Rabu, 08 Oktober 2014

BUTTERFLY IN THE WINTER (fiksi korea)


Musim dingin yang dingin...
Ji Hyun masih melemparkan pandangannya kosongnya keluar sisi jendela. Menatap ke arah pohon-pohon yang tampak berlari disepanjang perjalanan pulang dari makam.
Sementara Jin Sung mengemudikan mobil yang mereka tumpangi lambat-lambat. Tanpa perbincangan sepatahpun.
Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.......

Tok! Tok!
Jin Sung membuka pintu kamarnya sesaat setelah ia mendengar seseorang mengetuknya. Pria itu melihat Ji Hyun berdiri kaku didepan pintu kamarnya tengah malam begini. Wajahnya sedikit pucat dan tampak lelah. Sedangkan matanya masih bengkak seperti siang tadi.
"Aku tidak bisa tidur,"gumam Ji Hyun lirih.
"Masuklah,"suruh Jin Sung mempersilahkan adik perempuannya untuk masuk kedalam kamarnya.
"Boleh aku tidur disini?"tanya Ji Hyun meminta izin kakaknya sebelum melangkah masuk.
Jin Sung sedikit kaget mendengar permintaan adiknya. Namun akhirnya ia mengangguk dan meluluskan permintaan Ji Hyun.
Ji Hyun pasti masih sangat berduka atas kematian ayah mereka. Raut wajah gadis itu masih semendung tadi siang.

Sepuluh tahun yang lalu.....
Ji Hyun yang saat itu masih berusia sepuluh tahun berkunjung ke Jinan bersama ayahnya untuk mengadakan kegiatan amal di sebuah panti asuhan. Saat itu adalah pertama kalinya Jin Sung bertemu dengan mereka. Dan entah kenapa ayah Ji Hyun tiba-tiba mendekat dan bertanya padanya.
"Namamu siapa nak?"Tanya ayah Ji Hyun kala itu.
"Park Jin Sung,"jawab Jin Sung sedikit ketakutan.
"Berapa umurmu?"ttanya ayah Ji Hyun kembali.
"Dua belas tahun."
"Apa kau mau ikut ke Seoul dan menjadi putra paman?"tawar ayah Ji Hyun tak terduga.
Dan anak laki-laki itu mengangguk begitu saja tanpa berpikir lebih dulu.
Dan sejak itulah Park Jin Sung diangkat menjadi anak oleh ayah Ji Hyun. Sekaligus menjadi kakak laki-laki Ji Hyun.
Ji Hyun dan Jin Sung cepat sekali akrab. Mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama. Sehingga ikatan batin itu lebih mudah terjalin antara keduanya.

"Aku tidak suka musim dingin....."
Gumaman Ji Hyun memaksa Jin Sung kembali membuka mata. Ia sempat berpikir jika Ji Hyun telah tertidur. Nyatanya belum.
"Kenapa?"balas Jin Sung sembari menoleh ke arah Ji Hyun yang sedang terbaring di sebelahnya."Bukankah musim dingin tahun lalu kita sangat bergembira. Kita pergi ke resort ski dan menghabiskan malam disana dengan bercerita. Kau juga mengajakku pergi ke spa umum hanya untuk makan telur rebus. Kau selalu bilang ingin seperti teman-temanmu yang menghabiskan liburan musim dingin di spa umum karena mereka tidak punya uang untuk pergi liburan."
Ji Hyun mendesah pelan manakala mendengar penuturan Jin Sung.Ia seperti di ingatkan kembali tentang kenangan-kenangan itu.
"Apa kau ingin kita pergi ke resort ski besok?'tawar Jin Sung kemudian. Berharap tawarannya terdengar menarik di telinga adiknya. Mungkin juga akan sedikit mengurangi kesedihan hatinya.
"Aku tidak mau,"balas Ji Hyun lirih.
"Atau kita melihat drama musikal saja? Aku dengar ada pertunjukan Yunho pekan depan. Bukankah kau sangat menyukainya?"tawar Jin Sung mengutarakan idenya. Memberi penawaran yang lebih bagus lagi pada Ji Hyun.
"Aku lebih menyukai kakak dari siapapun juga,"ucap Ji Hyun.
Jin Sung mendesah pelan usai mendengar pernyataan adiknya. Ia bisa memahami sikap Ji Hyun. Gadis itu pasti masih sangat berduka usai kehilangan ayahnya.Tapi Jin Sung tidak mau membiarkan adiknya berlarut-larut dalam kesedihan terlalu lama.
"Sekarang tidurlah, aku akan tetap disini untuk menjagamu,"ucap Jin Sung seraya mengecup kening Ji Hyun dengan lembut. Kasih sayang yang ditunjukkan seperti itu mungkin sedikit akan bisa membantunya untuk bangkit dari kesedihan.

Ji Hyun terbangun dari tidurnya pagi ini. Namun tempat tidur disisinya kosong. tak ada Jin Sung disana.
"Kakak..."
Ji Hyun turun dari tempat tidur lantas bergegas mencari keberadaan kakaknya. Namun ketika sampai di ruang tamu gadis itu menghentikan langkahnya karena terkejut.
Dua orang polisi bertandang ke rumahnya pagi ini. Dan tampaknya mereka sedang menginterogasi kakaknya.
"Apa yang mereka lakukan disini?"
Tiba-tiba saja Ji Hyun menyeruak ke ruang tamu dan mengejutkan orang-orang disana.
"Mereka datang kesini hanya untuk bertanya,"sahut Jin Sung.
"Ya Nona,"timpal salah seorang polisi itu."Kami datang untuk melakukan penyelidikan. Kami menduga kematian Tuan Kang tidak wajar. Bisa saja dia dibunuh oleh seseorang,"ulasnya kemudian.
"Apa?"sela Ji Hyun berseru."Tidak. Itu tidak benar. Ayahku meninggal dengan sangat wajar. Dia jatuh dari tangga dan kepalanya membentur lantai. Itulah penyebab ayahku meninggal. Kalian jangan bicara macam-macam. Sebaiknya kalian cepat pergi dari sini. Aku tidak mau melihat kalian datang kerumah ini lagi."
Gadis itu sengaja melontarkan kalimat bernada mengusir pada polisi itu. Ia mulai terbakar emosinya setelah mendengar pernyataan mereka.
"Tapi Nona..."
"Kubilang pergi!"teriak Ji Hyun kalap. Jin Sung ikut kaget melihat perubahan sikap adiknya.
"Sebaiknya tuan-tuan pergi sekarang. Aku akan datang ke kantor polisi nanti,"ucap Jin Sung menengahi suasana tegang itu.
"Baiklah..."
"Sekali lagi kami minta maaf,"ucap Jin Sung seraya mengantar polisi itu keluar rumah.
"Kenapa kau bersikap seperti itu, mereka kan hanya...."
"Apa kakak juga berpendapat kalau ayah telah dibunuh?"tanya Ji Hyun memotong pembicaraan Jin Sung setelah polisi itu pergi.
"Bukan begitu..."
"Ayah sudah meninggal. Kenapa mesti diungkit lagi? Biarkan dia tenang disana,"timpal Ji Hyun masih bernada emosi.
"Kakak tahu apa yang kau rasakan,"sahut Jin Sung mencoba menenangkan adiknya.
"Jika kakak tahu, kenapa kakak membiarkan polisi itu masuk kerumah kita?"
"Tenanglah, kakak hanya melakukan apa yang seharusnya kakak lakukan. Dia adalah ayah angkat kakak. Jika dia meninggal karena dibunuh, itu akan menjadi beban untukku. Aku akan merasa sangat berdosa jika pembunuh itu belum ditemukan,"ucap Jin Sung.
"Tapi aku tidak suka mereka masuk dan mengusik ketenangan rumah ini..."
"Kakak mengerti. Tenanglah..."Jin Sung mengusap kepala Ji Hyun. Agar gadis itu merasa lebih tenang.

"Astaga! Ji Hyun!"teriak Jin Sung kaget. Pria itu mendapati adiknya telah duduk di atas tempat tidurnya. Padahal ia baru saja keluar dari kamar mandi dan masih bertelanjang dada.
Namun Ji Hyun diam. Tak bergerak. Meski ia melihat Jin Sung kebingungan dipergoki dalam keadaan seperti itu.
"Kenapa kau disini?"tanya Jin Sung usai memakai piyama mandinya. Ia heran melihat Ji Hyun yang sedang tertegun dan menatap kosong kearah dinding. Wajahnya tampak pucat. Beku. Padahal ruangan itu hangat.
"Apa kakak tahu kenapa aku tidak suka musim dingin?"tanya Ji Hyun terdengar lirih.
Jin Sung hanya menggeleng mendengar pertanyaan adiknya. Ji Hyun tampak aneh. Tak seperti biasanya.
"Aku seperti menjadi kupu-kupu saat musim dingin tiba,"ucap Ji Hyun kemudian."Perjalanan hidupku seakan berhenti saat itu.Tapi saat musim semi tiba aku harus bangkit menjadi pribadi yang lain. Yag sama sekali tidak aku suka."
Jin Sung tertegun mendengar penuturan Ji Hyun. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba ia bicara seperti itu? Ia seperti orang lain.
"Saat umurku enam tahun, aku sering melihat ayah dan ibu bertengkar,"lanjut Ji Hyun."Ibu sering pergi keluar rumah saat ayah sedang pergi bekerja. Ibu mengabaikan dan membiarkanku tumbuh tanpa perhatiannya. Suatu hari ayah tahu kelakuan ibu. Ayah marah dan mengancam ibu dengan perceraian. Belakangan aku tahu ibu telah berselingkuh dengan pria lain.
Dan suatu pagi dimusim dingin, aku mendapati ibu tidak bergerak sama sekali meski aku sudah membangunkannya.Dia meninggal setelah meminum obat yang aku tidak tahu apa itu. Mulut ibu berbusa.
Aku sangat takut dan tidak bicara pada siapapun hingga empat tahun setelah kejadian itu. Tapi aku mulai berubah ketika ayah membawa kakak pulang kerumah. Aku memulai hidup baru setelah itu. Dan aku sangat bahagia kakak ada disini bersamaku,"urai Ji Hyun panjang.
Jin Sung menyimak baik-baik penuturan adik angkatnya itu.Mungkin ia tahu seberapa dalam luka yang pernah Ji Hyun rasakan.
"Aku menyukai kakak,"ucap Ji Hyun tiba-tiba."Bukan sebagai kakak. Tapi sebagai pria dewasa. Aku ingin menikah dengan kakak."
Jin Sung terperanjat. Ia melotot kaget dan tak percaya.
"Apa yang baru saja kau katakan?"tanya Jin Sung masih dengan ekspresi kaget."Kau menyukaiku? Itu tidak benar,Ji Hyun. Kita adalah saudara. Meski bukan saudara sebenarnya, tapi aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri. Lagipula aku sudah menganggap ayahmu sebagai ayahku sendiri."
"Kak, aku mencintaimu lebih dari siapapun. Aku tahu ini terdengar tidak masuk akal, tapi...."
"Cukup!"seru Jin Sung."Sebaiknya kita hentikan pembicaraan ini. Perasaanmu tidak akan merubah apapun. Kita akan tetap menjadi saudara,"tegasnya.
"Tidak!"seru Ji Hyun."Aku telah mempertaruhkan segalanya untuk memperjuangkan cintaku. Bahkan aku telah membunuh ayah untuk bisa memilikimu."
Jin Sung terhenyak kaget mendengar pernyataan Ji Hyun. Ia menatap seraut wajah Ji Hyun dengan ekspresi takjub. Raut wajah pucat dan beku yang selalu ia lihat dimusim dingin itu masih tetap sama. Tanpa dosa.
"Benarkah yang kau katakan itu?"tanya Jin Sung terbata. Bibirnya gemetar."Kau yang membunuh ayah?Tapi kenapa kau melakukan itu?"
"Karena ayah tidak akan pernah mengizinkan aku menikah dengan kakak. Maka dari itu aku mendorongnya didepan tangga,"ungkap Ji Hyun mengejutkan.
"Ya Tuhan,"gumam Jin sung tampak menyesal."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau tega membunuh ayahmu sendiri? Apa aku sudah gila, Ji Hyun?!"teriak Jin Sung lantang seraya mengguncang pundak Ji Hyun kuat-kuat.
Namun gadis itu diam. Tanpa perlawanan. Ekspresinya masih beku. Tanpa dosa. Bagaimana bisa gadis sepolos itu tega mengakhiri hidup ayahnya sendiri hanya demi cinta??

Musim dingin yang beku telah berganti dengan musim semi yang indah. Bunga-bunga sakura di Jinan juga mulai bermekaran. Menghiasi sepanjang jalan disana.
Jin Sung melangkah lambat. Matanya bergerak menatap sekeliling. Mencari cari kenangan masa lalu yang pernah ia tinggalkan di tempat itu.
Ia tumbuh dan besar di sebuah panti asuhan kecil. Konon ia ditinggalkan didepan pintu panti asuhan saat usianya masih tiga hari. Dan sampai detik ini ia tidak mengetahui siapa orang tua yang telah tega membuang dirinya.
Ia datang kembali kesana untuk berkunjung. Sekaligus sedikit mengenang masa kecilnya sebelum Tuan Kang berbaik hati mengangkat dirinya sebagai anak. Namun sayang, ayah angkatnya harus berakhir dengan tragis. Ia meninggal di tangan putrinya sendiri.
Ji Hyun...
Ternyata Jin Sung tidak tahu banyak tentang kepribadian adik angkatnya itu. Yang selama ini ia tahu gadis itu masih polos dan belum dewasa. Tapi ternyata dibalik itu tersimpan misteri yang tersembunyi.
Ji Hyun mencintainya. Sejak kapan, Jin Sung juga tidak pernah tahu.Jin Sung juga menyayanginya Entah itu cinta atau bukan.
Mungkin ia akan menunggu. Atau bahkan mungkin tidak. Karena lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menanti. Dalam rentang waktu itu akan ada banyak hal yang terjadi. Entah siapa yang akan ia temui nanti. Tapi ia akan tetap menyayangi Ji Hyun tak peduli apa yang telah ia perbuat.
Kasihan Ji Hyun...
Kasihan kupu-kupu itu harus terkurung didalam ruangan berpintu besi. Padahal musim semi telah datang. Dan harusnya ia bermertafosa menjadi pribadi yang baru.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar