Rabu, 27 April 2016

KUTUKAN MANUSIA SERIGALA (cerita misteri)


Peristiwa aneh itu masih membekas jelas di ingatanku.Peristiwa yang tidak mungkin kulupakan sepanjang hidupku...

Mobil tua milik almarhum kakek kukemudikan dengan kecepatan sedang.Malam itu jalanan sepi dan gelap.Jajaran pohon pinus berdiri disamping kanan dan kiri jalan yang sedang kulalui.Suasana hutan meremang.Hanya temaram sinar bulan yang menyinari alam disekitar hutan pinus.Dingin dan sedikit membuat merinding siapapun yang berada ditempat itu.
Tapi tidak denganku.Meski aku baru beberapa bulan menghuni sebuah pemukiman dibalik hutan pinus itu,aku sama sekali tak menghiraukan betapa sepinya hutan itu jika malam hari.
Aku masih menikmati perjalananku sembari mendengarkan siaran radio lokal.Sebagai teman dan pengisi keheningan dimalam yang penuh kejutan itu.
Tak biasanya aku pulang selarut itu jika pulang dari kota usai membeli keperluan sehari-hari.Kalaupun aku terlambat itupun hanya sampai petang hari.Namun hari itu berbeda.Musibah kecil menimpa mobil kesayangan kakek itu.
Mobil tua itu mogok tepat disebelah supermarket langgananku.Memaksaku untuk menelpon mobil derek dan membuatku harus menguras tabungan di mesin ATM.
Dan juga membuatku sangat terlambat pulang kerumah.Kenapa ibu mesti memaksaku pindah ke tempat terpencil seperti itu.Dekat hutan dan jauh dari peradaban.Hufftt...
Kakiku menginjak rem dengan spontan.Membuatku tersentak dan menyadari jika seat belt ditubuhku sangat berfungsi disaat genting seperti saat ini.
Mataku menatap lurus kedepan dengan tegang.Nyaris tak berkedip.
Sesosok makhluk aneh berdiri didepan mobil kakek.Sosok yang kukenali sebagai setengah manusia setengah binatang.Siluman mungkin.Tapi yang tampak dimataku,sosok itu bertangan dan berkaki seperti manusia.Hanya saja tangannya berbulu sedikit lebat dan ujung kukunya panjang dan runcing.Berwarna hitam.
Sedang kepalanya seperti kepala binatang.Seperti manusia serigala dalam film.Berambut panjang sebahu, dan wajahnya juga ditumbuhi bulu nyaris menutupi seluruh pipinya.Sepasang matanya bersinar merah sementara dua gigi taring tampak menyembul dari mulutnya.Menyeringai mengerikan.
Ya Tuhan,aku hanya mendesis dengan gemetar.Rasanya maut sudah mengincar nyawaku malam ini juga.
Sementara itu tak ada siapa-siapa disana.Jika manusia serigala itu menyerangku siapa yang akan menolongku?
Aku bergegas menginjak pedal gas.Selama makhluk itu tak bergerak aku masih punya kesempatan.Aku memilih untuk melajukan mobil kakek dengan kecepatan tinggi sebelum makhluk itu mendekat.
Mobil melaju kencang kearah makhluk itu dengan tanpa ampun.Bersiap menerjang apapun didepannya tanpa belas kasihan.
Namun tiba-tiba saja mahluk itu lenyap begitu saja tanpa bekas.Mobil kakek tak sempat menyentuh tubuhnya.
Tak ada benturan atau goncangan kecil yang seharusnya kurasakan karena menabrak sesuatu.Tapi nyatanya tidak.Mobil kakek hanya menyentuh angin.
Kepalaku sempat menoleh kebelakang sesaat sesudah itu.Bayangan makhluk itu menghilang.
Apakah itu hanya halusinasi belaka?Perpaduan antara bayangan pohon pinus,temaram cahaya bulan dan desiran angin malam yang dingin.
Aku menggeleng pelan.Mengusir segala bentuk dugaan bodoh yang tidak berdasar sama sekali.Aku masih sadar sepenuhnya.Aku tidak berada dibawah pengaruh obat ataupun alkohol.
Bayangan itu benar-benar mirip manusia serigala dalam film-film.
Peristiwa malam itu benar-benar terjadi dan masih menjadi rahasia yang kusimpan erat dalam hatiku.Bahkan ibupun tidak perlu mengetahuinya.

Kepalaku masih dipenuhi oleh peristiwa malam itu.Bayangan manusia serigala,cahaya bulan yang bersinar temaram dan pohon-pohon pinus yang beku tak bergerak.Semua masih tergambar jelas di ingatanku.Aku nyaris gila dibuatnya.
"Isabel..."
Pintu lokerku tertahan.Sebuah tangan kokoh mencengkeram tepian pintunya.
Aku mendesah geram.Dia melakukan hal yang sama untuk kesekian kali.Memaksaku untuk mengalihkan perhatianku kepadanya.
"Aku tidak melihatmu diperpustakaan hari ini,"ucap cowok berpostur tinggi itu.Kupikir aku hanya sebahunya.
Namanya Bryan.Cowok berambut sedikit kecoklatan itu mendekatiku semenjak aku pindah ke sekolah ini.Entah untuk apa ia melakukan itu.Yang aku tahu aku tidak menyukai kehadirannya.Seperti sekarang ini.
Dan aku punya alasan khusus untuk itu.
"Aku sedang tidak ingin kesana,"tandasku datar.Berusaha sedikit menghindari tatapan matanya yang membuatku selalu merasa terpojok.
"Sengaja menghindar?"balasnya menyudutkan.
"Kupikir aku tidak perlu menghindari siapa-siapa.Dan aku sedang tidak ingin pergi ke perpustakaan.Dan kamu tidak perlu menguntit kemanapun aku pergi,"ucapku sedikit ketus.
Bryan tersenyum tawar mendengar ucapanku.
"Apa aku terlihat seperti penguntit?"tanya Bryan sembari mengacungkan jemari telunjuk ke hidungnya sendiri.
Aku menghela nafas.Muak.
"Bryan!"
Teriakan manis itu membuyarkan semuanya.Namun sedikit menolongku dari suasana tidak menyenangkan itu.
Brenda,cewek manis berambut hitam nan panjang itu melenggang kearah Bryan.Senyum cerah tersungging dibibirnya.Siap menaklukkan hati siapa saja yang melihatnya.
Aroma semerbak parfum menyerang indera penciumanku saat Brenda tinggal sejengkal lagi ketempat aku dan Bryan berdiri.
"Aku pergi,"tanpa basi basi lagi aku memutar tubuh dan bergegas pergi dari hadapan Bryan.Tanpa memberinya kesempatan untuk mencegahku.
"Kamu mengenalnya?"tegur Brenda."Kurasa dia tidak punya teman disini.Lihatlah penampilannya yang sedikit aneh itu.Dan yang kudengar dia tidak pernah tersenyum.Mungkin dia sudah lupa cara untuk tersenyum,"tawa Brenda pecah usai mengucapkan sederet kalimat pedas itu.
Langkahku telah terhenti sejak gadis itu mengucapkan kalimat pertamanya.
"Apakah itu sangat lucu?"pertanyaan itu meluncur tanpa kendali.Aliran darah ditubuhku bergerak naik ke kepalaku.Memanas dengan cepat.
Brenda tampak tak percaya melihat reaksiku.Gadis itu mengangakan mulutnya.
"Hoh..."gumamnya."Jadi kau punya keberanian untuk berdebat denganku?"
"Brenda!"Bryan berteriak menengahi.Menghentikan sedikit masalah yang terjadi diantara aku dan Brenda.
Tanganku sudah terlanjur mengepal.
Jika saja Bryan tidak menengahi mungkin aku sudah melayangkan tinjuku kewajah Brenda.Membabi buta seperti orang gila.
Aku memutar tubuh dengan cepat.Tak akan terhenti lagi meski Brenda memaki lebih pedas lagi ketimbang sebelumnya.

"Kau baik-baik saja Isabel?"teguran ibu membuatku tersentak.Tanganku nyaris menjatuhkan garpu yang secara tidak sadar kupermainkan sejak beberapa menit yang lalu.
Aku mengangguk lemah.
"Kenapa tidak makan?"tanya ibu seraya mendekat.Matanya melirik kearah pasta yang mulai mendingin diatas piringku. "Apa pastanya tidak enak?"
Aku tak menyahut.
Ibu sangat tahu jika aku sangat mengidolakan makanan itu.Tapi beberapa hari ini aku sama sekali tidak ingin makan sesuatu kecuali daging.Ayam, sapi atau apalah.
Ibu merapatkan telapak tangannya keatas dahiku.Kutepis dengan gerakan refleks.
"Aku baik-baik saja,"ucapku setengah berteriak.Membuat ibu tersentak seketika.
"Isabel,"desis ibu tampak sedikit kecewa."Ada apa denganmu sebenarnya?Tidak biasanya kamu sekasar ini pada ibu.Apa ada masalah disekolah?"
Aku bergeming.Tak ada sepatahpun jawaban yang ingin kukemukakan pada ibu.Emosi itu muncul lagi saat ibu menyerangku dengan pertanyaan.
"Ibu lihat beberapa hari terakhir ini kamu berubah Isabel.Kamu lebih pendiam dari sebelumnya.Juga mudah marah.Dan ibu melihat ada sesuatu dimatamu.Katakan pada ibu Isabel,"ibu menatapku dengan tatapan menginterogasi.
Aku masih bergeming meski dicecar pertanyaan seperti itu.Mulutku serasa beku.Tak dapat bergerak.
Aku beranjak dari kursiku kemudian melangkah menuju kamar.Diikuti tatapan curiga dari sepasang mata milik ibu.
"Ibu bisa memahami apa yang menjadi kegelisahanmu Isabel,"ibu sempat melontarkan kalimat itu sebelum aku membuka pintu kamar.Lantas menutupnya rapat-rapat.
Bukan itu,batinku.Aku melemparkan tubuh keatas tempat tidur.
Bukan soal ayah yang pergi begitu saja meninggalkan aku dan ibu.Melarikan diri dengan sengaja dan melepaskan tanggung jawab akan keluarga.
Jika soal ayah aku sudah mulai lupa.Hanya saja masih menyimpan dendam dan kebencian mendalam padanya.Menorehkan sedikit trauma pada kehidupan sosialku.
Ibu benar.Aku sedikit mengalami perubahan akhir-akhir ini.Sebabnya kurang jelas.Aku hanya bisa merasakan perubahan pada fisik dan mentalku.Makanan dan lingkunganku.
Emosi yang sering tak terkendali menyebabkan otakku serasa mendidih.Padahal hanya masalah kecil sebagai pemicunya.Aku yang sudah terbiasa menghindari makanan hewani sekarang berbalik arah.Aku nyaris menyantap produk hewani setiap hari.Sayur dan buah hanya membuatku mual.
Namun aku merasa sangat sehat dan bugar.
Angin dingin berhembus dari arah jendela kamarku yang sedikit terbuka.Membuatku sejenak merinding.Namun aku tak menghiraukannya.Mendadak mataku memberat karena diserbu rasa kantuk yang bertubi-tubi.Aku jatuh terlelap setelah itu.

Berita tentang kematian Brenda menyebar luas dengan cepat.Lebih malangnya ia tewas dengan mengenaskan.Tubuhnya terkena luka seperti cabikan binatang buas.
Entahlah...penyebabnya masih misteri.
Aku urung membuka lokerku.Kemarin aku masih sempat melihat Brenda menghampiri tempatku berdiri sekarang.Tapi sekarang ia hanyalah sebuah bayangan dalam imajinasiku.
Kasihan Brenda,gumamku seraya mendesah pelan.
"Kamu tidak ingin datang ke pemakamannya?"
Bryan datang menegur.Persis pada posisinya berdiri kemarin.
Aku menggeleng pelan.
"Aku tidak begitu mengenalnya,"gumamku seraya berpura-pura sibuk membuka pintu lokerku.Mengacak isinya.Berpura-pura mencari sesuatu untuk mengalihkan pikiranku dari Bryan.
"Kita bisa datang kesana berdua jika kamu mau,"tawar Bryan.
"Aku tidak mau,"balasku cepat.
Bryan tampak menyerah.Cowok itu bersandar pada loker.Menerawangkan matanya kearah lorong sekolah yang terlihat sepi.
"Aku hanya tidak habis pikir dengan apa yang menimpa Brenda,"gumam Bryan.Sepasang matanya melirik kearahku kemudian."Kematiannya benar-benar misterius.Dan ini yang pertama kalinya."
Aku mengernyitkan dahi.Mempertajam penglihatanku kewajah Bryan.
"Apa benar dia dibunuh hewan buas?"tanyaku menyelidik.
Bryan mengedikkan bahu.
"Entahlah,"sahutnya cepat."Dia memang tewas karena luka cabikan.Tapi dia sedang berada didalam kamar saat itu.Kamarnya terkunci dan tidak ada yang bisa masuk kesana.Tapi pembunuh itu berhasil menyusup kedalam.Kalaupun itu dilakukan binatang buas rasanya mustahil.Didaerah ini tidak pernah ditemukan binatang buas apapun,"papar Bryan panjang.
"Mungkin beruang...,"
Bryan tersenyum.
"Kamu bisa berimajinasi juga rupanya,"tandasnya."Tapi beruang sudah lama punah disini.Manusia terlalu rakus dan egois sehingga tidak mau berbagi ruang hidup dengan satwa langka sekalipun."
Aku paham dengan penjelasan Bryan tentang kepunahan beruang.Tapi aku masih tidak paham dengan kematian Brenda.
"Isabel..."
"Kupikir aku akan pulang sekarang,"aku pamit seperti biasa.Tergesa-gesa sengaja menghindari penawarannya untuk mengantarku pulang.
"Dan aku tidak perlu diantar,"tegasku cepat.Sebelum Bryan sempat berucap. Bryan tak berkutik saat aku beralih cepat dari hadapannya.Membiarkannya terpaku sendirian disana tanpa pengharapan sama sekali.

Dua orang sheriff tampak melangkah keluar dari rumahku.Diikuti langkah ibu yang mengantar mereka hanya sampai teras.
Tanda tanya besar melintas cepat dibenakku.Jangan katakan kalau ini ada hubungannya dengan ayah,batinku seraya bergegas menghampiri tempat ibu berdiri memandang kepergian kedua sheriff itu.
"Ada apa mereka kesini?"tegurku tak sabar.Membuat ibu kaget bukan kepalang.
"Kamu sudah pulang?"ibu malah berbalik mencecarku."Oh, mereka hanya mampir untuk memperingatkan kita.Kata mereka ada salah seorang gadis yang tewas tadi malam.Ia satu sekolah denganmu.Ada yang melihat pembunuh itu berjalan menuju rumah kita semalam.Itulah kenapa mereka datang kesini.Agar kita lebih berhati-hati,"papar ibu.
"Oh,"gumamku singkat.Aku tak punya komentar apapun tentang itu.
Ibu memelukku sesaat.Nalurinya mungkin sedang ingin menjagaku dari bahaya entah apa itu.
"Aku ingin makan steak,"ucapku sesaat setelah melepaskan pelukan ibu.Sepertinya pelukan itu membuatku sedikit kelaparan.
"Kita sudah tidak memiliki persediaan daging Isabel,"teriak ibu dari arah dapur."Hampir setiap hari kamu mengonsumsi daging.Dan itu tidak baik untuk kesehatanmu,"imbuh ibu kemudian.Aku sudah tidak melihat bayangannya lagi.
Aku mendengus.Lantas melangkah lesu ke arah kulkas.Membuka pintunya kemudian meraih segelas susu dingin.Meneguknya sampai habis tak bersisa.
Padahal sebelum ini aku tak pernah minum susu.Membayangkan rasanya saja perutku sudah mual.Apalagi meminumnya.Sebenarnya apa yang salah dengan tubuhku?
"Pergilah belanja ke kota Isabel,"ibu muncul dengan tiba-tiba.
Kekota?batinku bergeming.Terakhir kali aku kesana aku bertemu dengan makhluk misterius itu.Dan aku tidak mau bertemu dengannya untuk yang kedua kali.
"Ibu saja yang pergi.Aku masih harus mengerjakan tugas dari sekolah,"alasanku kemudian.
Tapi bagaimana jika ibu yang bertemu dengan manusia serigala itu?

Aku sudah tahu dari awal jika kehadiranku disekolah tidak disukai.Penampilanku yang sedikit aneh,lebih tepatnya kuno.Sedikit mengganggu pemandangan disekolah.Aku juga tak punya teman karena cenderung menutup diri dan pendiam.Mungkin itu salah satu caraku melindungi diri dari rasa sakit dan terluka.Cukup ayah yang menggoreskan luka dihatiku.Jangan sampai luka-luka lain menggores untuk yang kedua, ketiga dan kesekian kalinya.
Namun justru sikapku mengundang hinaan dan tatapan sinis dari teman-teman dikelasku.Tak jarang aku mendengar sindiran-sindiran tajam dan olokan pedas dari mereka.
Selain diam dan menahan emosi apalgi yang bisa aku lakukan.Meski otakku serasa mendidih aku hanya bisa memaki dalam hati.Membanting pintu toilet dan mencoret-coret tak karuan diatas buku adalah pilihan pelampiasan kekeksalan hatiku.Selain itu aku tak berani berbuat lebih.Hanya menyumpah dalam hati.
Sepertinya alam menunjukkan keajaiban yang tak disangka-sangka.Meski misterius dan diluar akal.Namun peristiwa ini benar-benar terjadi.
Entah bagaimana, kenapa dan apa sebabnya tak ada seorangpun yang tahu.Satu persatu teman-teman sekelasku tewas dengan cara yang mengenaskan.Seperti yang dialami Brenda.Semuanya mengalami luka cabikan pada tubuh mereka.Namun anehnya hanya teman wanita saja yang menjadi korban.Sejauh ini belum jatuh korban dari jenis kelamin laki-laki.
Sekolah menjadi gempar dan suasana menjadi mencekam.Ruang kelas menjadi sepi karena timbul ketakutan untuk masuk sekolah.
Ibu sama takutnya dengan orang tua murid lain.Ia melarangku untuk pergi kesekolah meski aku meyakinkan dirinya jika aku baik-baik saja.Pembunuhan misterius itu terjadi pada malam hari saja.
Tempat ini seperti dikutuk, gumam ibu nyaris tak terdengar.Aku hanya mendesah lantas melanjutkan bacaan ditanganku.
"Apa ini Isabel?"
Aku mendongak kearah ibu yang seperti tergopoh-gopoh ingin menunjukkan sesuatu padaku.Aku masih lekat diatas sofa kala itu.
"Dimana ibu temukan benda itu?"tanyaku seraya mengamati beberapa helai rambut yang panjangnya tak kurang dari dua centi yang kini dipegang ibu.Warnanya kemerahan dan sedikit kaku.Mirip bulu binatang.Beruang mungkin.
"Ibu menemukan ini diatas tempat tidurmu,"sepasang mata ibu menatap tajam kearahku.Panik dan setengah ketakutan.Ibu sangat tahu jika itu bukan rambutku."Katakan Isabel..."desis ibu.
Aku menggeleng cepat.
"Aku tidak tahu..."
"Apa makhluk itu mengincarmu juga?Ya Tuhan...Isabel,"ibu memelukku diujung kalimatnya.Erat.Dan matanya berkaca-kaca.
Aku tidak tahu jika aku juga masuk dalam daftar calon korban berikutnya.

"Ibu???"
Wanita itu terbelalak begitu aku muncul dihadapannya.Ia mundur selangkah ketika aku hendak mendekat padanya.Apa yang dilihatnya dariku?Kenapa menatapku seperti itu?
"Jangan mendekat,"ucapnya tiba-tiba.Mengagetkanku. Aku urung untuk mendekat.
"Ibu..."gumamku heran.
"Sebenarnya apa yang terjadi Isabel?Kamu Isabel anak ibu kan?"pertanyaan itu meluncur dari bibirnya.Aneh kedengarannya ditelingaku.
"Kenapa ibu bertanya seperti itu?"tanyaku tak mengerti.
Ibu mendesah.Gundah tampak terlihat jelas diwajahnya.
"Apa tidurmu nyenyak semalam?"tanya ibu tampak mulai menguasai perasaannya sendiri.
Aku mengangguk meski diliputi kebingungan.
"Apa kamu tidak bermimpi tentang sesuatu?Atau apa kamu terjaga semalam?"tanya ibu kemudian.
Aku menggeleng ragu.Tidurku sangat nyenyak akhir-akhir ini.Tapi kenapa ibu bertanya hal aneh seperti itu?
"Ibu melihat sesuatu semalam,"ucap ibu sejurus kemudian.
"Apa makhluk itu datang kekamarku?"aku bertanya cepat.Menduga-duga.
Ibu menggeleng.Lantas?
"Makhluk itu adalah kamu sendiri Isabel,"ungkap ibu seketika itu mengejutkanku.
"Ibu!"teriakku."Apa maksud ibu berkata seperti itu?Ibu sedang bercanda kan?"aku menaikkan volume suaraku.
Ibu menggeleng.
"Ibu tidak bercanda Isabel,"tandas ibu.Matanya menatap nanar kearahku."Itu adalah kenyataan Isabel."
Ibu...aku bergumam namun tak terdengar.Seluruh tubuhku gemetar dan keringat dingin mulai mengucur dari dahiku.
"Tubuhmu berubah saat kamu terlelap Isabel,"tutur ibu seolah ingin mengingatkan aku."Kamu berubah menjadi makhluk... Entah apa itu namanya.Tapi kamu sangat mengerikan Isabel.Seperti manusia serigala,"lanjutnya.
Aku gamang.Seperti berdiri ditepian jurang percaya dan bohong.Penuturan ibu mengingatkan aku pada makhluk aneh yang kutemui saat pulang dari kota beberapa waktu yang lalu.
Aku baru saja sadar jika setelah kejadian itu perilaku-ku berubah drastis.Mungkinkah semua itu ada hubungannya dengan makhluk itu?

Ibu menyeretku menemui seorang paranormal yang berpakaian gipsy yang rumahnya tak jauh dari bukit hutan pinus.Wanita itu seumuran ibuku namun bermake up tebal dan lumayan cantik menurutku.Dua buah kalung besar menggantung di lehernya.
Wanita gipsy itu menatapku dengan pandangan aneh.Ia pasti menemukan ketidakberesan pada diriku.
"Kau dirasuki roh jahat Isabel,"ucapnya.Rupanya ia langsung tahu namaku meski aku belum memperkenalkan diri.Dan ibu juga belum mengutarakan maksud kedatangan kami.
"Roh jahat apa Madam?"ibu langsung menyela karena tidak sabar.
Wanita gipsy itu memejamkan matanya barang sejenak.Lantas membukanya kembali setelah mendapat penerawangan.
"Gadis ini dirasuki roh manusia serigala yang telah mati seratus tahun lalu,"ungkapnya mengejutkan."Manusia serigala itu ingin menuntut balas akan kematiannya.Dia akan membunuh manusia didaerah ini satu-persatu sampai tak bersisa."
"Ya Tuhan,"desis ibu tak percaya.Sementara aku juga sama terkejutnya.Berarti aku akan menghabisi semua orang kelak?
"Tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali kematian Isabel,"ucap Madam gipsy itu kemudian.Mengguncang hatiku dan ibu serentak.
"Apa tidak ada cara lain?"tanyaku penasaran.Ketakutan tiba-tiba saja menyerbu jantungku.
Namun wanita itu menggeleng.
"Tidak mungkin!"teriak ibu histeris.
"Roh itu telah menyatu dalam diri Isabel.Dan dia tidak akan melepaskan Isabel begitu saja.Karena roh itu telah memilih tubuh Isabel sebagai tempat tinggalnya.Dan dia sangat nyaman berada disana,"jelas wanita itu.
Aku tersentak hebat. Sesuatu yang lain dalam diriku mencoba untuk berontak. Tubuhku mendadak panas. Tanganku gemetar tak terkendali. Apa yang menimpaku?
Nafasku terasa berat dan sedikit sesak.Kepalaku juga seperti berputar.Dan tubuhku merasakan sakit disekujurnya.
"Isabel...Isabel!"
Teriakan ibu berdengung disekitar telingaku.Tapi sayangnya aku mengabaikannya begitu saja.Rasa sakit mendera sekujur tubuhku.Sakit yang demikian hebatnya.
Aku ingin menjerit keras-keras saat menyadari tubuhku telah berganti wujud.Tapi mulutku tak bisa kugerakkan.Aku tak bisa mengendalikan gerakan tubuhku.Pikiran dan hatiku seperti dikendalikan oleh sesuatu yang lain.Entah apa itu...
Aku mirip makhluk manusia setengah serigala itu!
Aku tak bisa mencegah apapun yang akan aku perbuat saat ini.Termasuk saat aku menerjang habis-habisan wanita gipsy dihadapanku itu.Aku seperti tak punya perikemanusiaan saat ujung tanganku yang runcing mulai mencabik tubuh wanita itu.Aku benar-benar manusia serigala!
Suara ibu yang terus menerus menjerit histeris sama sekali tak menghentikan aksiku.Aku baru berhenti setelah wanita gipsy itu terkapar dengan kondisi nengenaskan.
"Isabel!"teriakan ibu terdengar bersamaan dengan suara tembakan yang dilepaskan seorang sheriff yang telah berdiri didepan pintu.
Aku tersungkur.Sebuah peluru menembus dadaku.Aku tak menduga jika sheriff itu bergerak cepat sehingga aku tak sempat menghindar.
Sebuah tembakan melayang kembali.Kali ini sebuah peluru panas menembus bahuku.Aku mengerang menahan sakit.
Aku bangkit dengan tenaga yang tersisa.Aku berdiri dan berlari keluar dari ruangan itu secepat yang kubisa.Menerobos sheriff yang telah melayangkan tembakan ketubuhku.
Aku berlari dan terus berlari menembus hutan pinus.Meski dengan langkah terseok dan semakin lemah.Darah berceceran membuat jejak langkahku.
Pada akhirnya seperti dalam film-film yang pernah kulihat sebelumnya,aku tersandung sebuah akar kayu yang melintang.Seolah sengaja menghadang langkah kakiku untuk membuatku jatuh.
Aku benar-benar terjerembab ke atas tanah.Namun tubuhku kembali ke wujud semula.Aku dalam wujud seorang gadis biasa.Isabel...
Aku merangkak sebisaku menuju kesebuah pohon pinus didekatku.Tenagaku nyaris habis saat ini.Namun aku berusaha untuk bernafas meski dengan susah payah dan penuh dengan perjuangan.
Darah terus mengalir dari luka tembakan didada dan bahuku.Mungkin harusnya aku sudah mati saat ini.Tapi sesuatu yang lain dalam diriku sepertinya masih ingin aku bertahan.Untuk berapa lama lagi?batinku gelisah.
Apa ia belum puas sudah memanfaatkan tubuhku untuk balas dendam?
Apa salahku hingga aku tertimpa nasib sial begini?Kenapa aku mesti bertemu dengan makhluk itu sebelumnya sehingga menyebabkan aku seperti ini?
"Terima kasih Isabel..."
Aku terkesiap demi menyadari sosok manusia serigala itu telah berdiri dihadapanku.Tapi tubuhku semakin lemah meski hanya untuk mengeluarkan sepatah kalimatpun.
"Terima kasih telah menjadi perantaraku untuk membalaskan dendam yang belum sempat terbalaskan selama ini,"ucapnya memperjelas maksud pernyataan terima kasihnya.
"Kamu telah menjalankan tugasmu dengan baik.Sekarang beristirahatlah dengan tenang,"ucapnya lagi sebelum berbalik dan menghilang dari penglihatanku.
Ohhh...inikah ending dari semuanya?batinku pilu.Miris sekali.
Tubuhku kian melemah namun perlahan rasa sakit itu memudar.Penglihatanku juga semakin meredup seolah senja turun terlalu cepat.Setetes air mata jatuh dari kedua ujung mataku.Aku akan pergi dengan damai.Ke tempat kakek...