tidak terlalu kaget.
Tapi sepasang mata Sam melotot setelah aku selesai berucap. Ia tampak kaget.
"Siapa sebenarnya laki-laki berjubah itu Sam? Dan apa hubungan kalian?"desakku penasaran. Aku mengguncang lengan Sam pelan.
Sam diam. Cowok itu mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Seperti sedang menerawang. Mungkin juga berpikir sesuatu.
"Jauhi mereka,"tandas Sam. "Mungkin saja mereka punya niat buruk terhadap kita."
"Iya, aku tahu. Aku tidak boleh bertemu dengan orang asing. Tapi siapa sebenarnya mereka?"tanyaku ngotot.
Sam mendesah berat. Sepertinya ia enggan mengatakan perihal laki-laki berjubah itu. Tapi aku sangat yakin ia tahu sesuatu.
"Sam..."
Sekali lagi aku mengguncang lengannya.
"Mereka itu penyihir,"gumam Sam berterus terang. Namun cukup membuatku kaget. Karena tiba-tiba aku teringat dengan cerita ayah semalam.
"Apa mereka ada hubungannya dengan suku Aztec?"tanyaku pelan.
"Kau mendengar legenda itu?"
Aku mengangguk.
"Aku mendengarnya dari ayah semalam,"tuturku. "Apa cerita itu benar?"
"Aku tidak tahu. Tapi jika bertemu dengan mereka sebaiknya kau menghindar,"ucap Sam. Cowok itu menarik tanganku menuju ke kelas.
Sam...
Apa kau benar-benar mencemaskanku?

@@@@@

Emma.....
Suara ibu terdengar memanggilku dari kejauhan. Suaranya serak seperti sedang menahan sakit.
Memaksaku terjaga dari tidur malamku.
Ohh...
Keringat dingin menetes dari keningku. Padahal udara malam ini sangat dingin, tapi mimpi tentang ibu membuatku terbangun dengan wajah dan leher berkeringat.
Apa ibu sedang merindukanku? batinku seraya berjalan keluar dari kamar. Aku ingin mencari udara segar diluar rumah.
Malam begitu sunyi dan mencekam. Sementara dari arah hutan terdengar suara-suara aneh. Mirip serigala...
Bulu kudukku merinding. Aku baru menyadari jika tempat ini seperti menyimpan kekuatan magis. Mungkin semua ini berkaitan dengan legenda lama itu.
Aku terkesiap dan langsung membalikkan tubuh. Aku mendengar suara gemerisik dari arah semak-semak disamping rumah. Seperti langkah seseorang, atau jangan-jangan itu adalah langkah binatang buas. Oh tidak...
Saat dikuasai rasa takut yang mencekam sesosok bayangan berkelebat cepat dihadapanku. Lantas meringkus tubuhku dengan gerakan tak terduga.
Aku tak sempat menghindar ataupun berteriak. Kekuatan tubuhku perlahan melemah. Dan kesadaranku mulai menurun seketika sampai akhirnya aku kehilangan kesadaranku sepenuhnya.

@@@@@

Aku tersadar dari pingsan dan mendapati tubuhku terikat pada sebuah tiang kayu. Aku sedang disandera!
Otakku mulai bekerja merangkai kejadian demi kejadian sesaat sebelum aku diculik. Bayangan hitam itulah yang membawaku ke tempat misterius mirip sebuah gua.
Pandanganku meneliti sekitar. Ada sebuah batu berbentuk balok besar didepan sebuah patung berbentuk kepala manusia. Mirip kepala suku Indian kuno. Sepertinya balok batu itu adalah tempat persembahan yang ditujukan untuk patung kepala Indian itu.
Legenda suku Aztec! pekikku dalam hati. Ini adalah tempat suku Aztec tinggal.
Oh Tuhan, batinku panik. Apa yang akan mereka lakukan padaku?
Beberapa orang berjubah hitam datang.Mereka menatapku sekilas. Dan aku berpura-pura pingsan saat itu juga.
Mereka berbicara dalam bahasa asing yang tak kumengerti. Mereka meletakkan sesuatu didekat patung kepala Indian. Sepertinya beberapa macam buah-buahan. Mungkin untuk mengadakan sebuah upacara ritual.
"Akhirnya kau datang juga!"
Aku membuka mataku seketika saat mendengar laki-laki berjubah itu berteriak. Sepertinya ada seorang lagi yang datang ke tempat itu.
Seorang laki-laki muda masuk ketempat itu. Dilihat dari penampilannya sekilas ia mirip seseorang.
Astaga! pekikku tersendat. Sam....
Apa dia benar Sam? Tapi kenapa ia tampak berbeda.
"Lepaskan dia!"teriak Sam tanpa menoleh sedikitpun padaku.
Aku baru menyadari jika cowok itu mengalami perubahan. Seperti bermutasi gen.
Rambutnya berubah kemerahan dan wajahnya tampak pucat pasi. Seolah tak ada darah yang mengalir disana. Dan yang lebih mencengangkan, kuku-kukunya memanjang dan runcing. Sorot matanya tampak bersinar kehijauan. Dan giginya bertaring!
Ohhh...
Jika saja aku tak terikat pada tiang kayu ini, mungkin aku sudah ambruk ketanah.
Jadi legenda Aztec itu benar? batinku shock. Aku adalah umpan untuk menjerat Sam. Karena dia adalah vampir yang akan dikorbankan saat gerhana matahari tiba. Dan dengan darah Sam, ketua suku Aztec akan bisa dihidupkan kembali. Semua demi melunasi hutang dendam masa lalu.

@@@@@

"Maaf, karena kau melihatku seperti ini,"ucap Sam lemah. Pasti rantai besi itu sangat menyakiti tubuhnya.
Luka gores dan lebam disana sini tampak jelas karena para penyihir itu melepaskan sweater Yang membalut tubuh Sam.
"Apa kau baik-baik saja?"tanyaku cemas. Jarak beberapa jengkal memisahkan kami berdua.
"Aku seorang vampir,"tandasnya seraya mencoba tersenyum."Aku lebih kuat menahan rasa sakit dari pada manusia biasa,"jelasnya.
"Kenapa kau diam saja kalau kau lebih kuat?"tanyaku protes.
"Mereka akan menyakitimu dan aku tidak mau kau terluka sedikitpun. Kematian lebih terhormat daripada aku hidup dengan mengorbankan orang yang kucintai,"ucapnya tegas.
"Bodoh!"seruku. "Harusnya kau melawan mereka dan menyelamatkanku. Setelah itu kita bisa keluar dari sini..."
"Tempat ini sudah dimanterai..."
Perbincangan kami terhenti. Seorang laki-laki berjubah datang.
"Kapan kau akan melepaskan dia?"tagih Sam pada laki-laki berjubah itu.
"Dia tidak akan pergi kemana-mana. Karena dia akan menjadi penerus suku kami. Setelah ketua hidup kembali, gadis itu akan menikah dengan ketua. Dengan cara itulah kami bisa meneruskan generasi yang sempat terputus. Karena dalam darah gadis itu mengalir darah suku Aztec yang dulu sempat melarikan diri dari tempat ini. Dan dia adalah satu-satunya wanita yang tersisa. Takdir yang membawanya kembali ke tempat ini. Rencana yang sempurna bukan?"
Tawa laki-laki berjubah itu terdengar keras. Menggema ke seluruh gua.
Aku dan Sam hanya ternganga mendengar keterangan penyihir itu. Benarkah aku adalah keturunan suku Aztec yang nyaris punah itu?
Mendadak terjadi keributan diluar sana. Memecah ketenangan didalam gua.
Terjadi perkelahian antara para penyihir dengan beberapa orang yang tiba-tiba menyeruak masuk. Wujud mereka mirip dengan Sam. Kelompok vampir!
Dengan gerakan gesit dan cepat para vampir itu menyerang para penyihir. Mereka mencakar dan memukul tanpa ampun.
Salah seorang diantaranya membebaskan Sam.
"Cepat lari dari sini,"ucap Sam seraya membuka ikatan tali yang menjerat tubuhku.
"Bagaimana denganmu?"tanyaku cemas.
"Kami akan mengatasi mereka. Pergilah sekarang!"
Aku menuruti perintah Sam. Aku berlari sekuat tenaga keluar dari tempat itu. Tanpa berpikir apa-apa lagi.
Perlahan suasana menjadi gelap sesaat setelah aku keluar dari gua itu. Gerhana matahari!
Aku menoleh kebelakang dan mendapati gua itu mulai runtuh perlahan. Sedangkan Sam dan para vampir itu masih berada didalam sana.
"Sam!!!"

@@@@@

"Emma...."
Aku terbangun saat mendengar seseorang menyebut namaku. Tubuhku terguncang perlahan.
"Kau baik-baik saja?"
Sam menatapku dengan cemas. Ia tampak letih dan tubuhnya terluka disana sini. Namun ia masih berusaha menopang tubuhku dipangkuannya.
"Kau terluka Sam..."ucapku lemah.
"Aku baik-baik saja. Syukurlah kau selamat,"ucap Sam senang.
Sam sudah tampak normal kembali. Tak seperti beberapa waktu yang lalu.
"Kau sudah kembali seperti semula."
"Ya, aku hanya akan berubah saat aku tak bisa mengendalikan emosiku,"ungkapnya.
"Kenapa kau tidak pernah mengatakan hal ini padaku sebelumnya?'tanyaku seraya berusaha bangkit.
"Kau pasti akan membenciku jika tahu aku adalah seorang vampir,"ucapnya.
"Aku tidak membencimu meski kau seorang vampir. Bella mencintai Edward dan menerimanya meski ia seorang vampir sekalipun,"tandasku.
"Ini hal yang berbeda,Emma. Kita tidak bisa menyatukan perbedaan meskipun kau memutuskan untuk berubah menjadi vampir sekalipun. Bahkan dikehidupan berikutnya..."
"Apa karena aku seorang keturunan Aztec?"
Sam diam. Dan sikapnya membuatku tahu bahwa dugaanku benar.
Legenda Aztec kuno tetap berlaku. Selamanya mereka akan mengutuk para vampir yang telah membinasakan suku mereka. Tidak ada toleransi meski aku dan Sam saling mencintai.
Apa legenda itu bisa diubah akhir ceritanya?

@@@@@

Aku tak bisa menemukan Sam dimanapun disudut sekolah. Rumahnya juga kosong. Sepertinya ia meninggalkan tempat itu sesaat setelah kejadian hari itu.
Ia tak pamit dan tak memberi kabar. Ia meninggalkan aku dan menghilang tanpa jejak. Hanya sepasang sepatu olahraga miliknya yang tertinggal didalam loker miliknya.
Andai saja aku bisa berbuat sesuatu untuk mengubah jalan cerita ini....
Andai saja kekasihku bukan seorang vampir...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar