Senin, 29 September 2014

CINTA DATANG TERLAMBAT


Langkahku terhenti.Laki-laki itu tampak berdiri disamping mobilnya tepat didepan gang menuju kamar kost-ku.Apa yang sedang ia lakukan ditempat ini?Menunggu diriku-kah?
"Kenapa baru sampai?"tanyanya sembari melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kanannya."Harusnya sepuluh menit yang lalu kamu sampai."
Huh...
Aku mendengus geram.Memangnya siapa dirinya yang begitu detail mengurusi jam pulangku.Tapi bibirku masih terkunci rapat.Aku sudah teramat lelah dan tak ingin bertambah lelah karena berdebat dengannya.
"Hei!"teriaknya menghadang langkahku."Aku sedang bicara denganmu,"ucapnya memaksaku untuk menatap padanya.Ia tampak mulai kesal akan sikap dinginku.
"Minggir,"suruhku kemudian.
"Nina!"
Sial.Laki-laki itu berteriak keras seraya mencekal lenganku dengan kuat.Membuat emosiku seketika ikut meledak.
"Lepaskan Al,"ucapku seraya berontak.Tapi laki-laki itu malah semakin mempererat cekalan tangannya.
"Kenapa kamu selalu bersikap angkuh padaku?Apa begitu sulit menaklukkan wanita miskin sepertimu?"
Aku nyaris tak percaya pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Ya,dia memang kaya raya dan tampaknya ia berhak melontarkan pertanyaan semacam itu pada orang miskin sepertiku.
"Apa harga dirimu terlalu tinggi untuk menerima cintaku?"tanya Aldo kembali.
"Lalu kenapa kamu mencintai orang miskin sepertiku?Bukankah hal semacam itu sangat tidak wajar?"aku memotong cepat.
Aldo tampak mendesah panjang.
"Itu memang tidak wajar dan semua itu diluar kemampuanku Nin.Harusnya aku tidak boleh jatuh cinta pada orang yang hanya memiliki lima lembar pakaian dan dua lembar celana jeans untuk bekerja setiap harinya.Sepatu yang sudah tampak lusuh dan jahitannya nyaris terbuka juga tas yang harganya sangat murah.Tapi aku tidak bisa mencegah diriku untuk tidak jatuh cinta padamu.Apa kamu pikir aku yang menginginkannya?Lantas apa sekarang kamu sudah bisa memahami perasaanku?"celotehnya panjang.
Aku tersenyum pahit.Ia begitu detail tentang diriku.Tapi itu sangat menyinggung perasaan.Memang,orang kaya seakan punya hak untuk bersikap angkuh.
"Maaf,aku tidak bisa memahami perasaanmu.Jadi pergilah,"ucapku sedikit ketus.Bermaksud mengusirnya.
"Oh...aku tidak percaya ini,"tandasnya.Seolah berbicara pada dirinya sendiri.
"Apa kamu tidak merasa kalau kehadiranmu sangat menggangguku?Kehidupanku yang semula baik-baik saja jadi terusik karena keberadaanmu,"ucapku kemudian.
"Justru kehadiranmulah yang mengusik kehidupanku,"potongnya cepat."Aku yang biasa bekerja dengan baik jadi terganggu karena bayanganmu sering muncul tiba-tiba dan mengacaukan konsentrasiku.Karena penampilanmu yang tidak wajar dalam dunia kami,apa kamu merasakan hal itu?"
"Apa kamu pikir semudah itu membiarkanmu pergi setelah apa yang kamu lakukan pada hidupku?"
Aku tersenyum pahit.Ia tampan,kaya tapi idiot.
"Memangnya apa yang telah aku lakukan pada hidupmu?"tanyaku bingung.
"Kamu sudah mengacaukan hidupku dan kamu harus bertanggung jawab atas semuanya,"tandasnya.
Hah?Aku melongo.
"Lantas?Apa yang kamu inginkan dariku?"tanyaku masih bingung.
"Tinggallah disisiku selamanya..."
Ya Tuhan,pekikku dalam hati.Laki-laki ini sudah gila dan tampaknya ia perlu dibawa kerumah sakit jiwa.
"Minggirlah,"suruhku beberapa detik kemudian.Kali ini aku benar-benar memaksa.
"Nina!Hei!"
Teriakannya tak kugubris sama sekali.Aku tetap melangkah masuk kedalam gang sempit menuju kamar kost-ku.
"Aku menunggu jawabanmu!"
Ah,ia berteriak lagi batinku.
Biarkan saja.Pada akhirnya ia pasti akan menyerah dan pergi.
#####
"Apa kamu tidak bisa makan dengan pelan?"sentak Rani sewot. Teman sekamarku itu terus menerus mengawasiku yang sedang melahap mie instant rebus.
"Aku kelaparan Ran,"sahutku cuek.Sementara mulutku masih penuh dengan makanan.
Rani menghela nafas panjang.Gadis itu paling hafal dengan kebiasaanku.Mungkin ia sudah jenuh memperingatkan aku untuk memperlambat cara makanku.
"Tadi dia mencarimu,"ucapnya beberapa saat kemudian.Rani telah merebahkan punggungnya namun masih dengan pandangan kearahku.
"Siapa?"tanyaku cepat.
"Aldo."
Aku terdiam seketika saat Rani menyebut nama laki-laki itu.Namun aku segera menyantap habis makananku setelah itu meneguk air minum dari gelas.
"Dua jam yang lalu dia kesini,tapi kamu belum pulang,"jelasnya membuatku mengernyitkan kening.
Jadi sejak dua jam yang lalu Aldo menungguku?batinku.
"Kami bertemu didepan tadi,"akhirnya aku berterus terang juga perihal pertemuanku dengan Aldo.
"Benarkah?"tiba-tiba saja Rani tampak antusias dengan Aldo."Lalu bagaimana kisah selanjutnya?Apa kamu sudah menerima cintanya?"cecarnya mendesak.
Aku menggeleng pelan.
"Kamu menolaknya?Kenapa?"lagi-lagi Rani mendesakku dengan pertanyaan.
Aku terdiam sejenak.
"Menurutmu?"aku malah balas bertanya pendapatnya.
Rani menghela nafas.Tampaknya ia enggan melihat sikapku.
"Memangnya apa lagi?"ucapnya."Menurutku kamu bodoh.Kalau aku menjadi kamu aku pasti akan menerima cinta Aldo dengan senang hati.Tampan,kaya raya,punya masa depan cerah,tampaknya dia juga sangat menyukaimu.Lantas apa kekurangannya? Bukankah dia orang yang sempurna.Bisa dikatakan dia adalah prince charming dari negeri dongeng..."
Dan aku seperti Upik abu,batinku menambahi.
Aku memang bodoh seperti ucapan Rani.Hanya orang bodoh yang menolak laki-laki sempurna seperti Aldo. Huh...aku hanya bisa menerawangkan mataku ke tembok yang penuh dengan guntingan foto-foto artis Hollywood yang kuambil dari majalah.
Aldo memang sempurna.Siapa yang tidak akan jatuh cinta melihat sosok laki-laki tampan yang punya latar belakang demikian bagusnya itu.Tapi kenapa mesti aku yang ia suka dan apa yang membuatnya jatuh cinta padaku.
Ini benar-benar tidak masuk akal.Bagaimana bisa prince charming jatuh cinta pada itik buruk rupa sepertiku.Aku cuma wanita biasa yang miskin dan tak punya latar belakang yang bisa dibanggakan.
Ah...jarak yang terbentang diantara kami berdua begitu jauh.Seperti langit dan bumi.Perbedaan inilah yang membuatku semakin tak mempercayai perasaannya.Sementara diluar sana masih banyak wanita yang jauh lebih pantas baginya.
#####
Aku dan Aldo bertemu untuk pertama kalinya ditoko bunga dimana aku bekerja.Hari itu sekitar seminggu yang lalu ia membeli anggrek yang hidup didalam pot.Entah untuk siapa hadiah itu ia berikan.Ia hanya menyuruhku untuk mengemasnya dengan plastik.
Dan semua mengalir begitu saja.Ia memperhatikanku dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki.Bertanya ini dan itu seperti polisi yang sedang menginterogasi pencuri.
Laki-laki bodoh itu jatuh cinta padaku seperti ucapannya beberapa hari yang lalu.Kenapa?Apa karena ia tertarik dengan orang yang kehidupannya berkebalikan dengan dirinya?
Atau ia hanya kasihan melihat kehidupanku yang sulit ini?
Seperti hari ini,begitu aku sampai di kost,aku dikejutkan dengan hadiah-hadiah yang ia kirimkan untukku.
Ada sebuah televisi diatas meja.Kasur baru lengkap dengan sprei dan selimut baru.Karpet dan lampu hias warna warni tampak menggantung indah didinding yang telah dipasang wallpaper baru.Juga ada beberapa hadiah yang masih tersimpan dalam kardus-kardus.
"Kamu sudah pulang?Lihat hadiah-hadiah yang diberikan Aldo untukmu,"sambut Rani girang.Tapi aku tidak.
"Kenapa kamu terima hadiah-hadiah ini?"hardikku kesal.
"Kenapa?Wajar kalau dia memberikan hadiah untuk orang yang dia cintai,"tandas Rani. "Jangan berlebihan Nin..."
Berlebihan apa,batinku mendongkol.
Untuk apa ia memberikan hadiah sebanyak dan semahal itu.Rasanya bukan aku yang berlebihan tapi Aldo...
"Apa kamu tahu nomor Aldo?"tanyaku tiba-tiba.
"Apa yang akan kamu lakukan?"tanya Rani curiga.
"Aku ingin mengembalikan semua ini,"tandasku.Dengan gerakan cepat aku menyambar ponsel Rani yang tergeletak diatas kasur dan segera mencari nomor Aldo disana.
Ketemu,batinku.Aku bergegas menekan tombol dial pada ponsel itu.
"Halo..."beberapa detik kemudian terdengar sahutan dari ujung sambungan telepon.
"Apa maksudmu memberikan hadiah sebanyak ini?"desakku cepat.Tanpa permisi atau sepotong salam.
"Nina???"
"Ambil kembali semua hadiahmu.Aku tidak mau menerima apapun pemberianmu,"tandasku tegas.
"Kenapa?Aku berusaha ingin memberikan sedikit fasilitas agar kamu nyaman.Bahkan aku ingin memberikanmu yang lebih dari itu."
"Apa kamu ingin memamerkan kekayaanmu padaku?"
"Kenapa kamu berpikir seperti itu Nin?Aku hanya ingin menunjukkan perhatian padamu.Agar kamu percaya bahwa aku benar-benar tulus mencintai kamu,kenapa kamu malah bersikap seperti itu?"
"Aku tidak mau tahu.Pokoknya ambil kembali hadiahmu titik,"tandasku tegas.Mengakhiri pembicaraan kami ditelepon.
Rani buru-buru merebut ponsel miliknya dari tanganku.Gadis itu menatap geram padaku.
"Kenapa kamu menyuruh Aldo untuk mengambil hadiah-hadiah ini?Kamu itu bodoh.Mestinya kamu berterimakasih padanya bukan marah-marah seperti itu.Dasar aneh,"olok Rani kesal.
Tapi aku tidak peduli.Aku tetap tidak mau menerima semua hadiah itu...
#####
Laki-laki itu datang,pikirku saat melihat langkahnya memasuki coffeshop.Ia menatap sekeliling dan langsung menemukan tempat dudukku.
Ternyata ia datang lebih cepat dari yang kuperkirakan.Padahal lima belas menit yang lalu aku baru saja menelponnya.
"Ada apa menelponku?" desaknya setelah mengambil tempat duduk tepat dihadapanku."Apa kamu tahu aku sedang mengadakan rapat penting dan karena kamu menelepon,aku terpaksa menunda rapat,"ujarnya angkuh.
"Aku tidak peduli,"sambutku dingin. "Aku hanya ingin kamu segera mengambil kembali hadiah-hadiah itu karena aku tidak membutuhkannya,"tandasku datar.
"Tapi temanmu membutuhkannya dan lagi pula ia senang menerima hadiah-hadiah itu,"balasnya tidak mau kalah. Membuatku geram saja.
"Pokoknya ambil kembali hadiahmu karena aku tidak suka..."
"Hei..."tiba-tiba saja Aldo mengge nggam tanganku yang kutaruh diatas meja.Sepasang mata elangnya menatap tajam kearahku.Menusuk perasaan.
"Apa sekali saja kamu tidak bisa memperlakukan orang yang menyukaimu dengan baik?Harusnya kamu tidak memperlakukanku seperti ini,Nin,"tandasnya.
"Tapi aku tidak menyukaimu..."
"Kenapa?"ia memojokkanku dengan pertanyaan itu seraya masih menatapku.
Aku terdiam.Entah mengapa bibirku tiba-tiba saja terkunci rapat.Seperti ada perekat yang membuatnya tak bisa terbuka.
"Apa karena aku terlalu kaya untukmu?"tanyanya kemudian.
Huh menyebalkan.Gayanya masih tetap sama.Sombong...
"Aku tahu,"sambungnya beberapa detik kemudian."Jurang yang memisahkan kita terlalu dalam.Tapi apa cinta harus memilih status, kekayaan, latar belakang, pendidikan dan sebagainya? Apa aku bisa menentukan kepada siapa aku menjatuhkan hatiku kelak.Kalau aku bisa,aku juga tidak akan jatuh cinta pada wanita sepertimu.Aku akan akan memilih jatuh cinta pada wanita yang sekelas denganku.Tapi cinta diluar kekuasaanku Nin.Aku jatuh cinta padamu secara alami.Dan aku tidak tidak bisa menahan perasaanku..."
"Cukup Al"potongku geram.Terus terang aku sangat benci pada kalimat-kalimatnya yang mirip seorang penceramah.
"Aku menyuruhmu datang kesini hanya untuk mengembalikan hadiah-hadiahmu..."
"Kalau kamu tidak suka buang saja,"potongnya cepat.Membuatku kaget setengah mati.Dengan mudahnya ia menyuruhku untuk membuang barang-barang itu,dan tanpa beban pula.Apa semua orang kaya bersikap sama seperti itu.
"Apa kamu sudah gila?" tanyaku geram.
"Bukankah kamu tidak mau menerima pemberianku dan aku tidak membutuhkan barang-barang itu ,"tandasnya datar.
"Hei..."
"Aku sibuk hari ini,"potongnya sembari bangkit dari tempat duduknya."Aku akan menghubungimu nanti..."
Aku hanya bisa melongo menatap laki-laki itu.Uh,prince charming menyebalkan,batinku kesal.
#####
Barang-barang pemberian Aldo masih berada ditempatnya masing-masing.Harusnya aku gembira seperti Rani,tapi entah kenapa seperti ada beban yang menghimpit dadaku ketika mengingat tentang Aldo.
"Kamu baik-baik saja?"
Teguran Rani membuatku tersentak.Gadis itu baru saja datang dan langsung merebahkan diri diatas tempat tidur.
"Apa yang tidak membuatku baik,"sahutku bergumam.
"Apa kamu menikmati liburanmu hari ini?Apa kamu pergi bersama Aldo?"cecar Rani tiba-tiba.
"Tidak,"sahutku cepat.Padahal siang tadi aku menelponnya untuk bertemu di coffeeshop.
"Loh kok?"Rani menatapku dengan pandangan aneh."Memangnya kalian belum jadian?"
"Kan sudah aku bilang aku tidak menyukainya,"ucapku.
"Benarkah?"Rani menatapku penuh selidik."Tapi kenapa aku merasa kamu juga menyukainya..."
Aku tersenyum pahit.
"Bukankah kamu bilang dia adalah prince charming.Mana mungkin orang sepertiku bisa menjadi pasangannya,"tandasku.
"Oh...jadi karena itu,"sahut Rani."Kamu benar Nin.Dua orang yang berbeda status meski saling mencintai sekalipun tidak akan berhasil menjalin hubungan dengan mulus.Pasti akan ada banyak penghalang.Tapi kenapa kamu tidak mencobanya lebih dulu?"
"Lalu aku akan terluka,"sambungku menyela."Begitukah maksudmu."
"Tidak juga."
"Sudahlah,"potongku."Aku tidak mau memulai sebuah hubungan jika aku tahu aku akan terluka pada akhirnya."
"Nina..."
"Apa lagi?"
"Ponselmu berdering,"beritahu Rani seraya menunjuk ponselku yang tergeletak disamping tanganku."Kamu tidak dengar ya?"
Sial,batinku malu.
"Bisakah kamu keluar sekarang?"
Sebaris pesan singkat masuk.Dari Aldo...
#####
Laki-laki itu mengenakan mantel berwarna cokelat dan rambutnya sedikit basah.Tampaknya tadi sempat turun hujan.
Aldo tersenyum melihat kedatanganku.Ia tampak senang melihatku datang memenuhi permintaannya.
"Aku tahu kamu pasti akan datang,"sambutnya seraya mendekat.Lantas ia mengecup keningku tiba-tiba.
"Apa yang kamu lakukan?"aku mendorong tubuhnya menjauh.Namun ia sama sekali tak marah mendapat perlakuan seperti itu.
"Aku merindukanmu,"ucapnya lembut.
Namun aku menyambutnya dengan senyum pahit.Aku sama sekali tak bisa melihat ketulusan dimatanya.Semua nampak palsu dan tidak wajar buatku.
"Kenapa menatapku seperti itu?Apa kamu tidak merindukanku?"Aldo menyudutkanku dengan pertanyaan.Sementara sepasang matanya balas menatapku.
"Kupikir kamu datang untuk mengambil hadiah-hadiah itu..."
"Hei.."potongnya."Sudahlah.Jangan berdebat soal hadiah itu.Kenapa kita tidak berbaikan dan memulai sebuah hubungan baru?"
Hubungan apa?batinku bimbang.Apa aku bisa mengikatkan hatiku pada laki-laki seperti Aldo.Aku pernah terluka dan tak ingin terluka untuk yang kedua kalinya.
"Aku tidak bisa."
"Aku tidak ingin mendengar sebuah penolakan Nin.Atau kamu masih meragukan perasaanku?"timpalnya cepat.
Aku menghela nafas panjang.
"Maaf Al.Ini sudah terlalu malam dan kupikir aku harus istirahat.Kamu juga harus pulang,"tandasku dingin dan tak peduli.
"Jadi kamu mengusirku?"
"Ya!"sahutku cepat.
"Kenapa?Apa yang membuatmu masih bertahan dengan sikap angkuhmu itu?Apa sedikitpun kamu tidak punya perasaan padaku?"Aldo memojokkanku kembali.Tangannya mengguncang kedua bahuku kuat-kuat.
"Apa kamu masih merisaukan perbedaan kelas sosial kita?"lanjutnya kembali."Kita akan mengatasi perbedaan itu bersama-sama.Percayalah padaku."
"Perbedaan tetaplah perbedaan Al,"sahutku tak sabar."Kenapa kamu tidak menyerah saja?Lagipula apa yang kamu harapkan dari orang sepertiku.Tidak ada kan?Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan padamu.Apa kamu mengerti?Sebaiknya kamu pulang dan lupakan aku,"tegasku kemudian.
"Aku akan pulang,"ucapnya menimpali."Tapi jangan memaksaku untuk menyerah atau melupakanmu."
Aku menarik nafas panjang.Dasar keras kepala,batinku kesal.
Ah...tiba-tiba saja laki-laki itu menarik tubuhku kearahnya.
"Diamlah sebentar,"bisiknya saat aku mulai bergerak untuk melepaskan pelukannya.
Ya Tuhan,maafkan aku batinku.Aku mati-matian bertahan dengan sikapku tapi aku merasakan sebaliknya saat berada dalam pelukan Aldo.Sesuatu yang aneh dan nyaman.Perasaan hangat yang menjalar begitu saja kedalam dadaku...
#####
Mungkin aku terlalu takut untuk terluka lagi.Itulah satu-satunya alasan yang kupunya saat ini untuk tidak membuka hatiku.Aku masih bertahan pada kenyataan bahwa aku lebih memilih untuk sendiri ketimbang terburu-buru menerima cinta baru Aldo.
Tapi demi mengingat kejadian semalam hatiku cenderung bergejolak.Entah kenapa.Tapi aku tidak mau hatiku tergoyahkan oleh hanya satu pelukan saja.
"Aku sedang latihan futsal sekarang,"ucap Aldo dari ujung telepon. Memberitahuku meski aku tak bertanya."Aku akan menjemputmu nanti malam.Tunggu aku disana.Okay?"
Aku hanya tertegun.Tanpa menjawab sama sekali.Sesungguhnya aku tidak punya opsi untuk dipilih.Aku masih bimbang menentukan ya atau tidak.Tapi Aldo telah memberikan keputusan.
Tapi aku tidak mau memberi harapan.Tanpa menunggu aku langsung naik angkutan umum yang pertama kali kutemui dijalan.Tanpa berpikir panjang.Yang aku tahu Aldo mungkin akan kecewa.Lagipula hujan rintik-rintik mulai turun saat aku keluar dari toko bunga.Bukankah hujan adalah satu-satunya alasan yang paling tepat untuk membela diri.
Nyatanya hujan belum juga reda saat aku turun dari angkutan umum tepat didepan gang.Dan aku mesti berjalan beberapa meter menuju kost.Sedang hujan pasti akan membuatku basah kuyup.
"Ya ampun Nin,kamu basah kuyup begini,"Rani menyambutku dengan kaget.
Aku belum sempat menyahut,tiba-tiba aku mendengar suara lain menyela.
"Bukankah aku tadi menyuruhmu untuk menungguku?"
"Aldo?!"pekik Rani terkejut.Memaksaku untuk membalikkan badan.Aldo sudah berdiri disana tanpa kusadari.
"Apa kamu lebih suka kehujanan seperti ini daripada pulang bersamaku?Apa kamu tidak bisa menghargaiku sedikit saja?" sentak Aldo tampak kesal.
Aku akui,aku memang salah telah mengabaikan penawaran Aldo.Tapi bagaimana dengan harapan yang sama sekali tidak ingin kuberikan padanya?
"Aku sayang kamu Nin..."ucap Aldo kemudian.Mencoba menyadarkanku dari kebisuan.Laki-laki itu menggoncang bahuku perlahan."Kumohon,jangan mengabaikanku seperti ini."
Aku tak berkutik.Aku tak bisa berucap apa-apa saat ini.Bahkan untuk memandang sepasang mata milik Aldo pun aku tidak bisa.
"Sebaiknya kamu ganti baju kamu yang basah.Aku tidak mau kamu jatuh sakit,Nin.."ucap Aldo sejurus kemudian seraya melepaskan tangannya dari bahuku.
Bahkan setelah Aldo pergi,aku masih belum sadar sepenuhnya dari lamunan.Benarkah ada seseorang yang menyayangiku sedalam itu?
"Prince charming itu benar-benar menyukaimu,Nin..."tandas Rani sebelum kami memejamkan mata.
Aku tidak tahu mesti bersikap bagaimana,batinku menyahut.Mengikuti alur mimpi ini dan menjadi Upik abu atau buru-buru bangun dari tidur dan kembali ke dunia nyata...
#####
Prince charming benar-benar telah mengubahku menjadi Upik abu kali ini.Laki-laki itu menyeretku ke sebuah pusat perbelanjaan usai toko bunga tutup.Ia memilihkan sebuah dress berwarna biru muda untukku.Sebuah stilleto bernada sama lengkap dengan aksesoris.Aku didandani oleh seorang penata rias terlatih.Rambutku juga ditata sedemikian rupa.
Oh Tuhan!Aku nyaris tak percaya pada diriku sendiri.Upik abu yang beberapa jam lalu adalah wanita miskin telah disulap menjadi seorang putri.Ini bukan seperti diriku yang biasanya...
"Kamu cantik Nin..."puji Aldo begitu aku selesai dirias.Laki-laki itu tampak tersenyum seraya meraih tanganku.
Selanjutnya ia membawaku ke sebuah restoran westfood.Memesan beefsteak untuk kami berdua.
"Kamu suka kejutanku ini kan?"tanya Aldo sembari tersenyum.
"Ini bukan duniaku Al,"sahutku."Aku seperti Cinderella yang akan berubah menjadi wanita biasa saat jam dua belas malam."
"Jangan bicara seperti itu Nin,"tandasnya.Ia meraih tanganku. "Kamu bukan Cinderella buatku."
"Tapi kamu telah mengubahku menjadi Cinderella Al,"potongku."Dan aku merasa tidak layak mendapatkan semua ini."
"Ssstt..."Al mengisyaratkan agar aku menutup mulut."Kita nikmati saja malam ini.Aku sudah sangat lapar,okay?"
Yeah,bagaimanapun juga aku cukup canggung berdandan ala princess seperti ini.Makan ditempat mewah bersama seorang prince charming.Oh ibu peri,kapan mimpi ini akan berakhir?
"Aku ke toilet dulu,"pamit Aldo.Usai menghabiskan makanannya.Meninggalkan tempat duduknya dengan tergesa.
Ups,tapi laki-laki itu meninggalkan ponselnya diatas meja.Hal itu baru kusadari setelah ponsel itu berdering.
Duh,kenapa ponsel itu berdering disaat seperti ini?Sementara beberapa pengunjung restoran itu mulai terganggu dengan suara dering ponsel milik Aldo.
Aku terjebak dalam dilema.Mungkin aku harus mengangkat telepon itu dan mengatakan jika Aldo sedang pergi ke toilet.Mungkin saja itu adalah telepon penting.Atau aku harus menunggu sampai Aldo kembali.Tapi tampaknya Aldo akan lama disana...
Sebaris nama tertulis dilayar ponsel Aldo.Ryan...
"Ini tidak adil Al,"aku urung mengucapkan salam ketika suara itu tiba-tiba terdengar sedetik setelah aku mengangkat panggilan telepon.
"Laki-laki itu sudah merebut pacar kamu sementara sekarang kamu mendekati mantan pacar laki-laki itu hanya dengan alasan balas dendam.Kamu melakukan pekerjaan bodoh yang sia-sia.Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kamu juga akan menyakiti hati wanita itu.Laki-laki itu hanya akan menertawakan kebodohan kamu Al.Jadi hentikan semuanya sekarang juga sebelum terlambat.Kamu mengerti ucapanku kan Al?Aldo...jawab aku..."
Aku terhenyak dan terpukul mendengar ucapan laki-laki itu.Apa yang ia maksud adalah aku?batinku gamang.Tubuhku gemetar.Benarkah Aldo mendekatiku hanya untuk membalas dendam pada Dennis yang telah merebut kekasihnya.
Pikiranku buntu.Kepalaku sudah penuh dengan dugaan-dugaan hingga otakku tidak dapat berpikir lagi dengan jernih.
Aku pergi meninggalkan mejaku beberapa detik kemudian.Bahkan Aldo belum kembali saat aku melangkah keluar dari restoran.
Ternyata apa yang kutakutkan selama ini terbukti.Ketulusan yang tidak pernah kulihat dimata Aldo memang benar.Ketidakwajaran sikapnya yang menyukai wanita miskin sepertiku memang sangat meragukan.
Dan semua yang kutakutkan memang benar semua.Aku hanyalah korban dari semua ini.Oh Tuhan apa ini sebuah hukuman untukku?
Langkahku terseok.High heelsku terlalu tinggi dan aku sulit untuk melangkah.Karena aku tidak terbiasa memakainya.
Lebih malangnya lagi,tiba-tiba saja hujan turun keatas kepalaku.Make up diwajahku luntur seketika.Juga pakaian mahal yang ku kenakan basah kuyup dalam sekejap.Dan tak ada pilihan lain untukku kecuali harus membuka sepatuku.
Aku benar-benar jatuh dan tertimpa tangga kali ini,batinku seraya terisak.Kenapa cinta terlalu kejam menyiksaku?Apa aku tidak layak untuk mendapatkan cinta sejati?
"Nina!"
Samar-samar aku mendengar suara Aldo diantara derasnya hujan.Tapi teriakan itu tak lantas membuatku berhenti melangkah.
"Kenapa pergi tiba-tiba seperti ini?!"teriaknya diantara suara hujan.Laki-laki itu telah berdiri menghadang langkahku."Apa yang terjadi?!"
"Aku sudah tahu semuanya Al,"ucapku mencoba berlomba dengan suara hujan."Kamu mendekatiku selama ini hanya untuk balas dendam pada Dennis yang telah merebut pacarmu kan?"
Aldo tak bisa menyembunyikan keterkejutannya meski hujan telah membasahi seluruh wajah dan tubuhnya.
"Kamu tidak bisa mengelak Al,"imbuhku."Ternyata apa yang kutakutkan selama ini benar.Harusnya aku lebih percaya pada logika atas ketidakwajaran ini.Mana mungkin seorang prince charming seperti kamu jatuh cinta pada itik jelek sepertiku..."
"Kamu bukan itik jelek Nin,"sela Aldo menengahi.
Aku tersenyum pahit.Aku sudah terlalu malas untuk berdebat kali ini.Tubuhku sudah menggigil dan aku tidak mau terlalu lama diguyur hujan.
"Sudahlah,"sahutku."Anggap saja aku terlalu bodoh karena telah bermimpi terlalu tinggi.Sebaiknya kamu pergi dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi."
"Nin...aku benar-benar sayang kamu."
"Cukup Al!"teriakku keras."Jangan merayuku lagi dengan kata-kata manismu itu.Aku sudah terlanjur membencimu."
"Dengar penjelasanku dulu..."
Tangan Aldo tiba-tiba mencekal lenganku tepat disaat aku hendak melangkah pergi.Penjelasan macam apa yang hendak ia utarakan padaku?Sebuah salah sangkakah?
"Aku tidak mau mendengar penjelasan apapun Al.Semuanya telah berakhir buatku.Aku sudah menganggapmu mati mulai detik ini,"tandasku tegas.
Aku menepis tangan Aldo dengan paksa.
"Lepaskan aku Al!"teriakku kencang disela riuhnya hujan.Tanganku terlepas seketika saat meronta.
"Aku benar-benar sayang kamu Nin!"
Teriakan itu nyaris tak kudengar karena hujan bertambah deras.Aku membalikkan tubuh dan bergegas melangkah pergi dari jalanan.
"Awas!"
Aldo berteriak kembali seiring dengan gerakan tangannya mendorong tubuhku ke tepi jalan.
Aku terjatuh tepat disaat terdengar suara klakson berderit panjang.
Oh Tuhan!pekikku keras.Aku melihat Aldo telah tergeletak diatas aspal dengan kepala berdarah.Ia tak bergerak sama sekali.Sementara matanya tertutup rapat.Apa ia sudah meninggal?

#####
Seluruh tubuhku gemetar.Sementara air selalu keluar dari pelupuk mataku.Perasaanku bercampur antara takut,cemas dan gelisah.
Aku tak berani menatap kearah pintu ICU dimana Aldo dirawat sekarang.Aku hanya terduduk lemas beberapa meter dari ruangan itu.Keluarga Aldo juga tak kalah cemas didepan pintu menunggu kepastian kondisi Aldo.
Akhirnya setelah menunggu beberapa lama penantian kami terbayar sudah.Beberapa menit kemudian pintu itu terbuka dan seorang dokter muncul.Ia mengabarkan jika kondisi Aldo sudah melewati masa krisis.Ia selamat.
Terima kasih Tuhan,batinku berkali-kali.Mendengar Aldo sudah melewati masa krisis cukup melegakan buatku.
Tapi aku tak berani masuk kedalam sana.Bahkan untuk muncul dihadapan keluarganya pun aku enggan.Bagiku sudah cukup mengetahui ia selamat dari kecelakaan maut itu.Bagaimana tidak,saat itu ia mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkanku.
Aku melangkah pergi dari tempat itu satu jam kemudian.Tanpa melihat Aldo sama sekali.
Sudahlah...Aku menganggap semua cerita antara aku dan Aldo telah berakhir.Ia telah menipuku dan ia telah membayarnya dengan menyelamatkan nyawaku.Ku anggap antara kami impas dan kami tak perlu bertemu lagi setelah ini.Kami akan menjalani hidup masing-masing mulai sekarang.Dan aku akan melupakan kisah prince charming itu selamanya.
#####
Gaun itu masih tergantung di lemari.Juga sepatu dan aksessoris yang dibelikan Aldo masih kusimpan rapi.Harusnya aku segera mengembalikan barang-barang itu.Juga hadiah-hadiah yang ia berikan sebelumnya.Tapi bagaimana caraku mengembalikan barang-barang itu tanpa bertemu Aldo.
Seminggu telah berlalu semenjak kecelakaan itu.Entah bagaimana keadaan Aldo sekarang.Semoga ia baik-baik saja...
"Kamu libur kan hari ini?"
Rani menyemprotkan parfum ketubuhnya sebelum berkemas pergi.
"Iya,"sahutku pendek.Aku masih bermalas-malasan diatas tempat tidur.
"Aku menitip cucian sedikit Nin,"ujarnya sebelum pergi.Tak kusahut karena malas.Tapi aku mengerjakannya sepuluh menit kemudian.
Mataku nyaris terpejam saat ponselku berdering.Punggungku masih penat usai mencuci beberapa saat yang lalu.
Uh,aku mendengus kesal.Harusnya saat libur begini aku mematikan ponselku saja daripada mengganggu waktu istirahatku.
"Halo..."sahutku malas.
"Nin..."
Aku terhenyak mendengar suara itu.Aku melihat display ponselku.Astaga,kenapa aku mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa sang penelepon terlebih dulu.
Aldo?
"Apa kabar?"tanyaku gugup.
"Kemana saja kamu selama ini?Aku sakit dan kamu sama sekali tidak pernah menjengukku.Apa kamu sama sekali tidak ingin tahu keadaanku?"cecar Aldo terdengar kesal.
"Bagaimana keadaanmu?Apa kamu baik-baik saja?"tanyaku kemudian.Terbata.
"Mana mungkin aku baik-baik saja?"sahutnya ketus. "Karena menyelamatkan seseorang sekarang aku harus duduk diatas kursi roda.Tapi seseorang itu bahkan sama sekali tidak peduli padaku,"tuturnya membuatku tercekat.
"Apa yang terjadi dengan kakimu?"tanyaku lirih.Setengah lemas.
"Kakiku tidak bisa digerakkan sejak aku bangun usai kecelakaan itu,"tandasnya pelan."Kakiku lumpuh Nin."
Aku terhenyak tak percaya.
"Dan selama itu karena kamu,"imbuhnya sebelum aku sempat menyahut."Karena aku telah menyelamatkan nyawamu ,sekarang kamu harus bertanggung jawab atas semua yang telah menimpaku."
"Maksudmu apa Al?"tanyaku pasrah.
"Ku minta jadilah kaki dan tanganku.Hanya sampai aku sembuh."
"Tapi Al..."
#####
Semenjak saat itu aku berhenti bekerja di toko bunga.Aku beralih menjadi perawat pribadi Aldo sesuai permintaan laki-laki itu.Aku bekerja melayani Aldo sejak pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore.Aku bertugas melayani semua kebutuhan Aldo mulai dari mendorong kursi rodanya, menyiapkan makanan serta obat yang mesti diminumnya.Juga membantunya melakukan berbaai hal.
Meski ia membayarku dengan mahal tetap saja aku merasa canggung dan merasa bersalah padanya.Bagaimanapun juga ia mengalami kecelakaan itu karena menyelamatkanku.Mungkin ini adalah salah satu caraku untuk membalas budi padanya.
Aku menyodorkan tiga butir obat yang harus diminum Aldo tiap kali sesudah makan.Tapi laki-laki itu menolak seperti biasa.
"Letakkan saja disitu,"ucapnya seraya meraih sebuah buku tebal bertema bisnis dari atas meja.
"Aku tahu kamu tidak akan meminumnya kalau aku letakkan disitu,'tandasku datar.
"Iya,nanti aku minum,"sahutnya dingin.
"Al..."
"Nin," potongnya cepat."Obat itu tidak akan menyembuhkanku.Kamu tahu."
"Apa kamu tidak ingin sembuh?"sahutku.
"Untuk apa aku sembuh?" ia bahas menyahut."Toh kalau aku sembuh kamu akan meninggalkanku."
Aku mendesah panjang.
"Dengar Al,"ucapku kemudian.Kali ini aku benar-benar serius."Diantara kita aku anggap sudah berakhir.Dan aku tidak mau berhubungan lagi denganmu."
"Jadi seperti itukah balasanmu pada orang yang telah menyelamatkan hidupmu?"ia bertanya dengan mata melotot.
"Bukan begitu..."
"Kalau itu keinginanmu,tinggalkan saja aku sekarang.Jangan bertahan disini kalau kamu terpaksa.Aku akan menganggap semuanya lunas,"tandas Aldo menusuk.
Bagaimana ia bisa berkata seperti itu,batinku kesal.
"Sebuah hubungan yang dimulai dengan kebohongan tidak akan berjalan dengan baik Al,"ucapku sok bijak. "Bagaimana jika aku benar-benar menyukaimu?"
Aku terhenyak mendengar pertanyaannya.
"Jangan merajuk Al..."
"Aku tidak merajuk Nin,"sahutnya tegas."Aku bicara jujur.'
"Tapi aku tidak percaya Al,"tandasku.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak.Aku lelah,"ucapnya sembari melempar buku yang urung ia baca keatas meja.
Semenjak sakit Aldo memang labil dan emosinya sering tidak terkontrol.Pasti sangat menyakitkan menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa berjalan lagi.
"Aku mau tidur,"sentaknya membuyarkan bait-bait lamunanku.
"Ya,"sahutku gugup.
Aku buru-buru mendorong kursi rodanya masuk kedalam kamar lantas membantunya untuk naik keatas tempat tidur.
Ups...
Tubuh Aldo terlalu berat dan aku tidak bisa menahan bobot tubuhnya sehingga aku terjatuh dan menindih tubuh Aldo yang terlebih dulu jatuh keatas empat tidur.
Astaga!pekikku dalam hati. Untuk beberapa detik lamanya tubuhku berada tepat diatas tubuh Aldo.
"Kamu sengaja mencari kesempatan disaat aku tidak berdaya seperti ini?"hardik Aldo kasar.
Aku tersadar dan buru-buru mengangkat kepalaku dari dadanya.Aku langsung berdiri disamping tempat tidur tanpa berani menatap wajah Aldo.
"Maafkan aku,"gumamku lirih.
"Aku mau tidur,"ucap Aldo kemudian."Kalau kamu mau pulang sekarang,pulanglah.Aku sudah menyiapkan gajimu diatas meja,"lanjutnya.
Aku hanya mengangguk tanpa bersuara.Peristiwa tadi masih membuat tubuhku gemetar tak karuan.
Dan aku pulang setelah beberapa saat kemudian usai mengambil sebuah amplop diatas meja.
#####
Aldo tertidur diatas kursi rodanya usai makan siang.Sementara buku bacaannya masih tergeletak diatas pangkuannya.Dan aku hanya bisa menatap prince charming itu dengan hati iba.
Kasihan Aldo.Sampai kapan ia akan terus duduk diatas kursi roda itu?Apakah setahun, dua tahun,ataukah selamanya? Apalagi ia enggan minum obat dan tampaknya ia sama sekali tak bersemangat untuk sembuh.
Mataku terlalu berat untuk menatap Aldo terus menerus.Aku merebahkan tubuhku diatas tempat tidur Aldo yang empuk.
Ah..betapa nyamannya tidur diatas kasur seempuk ini,batinku.Dan seumur hidup Aldo tidur diatas tempat tidur senyaman ini.Sedang aku merasakannya baru sekali ini.Huh..
Aku merasakan lamat-lamat ada sesuatu yang merayap diatas hidungku. Memaksaku untuk segera membuka mata.
Aku tergagap.Jari telunjuk Aldo merayap diatas hidungku perlahan.
Aku bergegas bangun dan meminta maaf pada Aldo.
"Maaf,aku tadi ketiduran..."ucapku terbata.
Aldo tersenyum dingin.
"Pasti kamu sangat lelah akhir-akhir ini,"tandasnya."Istirahatlah.Aku tidak akan mengganggumu."
"Tidak Al,"tolakku cepat.Aku buru-buru turun dari tempat tidur dan bergegas menuju dapur untuk mengambilkan makanan bagi Aldo.
Aku menyodorkan makan siang buat Aldo tanpa banyak bicara.Aku masih canggung padanya karena ia telah memergoki aku tidur diatas tempat tidurnya pada saat jam kerja.
"Apa kamu sama sekali tidak punya perasaan padaku Nin?"
Pertanyaan Aldo menyentak naluriku. Aku terkesiap dan langsung menatap kearahnya.
Sesungguhnya aku tidak tahu perasaanku padanya.Aku tidak bisa mengartikan apa yang kurasakan padanya adalah sebuah cinta.
"Pada awalnya aku memang ingin membalas sakit hatiku dengan mendekatimu.Tapi setelah mengenalmu,aku benar-benar telah jatuh cinta padamu.Kamu adalah wanita yang benar-benar sulit untuk ditaklukkan.Tapi itu malah membuatku semakin tertarik padamu.Sikapmu yang angkuh dan dingin membuatku semakin ingin mendekatimu.Aku ingin memilikimu seutuhnya Nin..."aku Aldo.
"Sudahlah Al,"potongku cepat karena sengaja ingin menghindar darinya."Aku tidak mau membahas hal itu lagi."
"Sampai kapan kamu akan bersikap angkuh seperti itu?"desak Aldo tiba-tiba.Tangannya mencekal lenganku dengan erat.
"Al...jangan memperlakukanku seperti ini.Kumohon,"pintaku memelas.
"Aku mencintaimu Nin.."
"Tidak Al,"potongku cepat."Aku tidak mau menjadi Upik abu buatmu,"tandasku.
"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai Upik abu..."
"Sudahlah,"aku melepaskan tangan Aldo dengan paksa."Aku harus pulang sekarang,"ucapku bermaksud menghindar.
Aku bergegas menyambar tasku yang kuletakkan diatas meja.Lantas keluar dari kamar Aldo secepat mungkin.Tanpa pamit.Meski aku tahu ini belum waktunya untuk aku pulang.
Pikiranku entah kemana.Yang kutahu pulang adalah satu-satunya pilihan terbaik untuk saat ini guna menghindari Aldo.
Ups!Aku menepuk jidatku sendiri.Betapa bodohnya aku,batinku merutuki diri sendiri.Dimana ponselku?
Aku bergegas masuk kembali kerumah Aldo meski sebenarnya aku tidak ingin.Tapi kecerobohanku sendirilah yang memaksaku harus kembali kesana.Pasti aku menjatuhkan ponselku saat berbaring diatas tempat tidur Aldo tadi.
Tapi langkahku terhenti begitu sampai didepan pintu kamar Aldo yang terbuka sebagian.
Aku terkesima saat melihat sosok itu tengah berjalan santai kesudut ruangan untuk mengambil sesuatu.Padahal beberapa menit yang lalu aku masih melihatnya duduk diatas kursi roda.
Sosok itu tiba-tiba saja membalikkan badan dan ia tak bisa mengelak lagi dari pandanganku.
"Jadi selama ini kamu menipuku Al?"tanyaku gemetar.Tubuhku lemas seketika.Aku shock.
Laki-laki itu cepat menghambur kearahku.
"Aku bisa menjelaskan semuanya,Nin,"ucapnya tampak cemas.
"Penjelasan apa?"aku tersenyum pahit.
"Kamu berhasil menahanku disisimu selama ini.Selamat Al,"sindirku pedas.
"Nin,"laki-laki itu mencoba meraih tanganku.Tapi segera kutepis.Aku merasa telah tertipu olehnya dua kali.
"Aku melakukan semua ini karena aku teramat mencintaimu.Dan aku hanya tidak menemukan cara bagaimana membuatmu tinggal disisiku."
"Lantas kamu memakai cara licik seperti ini?"tanyaku kesal.Kedua mataku panas.
"Maafkan aku..."ucapnya memelas.
Aku menelan ludah.Sepertinya kata-kata telah habis dari bibirku.Aku merasa sangat kecewa dan hanya ingin menangis."Karena cinta orang bisa melakukan apa saja Nin,"ucap Aldo sejurus kemudian.
"Tapi aku tidak suka memulainya dengan cara seperti ini Al.Dan kupikir aku harus mengakhirinya sekarang juga.Karena aku tidak pernah mencintaimu,"tandasku pelan.
"Begitukah?"tanya Aldo seperti tak percaya."Apa seseorang yang telah mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkanmu sama sekali tidak berarti buatmu? Aku hampir mati dan kamu bilang tidak pernah mencintaiku sama sekali,"laki-laki itu memelototkan matanya padaku.
Aku berusaha menghindari tatapan mata itu.Berupaya lari dari kenyataan dan masih menggenggam erat keangkuhan dalam diriku.
"Baik,jika itu maumu,"ucap Aldo kemudian."Sekarang pergilah.Pergi sejauh mungkin agar aku tidak bisa melihatmu lagi!"sentak Aldo mengusirku.Nada suaranya kasar.
Al,batinku sedih.Bahkan laki-laki itu mendorong tubuhku keluar dari kamarnya dengan paksa.
Bruk! Laki-laki itu juga membanting pintu kamarnya dengan keras.
Oh Tuhan, apa sikapku terlalu kejam padanya? Dan apa aku terlalu bodoh hingga membiarkan orang yang telah berkorban banyak untukku, kutinggalkan dalam kekecewaan teramat sangat seperti itu?
Aku jatuh terduduk diatas lantai sembari menangis.Tiba-tiba aku teringat semua yang telah Aldo lakukan untukku selama ini.Terlebih saat ia menyelamatkan nyawaku malam itu.
Apakah cinta terlalu lambat menghampiriku? Apa aku akan membiarkan semuanya berlalu begitu saja dan meninggalkan parut luka didalam hatiku.
Aku bergegas bangkit dan membuka pintu kamar Aldo perlahan.Laki-laki itu tampak duduk terpekur ditepian tempat tidurnya.
Aku melangkah perlahan kearahnya.Dan laki-laki itu menoleh saat menyadari kehadiranku.
"Apa aku boleh menjadi Upik abu buatmu?"tanyaku terbata.
Aldo tersenyum tipis mendengar pertanyaanku.
"Tentu.Karena aku adalah prince charming impianmu..."