Kamis, 06 November 2014

WHEN WEREWOLF FALLING IN LOVE

"Kenapa baru pulang?"
Shane menyambut kedatangan Samantha dengan pertanyaan.Cowok bermata cokelat nan teduh itu membentangkan daun pintu lebar-lebar untuk adik kesayangannya.
Samantha tak lantas menyahut.Hanya terbatuk kecil.Hawa dingin diluarlah yang membuat tenggorokannya sedikit bermasalah.Pipinya juga tampak beku.
"Harusnya kau menelpon biar aku menjemputmu.Lagipula jarak dari sini ke perpustakaan kan lumayan jauh,"ujar Shane sembari menutup pintu lantas menyusul langkah-langkah gontai Samantha.
"Sam!"
Gadis berambut ikal itu urung menaiki tangga.Ia berbalik dan menatap Shane demi teriakan Shane yang memanggil nama pendeknya.
Samantha mendesah, lalu...
"Aku lelah dan ingin istirahat"
Hanya baris kalimat itu yang meluncur pelan dari bibir tipis Samantha.Lantas kakinya meneruskan langkah yang sempat terhenti tadi.
Shane hanya tertegun usai menatap Samantha yang menghilang dibalik pintu kamarnya. Sesungguhnya cowok itu sangat mencemaskan keadaan Samantha. Terlebih setelah kejadian dua tahun silam.Dimana sebuah kecelakaan maut telah merenggut nyawa kedua orang tua mereka.Dan hanya Samantha yang selamat kala itu.Sedang Shane tidak ikut bersama mereka karena harus mengerjakan tugas dari sekolah bersama kawan-kawannya.
Samantha shock atas kejadian naas itu.Gadis itu benar-benar sangat terpukul harus kehilangan kedua orang tuanya saat ia masih berusia remaja.
Keceriaan dan senyum manis yang biasa menghias wajahnya perlahan memudar.Samantha yang semula hangat dan periang berubah menjadi pribadi pendiam dan tertutup.Sikapnya berubah dingin terhadap siapapun.Tak terkecuali pada Shane.
Gadis itu bisa seharian tinggal didalam kamar hanya untuk tidur dan membaca buku.Ia jarang bergaul dan nyaris tak pernah berbelanja seperti kebanyakan gadis lain.Tapi untungnya ia masih memiliki Shane yang dengan sabar dan setia merawat serta memperhatikan dirinya.Shane-lah pengganti ayah dan ibu bagi Samantha.Disamping perannya sebagai kakak tentunya.
Setiba dikamar,Samantha meletakkan tasnya diatas meja, melepas mantel dan langsung duduk terpekur ditepian tempat tidur.
Setumpuk buku diatas meja belajar menjadi pusat perhatiannya meski hanya sebentar.Lantas ia melepas kacamata minusnya dan meletakkannya diatas meja.Maka tampaklah wajah Samantha yang manis tanpa kacamata.
"Kau sudah makan?"
Tiba-tiba Shane menyeruak masuk kedalam kamar Samantha tanpa sepatah kata permisipun.Ditangannya terdapat nampan berisi makan malam dalam porsi tak banyak.
Nampan itu Shane letakkan diatas tempat tidur persis disamping tempat Samantha duduk.
"Apa kau baik-baik saja?"tanya Shane sembari memperhatikan raut wajah adiknya yang tampak sedikit beku.Ia menyibakkan rambut yang menutup sebagian dahi Samantha.
"Aku baik-baik saja,"sahut Samantha lirih.
"Kalau begitu makanlah.Jangan biarkan perutmu kosong.Udara diluar terlalu dingin,"ucap Shane penuh perhatian.
Samantha menuruti perintah kakaknya.Perlahan ia menyantap makanan yang disiapkan kakaknya.
Namun suara gemerisik diluar sedikit mengganggu ketenangan mereka berdua. Shane bangkit dan bergegas melihat keluar jendela diikuti oleh Samantha.
"Ada apa kak?" tanya Samantha yang berdiri dibelakang tubuh kakaknya.Namun Shane diam dan masih fokus untuk menajamkan penglihatannya keluar jendela.
Dibelakang rumah mereka memang banyak ditumbuhi semak belukar dan pepohonan.Kondisi disana sangat tidak terawat akhir-akhir ini karena Shane terlalu sibuk kuliah dan merawat Samantha.
Tiba-tiba sekelebat bayangan hitam melintas dari balik semak-semak.Tak begitu jelas wujudnya.Karena cahaya bulan terlalu redup dan tak cukup membantu penglihatan mereka berdua.
"Apa itu Kak?"bisik Samantha ketakutan.Kedua tangannya mencengkeram lengan sweater milik Shane.
"Aku juga tidak tahu,"sahut Shane.Cowok itu buru-buru menutup tirai dan menyuruh Samantha untuk kembali ketempatnya semula.
"Apa desas desus tentang manusia serigala itu benar?"bisik Samantha pelan.Tangannya masih mencengkeram lengan sweater kakaknya.
Shane menggeleng.
"Tidak ada bukti tentang itu,"sahutnya."Karena itu aku khawatir kalau kamu pulang malam dan sendirian."
Samantha tak menyahut.Ia mulai melepaskan tangannya perlahan.
"Habiskan makananmu dan pergilah tidur lebih awal,"suruh Shane beberapa saat kemudian.
Cowok itu mengusap kepala Samantha sebentar lantas pergi meninggalkan kamar Samantha....
$$$$$
Samantha segera menutup pintu loker miliknya seusai memasukkan beberapa buah buku disana.Gadis itu melirik sebentar kearah pemilik loker yang berada tepat disamping tubuhnya.Seseorang yang baru saja ia lihat pertama kali.
Cowok itu menoleh pada Samantha dan langsung mengembangkan senyum tipis untuk menyapa pada tetangga nya.Sedang Samantha tak membalas dengan sikap yang sama.
Setelah dua minggu tak ada empunya, akhirnya loker itu sekarang ada pemiliknya juga,batin Samantha .Meskipun cowok itu tak berkacamata seperti pemilik sebelumnya, namun ia pasti akan bernasib sama seperti dengannya.
Setiap siswa baru yang tampak lemah dan polos tidak akan luput dari ancaman Dean,cowok paling berkuasa disekolah ini.Cowok itu tidak akan segan-segan melakukan bullying pada siswa yang tampak menyebalkan dimatanya.Dan pemilik loker sebelumnya juga pindah karena tidak tahan dengan tekanan Dean.
"Hai.."
Samantha menoleh setelah mendengar sapaan halus dari tetangga barunya.
Cowok itu tampak tersenyum hangat.
"Namaku James.Tapi kau bisa memanggilku Jamie,"ucap cowok itu memperkenalkan diri.Sebelah tangan kanannya tampak mengulur kearah Samantha.
Gadis itu tertegun sebentar.Namun tangannya mulai bergerak perlahan untuk menyambut uluran tangan Jamie.
"Samantha,"balas gadis itu lirih.
"Oh..nama yang indah,"sahut Jamie seraya mengembangkan senyum termanisnya.
Namun disaat yang bersamaan seorang cowok bertubuh tinggi besar nan berambut merah datang dan mengacaukan perkenalan teman baru itu.
"Siapa anak baru ini?Apa dia mengganggumu?"tanya cowok itu kepada Samantha.
Dia adalah Dean.Satu-satunya cowok yang paling ditakuti disekolah ini.Tapi ia bersikap sangat baik kepada Samantha.Ia bahkan overprotective terhadap gadis itu.Karena secara tidak langsung kakak Samantha mempercayakan keselamatan gadis itu padanya.Shane melakukan hal itu dengan maksud ingin menjodohkan keduanya.
Namun Samantha hanya mendengus kesal.Gadis itu jengah dan membalikkan tubuhnya untuk menghindar dari situasi tersebut.
"Sam.."Dean berusaha mengejar langkah gadis yang ia sukai itu.
Tangan Dean mendarat dipundak Samantha dengan maksud mencegah langkah gadis itu.
Samantha menghentikan langkahnya juga.Karena terpaksa.Dean memaksa gadis itu untuk membalikkan tubuh.
"Kenapa bersikap sedingin ini padaku?"desak Dean dengan nada kesal.Matanya sedikit melotot.Jika orang lain yang bersikap sedingin ini padanya, Dean pasti tidak akan tinggal diam.
"Apa yang kau inginkan dariku?"Samantha membalasnya dengan pertanyaan pula.
"Aku ingin kau memperlakukanku sebaik mungkin.Karena aku kekasihmu Sam,"tandas Dean.Suaranya lebih rendah dari sebelumnya.
Samantha mendesah.Bukan dia yang menginginkan hubungan ini.Melainkan kakaknya.
"Apa dengan bersikap baik padamu, kau akan berhenti melakukan kebiasaan burukmu menyakiti anak-anak disekolah ini?"Samantha sedikit memicingkan matanya.
"Tentu,"sahut Dean cepat."Asal kau mencintaiku, aku akan melakukan semua keinginanmu,"tandas Dean tegas.
Samantha menatap tajam kearah Dean dengan kesal.Dean yang menyebalkan...
Gadis itu membalikkan tubuh dan bergegas melangkah menjauh dari hadapan Dean.
"Sam! Mau kemana?"teriak Dean.Langkahnya kini mulai menjajari Samantha.
"Ke perpustakaan,"jawab Samantha kesal.
"Kita harus bicara..."
"Aku sibuk..."
"Itulah yang membuat aku harus bersusah payah mengejarmu.Kau tahu itu?!"
Dean menghentikan gerakan sepatunya.Ia membiarkan gadis yang ia cintai berlalu pergi kearah perpustakaan sendirian...
$$$$$
Perpustakaan cukup sepi.Dan tenang.Hanya beberapa gelintir manusia yang tampak betah membaca disana.
Samantha bergerak menyusuri rak buku demi mencari buku yang diinginkannya.Gadis itu tampak sibuk sendiri, bahkan saat sahabatnya datang ia masih belum menyadarinya.
"Sedang mencari buku ini?"
Samantha sedikit kaget saat mendengar seseorang menegurnya.
Ed telah berdiri disampingnya seraya menunjuk sebuah buku berjudul Mitology kepada Samantha.
Samantha tertegun melihat judul buku yang dipegang sahabatnya sesama anggota perpustakaan.
"Bagaimana kau tahu?"gumam Samantha seraya serta merta merebut buku itu dari tangan Ed lantas dengan gerak lincah membuka-buka isinya.
Ed tersenyum tipis.
"Tentu saja aku tahu,"sahut Ed bangga."Apa kau juga penasaran mengenai desas desus manusia serigala itu?"tanya Ed serius.
"Hmm..."gumam Samantha bermaksud mengiyakan.Gadis itu sibuk dengan bacaannya setelah berpindah mencari tempat duduk disudut perpustakaan.
"Sejauh ini memang belum ada korban tapi ada saksi yang melihat manusia serigala itu berkeliaran dihutan.Entah orang itu bicara yang sebenarnya atau dia hanya membuat sensasi belum ada yang tahu pasti,"tutur Ed membahas tentang buku yang dibaca Samantha.Karena buku itu ada hubungannya dengan desas desus yang akhir-akhir ini berkembang dikota mereka.
Samantha belum menyahut.Gadis itu masih sibuk dengan bacaannya.
"Menurutmu bagaimana?"Ed bertanya kali ini.Tentang pendapat Samantha perihal manusia serigala itu.
Gadis itu menggeleng.Tanda tak punya pendapat apapun.
"Tapi makhluk jadi-jadian itu akan berubah wujud pada tanggal 14, 15, 16 kalender bulan.Dan akan mencapai puncak kekuatan magisnya pada malam 15 saat bulan purnama penuh.Saat itu ia akan mencari korban,"ucap Ed mengulang kalimat yang ia ingat dari buku.
"Apa makhluk itu benar-benar ada?"Samantha hanya bergumam pada dirinya sendiri tanpa bermaksud bertanya pada Ed.Semalam ia dan Shane juga melihat bayangan hitam dibelakang rumah mereka.Tapi bukan berarti bayangan hitam itu adalah manusia serigala kan?Bisa saja itu pencuri atau Nyonya Rossie,tetangga mereka yang aneh itu.
"Kau mau pulang sekarang?"tawar Ed beberapa saat kemudian.Karena hari sudah menjelang senja dan seharusnya mereka sudah pulang sejak tadi.
"Baiklah,"sahut Samantha.Gadis itu bangkit dari tempat duduknya lantas mengembalikan buku yang baru saja dibacanya ke rak semula.
"Harusnya kita makan burger dulu sebelum pulang,"tandas Ed.Kini keduanya melangkah berjajar keluar dari perpustakaan.
"Hentikan kebiasaan burukmu.Apa kau mau menjadi obesitas karena terlalu sering makan burger,"olok Samantha seraya menepuk pundak Ed.
Ed memang tak terlalu gemuk .Untuk ukuran tinggi dan berat badan,cowok itu masih dikatakan ideal.
Ed tertawa kecil mendapat pukulan dari sahabatnya.
"Aku hanya makan burger sekali seminggu..."
Langkah keduanya terhenti.Sosok Dean telah berdiri beberapa jengkal dari tempat mereka berada.
Tatapan mata Dean tajam.Dan Samantha sangat hafal pada tatapan mata itu.Cowok itu sedang kesal.Ia pasti cemburu pada Ed.Padahal sudah puluhan kali Samantha menyatakan jika dirinya dan Ed hanyalah sahabat.
"Aku pulang dulu Ed.Bye,"Samantha buru-buru pamit pada Ed.Tanpa menunggu balasan, ia pun segera menghampiri Dean lantas menyeret lengan cowok itu sebelum ia bertambah marah dan melakukan tindak kekerasan pada Ed.
"Berapa kali harus kukatakan jangan dekat-dekat dengan dia.Aku tidak suka Sam,"tegas Dean sesaat setelah Samantha melepaskan cekalan tangannya pada lengan Dean.Mereka telah sampai pada ditempat parkir.Persis disamping motor milik Dean.
"Aku dan Ed bersahabat.Berapa kali aku harus mengatakan itu,"balas Samantha mulai terpancing emosinya.
"Apa kau tidak merasakan jika dia menyukaimu?"tanya Dean.
Samantha tersenyum pahit.Kecemburuan Dean yang teramat sangat pada dirinya pasti sudah meracuni otaknya, batin Samantha.
"Naiklah,"suruh Dean kemudian.Cowok itu telah menaiki motornya."Shane pasti marah jika aku mengantarmu pulang terlambat."
$$$$$
"....seorang laki-laki ditemukan tewas di tepi hutan semalam dengan tubuh penuh luka.dugaan sementara menyebutkan ia dibunuh oleh binatang buas...."
Shane buru-buru mematikan radio mobilnya.Namun perbuatannya malah mengundang reaksi Samantha yang duduk disebelahnya.
Gadis itu menatap Shane yang kembali sibuk dengan kemudi.
"Apa itu perbuatan manusia serigala Kak?"tanya Samantha pelan.Gadis itu sedikit menyimpan rasa takut dalam dirinya mengingat ia dan Shane pernah melihat bayangan hitam dibelakang rumah mereka.
"Jangan berpikir macam-macam,"sentak Shane.Tampaknya ia enggan membahas perihal itu.
Samantha bergeming.Tak bertanya atau berkomentar apapun.Namun otaknya terus berpikir tentang berbagai kemungkinan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit akhirnya mobil yang mereka tumpangi tiba didepan sekolah Samantha.
"Hati-hati Sam!"teriak Shane manakala adik kesayangannya itu bergerak turun dari mobil.Gadis itu hanya menoleh lantas melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.
Namun Samantha dikejutkan dengan pemandangan diruang loker.Dean tampak berbincang dengan Ed.Raut mukanya kesal dan mungkin saat ini ia sedang mengancam Ed.Pasti karena rasa cemburu yang berlebihan.
"Dean!"Samantha bergerak menghampiri Dean dan Ed.
Sontak Dean terkejut mendengar teriakan Samantha.Cowok itu buru-buru melepaskan kerah jaket yang membalut tubuh Ed.
Samantha hanya menatap tajam kearah Dean.Tanpa kalimat.Gadis itu sudah jenuh harus berbicara panjang lebar pada Dean tentang kebiasaan buruknya.Ia sudah terlalu dewasa untuk memahami ucapan Samantha.
"Pergilah Ed,"Samantha menoleh pada Ed dan menyuruhnya pergi.
Ed tergagap.Cowok itu berlalu pergi sesuai permintaan Samantha.
"Sam!"teriak Dean sembari menyentuh pundak gadis yang dicintainya itu.Karena Samantha hendak pergi dari hadapannya.
"Apa yang kau inginkan dariku?"tanya Samantha malas.Bahkan ia enggan untuk berbalik dan menatap wajah Dean.
"Cintamu,"sahut Dean cepat."Apa bisa?"
Samantha mendesah.
"Bagaimana jika tidak?"sahut Samantha memancing.Dengan nada kesal pula.
"Sam!"pekik Dean.Tangannya bergerak mencengkeram lengan Samantha kuat-kuat.
Kedua matanya melotot karena amarah tiba-tiba saja meluap didadanya.
Samantha mencoba berontak.Tapi tangan Dean terlalu kuat untuk dilawan.
"Lepaskan dia!"tegur seseorang yang melihat kejadian itu.Dean dan Samantha serempak menoleh karena terkejut.
Jamie?batin Samantha kager.Cowok itu adalah pemilik loker persis disebelah loker miliknya.
"Tidak adil rasanya memperlakukan seorang gadis seperti itu,"tandas Jamie kalem.
Dean melepaskan tangan Samantha sejurus kemudian.Cowok itu beralih menatap Jamie.
"Kau anak baru disini kan?"hardik Dean berupaya mengingat sosok itu."Kau belum mengenalku rupanya."
Jamie tersenyum.
"Maaf...aku memang belum mengenalmu,"tandas Jamie tenang.
Dean menyeringai.Sinis.
"Ini tanda perkenalan kita,"ucap Dean seraya melayangkan sebuah pukulan kearah Jamie.
Buk!
Jamie kaget dan mundur beberapa langkah kebelakang.Kontan saja semua yang berada ditempat itu beralih menatap mereka berdua.Termasuk Samantha.
"Dean!"jerit Samantha keras."Apa yang kau lakukan?"Gadis itu hendak menolong Jamie yang kini tengah sibuk mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya.Namun tangan Dean dengan cepat menyambar lengan Samantha dan menyeret gadis itu pergi dari ruang loker dengan paksa.
$$$$$
Dean hanya bisa menatap punggung Samantha tanpa pernah bisa menyentuhnya.Gadis itu tampak sedang memperhatikan keterangan dari guru mengenai bab partikel dan atom.Sementara Dean yang duduk persis dibelakangnya sama sekali tak bisa memusatkan perhatiannya.Karena pikirannya selalu tertuju pada gadis manis yang duduk membelakanginya itu.
Dean baru saja menyadari keegoisannya.Cowok itu menyesal telah menyakiti hati Samantha dengan menyakiti orang-orang disekitar gadis itu.Semua berawal dari kecemburuannya yang teramat sangat pada gadis itu. Ada apa denganku,batin Dean.Kepalanya yang sama sekali tidak gatal digaruknya berulang.Mengapa ia mencintai Samantha dengan cara yang begitu egois dan overprotective.
Uh..guru menyebalkan itu telah menutup sesi pelajaran tanpa mendapat perhatian dari Dean sama sekali.
Dan tiba-tiba saja teman-temannya sibuk membicarakan berita heboh semalam.Tentang seseorang yang tewas ditepi hutan dengan luka bekas cabikan binaang buas disekujur tubuhnya.Konon makhluk mistis manusia serigala-lah pelakunya.
Berita bohong apa lagi ini,batin Dean kesal.
Dean tak tahan lagi.Cowok itu berdiri dan langsung menghampiri tempat duduk Samantha.Ia menarik sebuah kursi dan duduk tepat dihadapan gadis itu.
Samantha yang tengah sibuk membereskan buku-bukunya terkejut dengan kedatangan Dean yang tiba-tiba itu.
"Maafkan aku..."ucap Dean lirih.Menunjukkan penyesalan atas kelakuannya selama ini.
Sementara itu Samantha tak menyahut dan pura-pura sibuk mengemasi buku-bukunya.
"Sam..."Dean meratap kali ini."Aku melakukan semua itu karena aku terlalu mencintaimu.Dan aku tidak mau kehilanganmu..."
"Kau egois dan kekanak-kanakan,"desis Samantha kesal."Itulah kenapa aku tidak pernah bisa menyukaimu.Mengerti?"tandasnya kesal.
"Aku tahu,"timpal Dean cepat."Aku janji aku akan merubah sifat burukku.Tapi jangan mengabaikanku Sam."
Samantha tak menyahut.Hanya menatap beku kearah Dean.Tampaknya ia sangat lelah menghadapi sosok Dean.Harusnya Shane-lah yang patut disalahkan atas semua ini.
"Kau mau pulang sekarang?"tanya Dean ketika Samantha bangkit dari kursinya."Atau kau mau ke perpustakaan?Aku bisa menunggumu sampai kau selesai,"tawar Dean tak seperti biasanya.
Samantha menggeleng pelan.
"Aku mau pulang.Aku lelah..."tandasnya lirih.
"Aku akan mengantarmu,"ucap Dean tangkas.
"Aku bisa pulang sendiri..."
"Tidak Sam,"sahut Dean cepat."Meski kita masih bersitegang,tapi aku tidak akan pernah membiarkanmu pulang sendirian.Apa kau tidak takut akan desas desus manusia serigala itu?"
Samantha mendengus.
"Ayolah Sam..."
"Aku lelah denganmu Dean,"ucap Samantha malas."Biarkan aku pulang sendiri."
"Tapi Sam..."
Dean berusaha mencegah kepergian gadis itu,tapi Samantha telah lebih dulu menghindar.
"Ed!"
Samantha berteriak memanggil Ed yang tepat saat itu lewat didepan kelas Samantha.
"Apa kau bisa mengantarku pulang?"pinta Samantha yang langsung disambut anggukan oleh Ed.
Sementara Dean tak bisa berbuat apapun kali ini.Ia telah berjanji akan merubah sikapnya pada Samantha.Tak mungkin ia mengingkari janjinya sendiri.
Ia hanya bisa membiarkan Samantha pulang diantar Ed...
$$$$$
"Darimana saja Sam?"
Sepasang mata milik Shane melotot tajam kearah Samantha yang baru saja melangkah masuk rumah.
Samantha terkejut mendapat teguran semacam itu dari kakaknya.Dan yang lebih tak menggembirakan adalah ada Dean disamping Shane.Apa yang ia lakukan disini,batin Samantha.
"Ini sudah malam,Sam.Dan kau tidak tahu betapa cemasnya aku dan Dean..."
"Bukankah aku sudah kembali dengan selamat,"tandas Samantha datar.Gadis itu hendak melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.
"Sam..."Shane mencoba merendahkan suaranya kali ini."Aku harus pergi malam ini.Temanku mengalami kecelakaan dan aku harus menjenguknya dirumah sakit.Itulah kenapa aku menyuruh Dean kesini.Agar ia bisa menjagamu selama aku pergi,"tutur Shane mengungkapkan maksud kedatangan Dean.
Samantha membalikkan tubuh.Ia sedikit tak percaya mendengar ucapan kakaknya.
"Apa kakak yakin?"sentak Samantha."Apa dia tidak akan berbuat sesuatu padaku?"
"Sam..."kali ini Dean maju."Aku memang egois tapi aku tidak akan berbuat sesuatu padamu,"ucapnya berusaha meyakinkan Samantha.
Gadis itu melenguh.
"Siapa yang akan percaya,"gumamnya geram.
"Aku harus pergi sekarang,"potong Shane cepat.Cowok itu menyambar kunci mobil dari atas meja."Jaga dia baik-baik Dean..."
Shane menepuk pundak Dean sebelum pergi.Tampaknya ia sangat terburu-buru.
"Aku tidak tahu kenapa kakakku sangat mempercayaimu,"gumam Samantha.Lebih tepatnya menggerutu kesal.
Dean tak menyahut.Cowok itu mulai belajar untuk bersabar menghadapi Samantha.Terlebih setelah ia berbincang dengan Shane beberapa menit yang lalu.Menyinggung soal diri Samantha dan trauma yang dialami gadis itu.
"Kau mau makan?"tawar Dean kemudian.Bersikap manis."Aku bisa membuatkanmu sesuatu."
Samantha menggeleng malas.Gadis itu bergegas menaiki tangga.Sengaja menjauhkan diri dari Dean.
Samantha melepaskan jaket dari tubuhnya begitu tiba dikamar.Meletakkan tas dan melepas kacamata minusnya.
Beberapa jam terakhir ini ia dan Ed menghabiskan waktu berdua di perpustakaan.Membaca buku kegemaran masing-masing seraya sekali membahas berita-berita terhangat yang tengah mencuat akhir-akhir ini.
Gadis itu nyaris tertidur ketika mendengar ketukan dipintu kamarnya.Pasti Dean,batinnya kesal.
"Aku membuatkanmu makanan"ucap Dean yang tiba-tiba masuk meski belum mendapat persetujuan dari Samantha.
"Aku tahu ini bukan menu makan malam,tapi ibuku paling suka membuat omelet sosis keju untuk sarapan,"ucapnya seraya meletakkan nampan diatas meja.
"Aku tidak lapar,"sahut Samantha malas.
"Tapi kau harus makan Sam,"ucap Dean."Loh, kenapa jendelanya dibiarkan terbuka,"Dean bergerak menuju kearah jendela lantas menutup daun jendela begitu tahu keadaan itu.
Samantha bangkit juga dari tempat tidurnya.
"Kenapa kau tidak pulang saja,"gumamnya kemudian.Sembari menatap lurus kearah Dean.
"Sebaiknya kau makan dulu.Jika Shane sudah kembali aku akan pulang,"tandas Dean seraya membantu menyenduk makanan untuk Samantha.
"Aku tidak lapar Dean,"tolak Samantha.Namun Dean tak putus asa.Cowok itu memaksa Samantha untuk membuka mulutnya dan insiden itu terjadilah.
Ting!
Sendok ditangan Dean melayang dan jatuh kelantai seketika.Samantha menepis tangan Dean sampai sendok itu terbang di udara.
Dean sangat terkejut dan tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.
Sedang Samantha terdiam.Gadis itu hanya menatap Dean yang buru-buru mengambil sendok dari atas lantai dengan rasa bersalah.
Tapi Dean tidak marah.Cowok itu bergegas pergi kedapur dan mengambil sendok yang baru untuk Samantha.
Kali ini Samantha mengalah.Gadis itu mulai menyantap makan malam buatan Dean.Tanpa kalimat sepatahpun.Dean juga sama sekali tak berkomentar.
Piring dihadapan Samantha telah kosong beberapa menit kemudian.Dean merasa bahagia omelet sosis keju buatannya dilahap habis oleh Samantha.Tampaknya gadis itu menyukai masakannya.
"Lain kali aku akan membuatkan omelet sosis keju..."
Ucapan Dean terhenti.Dari kejauhan malam terdengar suara binatang buas.Mirip dalam film horor.Menakutkan sekaligus menyayat hati.
Samantha terkesiap.Gadis itu mencengkeram lengan Dean dengan gerak refleks.Seperti yang pernah ia lakukan pada Shane.
Entahlah...Suara itu sangat mencekam buatnya.Tiba-tiba ia teringat akan buku yang ia baca kemarin tentang manusia serigala.Konon makhluk itu semula adalah manusia yang dikutuk oleh penyihir jahat.Dan setiap bulan muncul, ia akan mengalami perubahan fisik secara bertahap.Sampai ia mencapai wujud sempurna sebagai manusia serigala pada malam bulan purnama penuh.Dan betapa tersiksanya manusia yang mengalami hal itu.
"Sam..."
Dean menepuk-nepuk punggung Samantha.Mencoba menyadarkan gadis itu dari ketakutannya.
"Kau baik-baik saja?"tanya Dean seraya mengamati raut wajah Samantha yang tampak pucat.
Samantha tersadar dan langsung melepaskan cekalan tangannya pada Dean.
"Aku baik-baik saja,"gumamnya lirih.
"Benarkah?"Dean tampak tak percaya pada ucapan Samantha.
Gadis itu menggumam lirih.Tak jelas.
"Kau mau tidur sekarang?"tanya Dean beberapa saat kemudian."Aku akan berjaga dibawah."
Samantha setuju dan Dean meninggalkan kamar gadis itu setelah memastikan kondisi Samantha baik-baik saja.
Malam bergulir kian larut dan Samantha menjadi semakin gelisah dalam tidurnya.Kebiasaannya bermimpi buruk datang lagi malam ini.Nafasnya seperti tercekik.Sementara diluar sana suara lolongan binatang buas itu kembali terdengar,menembus mimpi buruk Samantha.
Owhh...
Samantha terbangun dari tidurnya tiba-tiba.Nafasnya tersengal-sengal.Seperti habis berlari jauh.Gadis iti bersimbah keringat dingin.
Malam ini terasa sangat mencekam.Tak seperti malam sebelumnya.Apa suara binatang buas dan buku mitology itu telah menghantui pikirannya sampai-sampai tembus dalam mimpi seperti ini.
Samantha bergerak turun dari tempat tidurnya lantas melangkah kearah jendela.Gadis itu membuka daun jendela perlahan.Agar udara dingin masuk kedalam kamarnya yang terasa gerah.
Gadis itu kaget setengah mati.Bahkan untuk membuka matapun ia terlalu takut.
"Ada apa Sam?!"
Dean menghambur cepat kedalam kamar itu dan mendapati Samantha berdiri kaku didepan jendela seraya memegangi kedua telinganya rapat-rapat.Sedang kedua matanya terpejam.Gadis itu tampak sangat ketakutan.
"Sam!"
Dean mengguncang kedua bahu gadisnya kuat-kuat untuk menyadarkannya.
Samantha membuka kedua matanya dan mendapati Dean telah berada dihadapannya.Tubuhnya masih gemetar,bahkan saat ia menjatuhkan diri ke pelukan Dean.Gadis itu terisak pelan.
Sementara Dean hanya bisa menepuk-nepuk punggung Samantha tanpa bertanya.Untuk saat ini Samantha pasti tidak bisa ditanya.Maka ia hanya perlu menenangkan gadis itu sampai rasa takutnya benar-benar hilang.
$$$$$
Shane tampak terkejut begitu tiba dirumah dan mendapati Dean keluar dari kamar Samantha sepagi ini.
"Apa yang kau lakukan pada adikku?"
Sepasang mata milik Shane melotot kearah Dean yang juga sama terkejut melihat kepulangan Shane.
Cowok itu nyaris mencekal kerah jaket milik Dean jika saja Samantha tidak muncul tiba-tiba.
"Semalam Samantha ketakutan dan aku tidak tahu apa penyebabnya,"ungkap Dean singkat.
Mata Shane beralih kepada Samantha.Cowok itu beralih mendekati adiknya.
"Apa yang terjadi semala?Kau mimpi buruk lagi?"tanya Shane mencecar.Cepat.
Shane sangat hafal kebiasaan adiknya.Jika ia bermimpi buruk atau takut terhadap sesuatu ia pasti akan minta ditemani.
"Sam..."tegur Shane melihat adiknya yang malah tertegun sendirian.
Samantha menggeleng lambat.Namun matanya menerawang kosong.
Shane mendesah.Samantha tidak akan mudah menceritakan apa yang menimpa dirinya.Gadis itu lebih memilih menyimpan perasaannya sendirian.Padahal akhir-akhir ini Samantha baik-baik saja dan tidak ada keluhan berarti tentangnya.
"Bicaralah Sam,"paksa Shane mulai tak sabar."Aku tidak bisa menolongmu kalau kau diam seperti ini."
Samantha menatap kakaknya lekat-lekat.Sepasang mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
"Aku...aku melihat makhluk itu,"ucap Samantha terbata.Masih ada sedikit rasa takut menyelimuti dirinya.
"Apa?!"pekik Dean dan Shane serentak.
"Makhluk apa maksudmu?"tanya Shane penasaran.
Samantha memejamkan mata sebentar.Masih terlukis jelas di benaknya sekelebat bayangan berwajah seram dan berbulu lebat itu.Oh...makhluk itu benar-benar manusia serigala seperti dalam buku mitology yang ditunjukkan Ed padanya.
Tangis Samantha pecah.Shane buru-buru merangkul tubuh gadis itu.Menyesali semua yang telah dilihat adiknya semalam.Padahal Samantha tidak serapuh ini sebelumnya.
"Aku takut dia akan membunuhku..."gumam Samantha tak begitu jelas.
Shane mengusap rambut adiknya perlahan dengan maksud menenangkan hati gadis itu.
Shane memberi isyarat pada Dean agar cowok itu pulang beberapa saat kemudian.Sementara ia menenangkan hati Samantha...
$$$$$
"Kau baik-baik saja?"
Teguran itu terdengar bersamaan dengan tepukan pelan yang mendarat dipundak Samantha.
Gadis itu spontan menoleh dan mengangguk pelan.Rupanya Jamie,si tetangga lokernya yang telah menegur Samantha.
Kepalanya memang sempat berputar tadi untuk beberapa detik lamanya,tapi Samantha masih baik-baik saja.
"Benar kau baik-baik saja?"ulang Jamie tak yakin.Bola matanya bergerak menelusuri wajah Samantha yang tampak pucat.Beku.
Sekali lagi Samantha mengangguk.Lantas gadis itu buru-buru menutup laci lokernya.
"Sam..."
Samantha dan Jamie serempak menoleh.Dan Dean telah berdiri dibelakang mereka dengan sorot mata aneh.
"Apa kau sakit?"tanya Dean tanpa mempedulikan Jamie yang berada disebelah Samantha.Cowok itu hanya fokus pada Samantha saja.
Samantha menepis tangan Dean yang mencoba menyentuh pipinya.
"Aku baik-baik saja,"ucap Samantha lirih.
"Kau sakit Sam,"tandas Dean yang seolah-olah tahu bagaimana kondisi gadis itu."Aku antar pulang sekarang."
"Aku ingin ke perpustakaan Dean..."
Dean menghela nafas panjang.
"Kau perlu istirahat,Sam.Untuk apa kau pergi ke tempat itu?Apa kau ingin menemui cowok itu lagi?Bukankah sudah aku katakan aku tidak suka kau dekat-dekat dengannya."
Samantha mendengus kesal.
"Sampai kau akan berhenti mencemburuiku hah?"tanya Samantha kesal."Aku hanya ingin pergi ke perpustakaan bukan ke tempat lain.Apa kau perlu sekhawatir itu?"
Jamie yang menyaksikan perdebatan itu perlahan mengundurkan diri dari ruang loker.Cowok itu merasa canggung jika harus melihat pertengkaran sepasang kekasih.
"Apa kau tidak tahu betapa lelahnya aku menghadapi sikapmu yang overprotective itu.Aku muak Dean.Sebaiknya kita mengakhiri semuanya sampai disini,"tandas Samantha mengejutkan.
Dean kaget.Cowok itu langsung shock mendengar keputusan Samantha.
"Tapi aku melakukan semua itu karena aku terlalu menyayangimu Sam.Karena kau adalah cinta pertamaku dan aku tidak rela jika kau dekat-dekat dengan cowok lain,sementara kau lebih mementingkan sahabatmu ketimbang aku,"tandas Dean berusaha mencari perhatian Samantha.
Samantha hanya bisa tersenyum pahit.
"Karena kau sangat menyebalkan,"gerutu Samantha kesal.Gadis itu melangkah meninggalkan Dean yang kini hanya bisa tertegun menatapnya.
"Sam tunggu!Aku akan mengantarmu pulang!"teriak Dean seraya menyusul langkah-langkah kecil Samantha.
$$$$$
Tubuh Samantha gemetar.Kepalanya juga terasa ikut berputar.Seperti berdiri dalam batas antara alam nyata dan mimpi.Berita yang baru saja didengarnya seperti kilatan petir yang menyambar telinganya bertubi-tubi.
Ed telah menjadi korban keganasan makhluk buas entah manusia serigala jadi-jadian atau apalah itu semalam.
Seluruh penghuni sekolah sudah mengetahuinya karena berita menghebohkan semacam itu pasti akan cepat menyebar seperti wabah virus mematikan.Dan Samantha-lah yang paling bersedih atas berita itu.Karena Ed-lah satu-satunya sahabat yang ia miliki.Ed-lah yang selalu mengajaknya bicara dan berdiskusi disaat gadis itu diam dan tidak ingin bicara dengan siapapun.Ed-lah yang paling memahami dan mengerti bagaimana Samantha sebenarnya.
Tidak,batin Samantha.Ed tidak boleh mati,jerit batinnya menangis.Saat ini Samantha tengah meluncur kerumah sakit dimana Ed dirawat.Yang ia dengar keadaan Ed kritis.Oh Tuhan,selamatkan dia...
Kaki-kaki Samantha berlari menyusuri koridor rumah sakit.Hatinya cemas bercampur takut.Mulutnya tak henti mengucapkan doa demi keselamatan Ed.
Dua orang polisi yang berjaga diluar kamar Ed, mencegah langkah Samantha .Siapapun tidak boleh masuk,kecuali dokter dan suster yang menangani pasien begitu ucap salah satu dari mereka.
Meski Samantha bersikeras mencoba menerobos masuk,tapi tetap saja gagal.Polisi itu teguh pada tugasnya dan tidak bisa diganggu gugat.
Samantha terduduk lemas Air matanya sudah meleleh sejak tiba dirumah sakit.Bagaimana keadaan Ed?Apa ia bisa diselamatkan?Siapapun juga selamatkan Ed...
"Samantha?"
Gadis itu mendongak dan mendapati Dean mengulurkan tangannya.Samantha mencoba berdiri dengan bantuan Dean.
"Kau baik-baik saja?"tanya Dean seraya mengusap air mata yang telah membasahi pipi gadisnya.
Samantha hanya menggumam.Tak jelas.
"Dia koma,"ungkap Dean memberitahu kondisi Ed.Seperti informasi yang ia dapat dari seorang perawat yang kebetulan ia temui di lorong rumah sakit.
"Tubuhnya penuh luka cabikan binatang buas.Polisi belum tahu binatang apa yang menyerangnya semalam,"beritahu Dean kemudian.
"Tapi dia akan selamat kan?Dia tidak akan mati kan?"cecar Samantha seperti panik.Gadis itu mirip orang linglung.
Dean tak tahan lagi melihat gadisnya.Ia tampak kacau seperti itu.Ia meraih pundak gadis itu dan membiarkan air mata Samantha tumpah didadanya.
"Aku tidak tahu Sam,"gumam Dean seraya mengusap punggung Samantha.
Tiba-tiba Samantha mendorong tubuh Dean dengan kasar.Sikapnya aneh.Ia bahkan telah berhenti menangis.
"Atau jangan-jangan kau adalah manusia serigala itu?"desak Samantha mengejutkan."Bukankah kau adalah orang yang punya alasan kuat untuk membunuh Ed.Karena kau membenci Ed.Kau adalah manusia serigala itu kan?!"teriak Samantha keras sehingga kedua orang polisi serta orang-orang yang kebetulan lewat menatap aneh pada Samantha.
"Apa kau sudah gila?!"Dean balas berteriak.Cowok itu merasa canggung pada orang-orang disekitarnya,karena Samantha menuduhnya seorang manusia serigala."Sadar Sam!"kedua tangan Dean mengguncang tubuh Samantha.
"Apa aku tampak seperti makhluk jadi-jadian?"tanya Dean sejurus kemudian.Sepasang matanya mengarah tajam pada Samantha.
Samantha tak berkutik mendapat tatapan seperti itu.Ia hanya menuduh secara asal pada Dean.Karena emosi dan kesedihannya terlampau dalam.
Samantha luluh.Ia pernah kehilangan kedua orang tuanya dan sekarang ia tak mau kehilangan sahabat terbaiknya...
$$$$$
Samantha gelisah diatas tempat tidur.Sesekali ia menatap kearah jendela yang tertutup rapat.Ia masih ingat betul makhluk yang ia lihat dua malam lalu.Makhluk itu berwajah seram mirip binatang anjing,mungkin serigala.Berbulu hitam lebat tapi ia berjalan layaknya manusia biasa.
Ah...ingatannya beralih pada Ed.Padahal Ed-lah yang paling antusias mencari informasi tentang makhluk itu,tapi justru ia yang menjadi korbannya.
Konon makhluk itu mencari korban hanya pada malam 15 kalender bulan,tapi bukankah beberapa malam yang lalu juga ada korban yang jatuh,batinnya menerawang.
Kasihan Ed,bahkan sampai saat ini ia belum sadarkan diri.
"Samantha!"
Suara Shane terdengar keras memecah keheningan malam.Nadanya seperti panik.Samantha bergegas turun dari tempat tidur lantas berlari keluar.
Gadis itu nyaris terloncat karena terkejut melihat siapa yang sedang terkapar dilantai ruang tamu.
Ya Tuhan,Dean!pekiknya kuat-kuat seraya menghambur kearah Shane yang berusaha menolong Dean yang telah bersimbah darah.Tubuhnya penuh luka bekas cabikan binatang buas.
"Cepat panggil ambulans!"teriak Shane panik.
Untuk beberapa detik Samantha tertegun namun ia segera menuruti perintah kakaknya.
"Dia datang dan langsung jatuh pingsan,"tutur Shane menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Bangun Dean,"Samantha sudah terisak disamping tubuh Dean.Ia mengguncang tubuh cowok itu pelan.
Tak lama kemudian ambulans datang dan Dean segera dilarikan kerumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan.
"Dia bodoh,kenapa tidak langsung pergi kerumah sakit.Kenapa malah kesini,"gumam Shane sedih.Cowok itu mendekap tubuh adiknya yang tak henti menangis menanti ruang ICU terbuka.
Kemarin Ed,sekarang Dean,lantas besok siapa lagi,keluh Samantha,Kenapa orang-orang yang dekat dengannya menjadi korban.Aku telah salah menuduh Dean sebagai makhluk itu,batin Samantha menyesal.
Dokter keluar satu jam kemudian dan mengabarkan kondisi Dean yang kritis.Ia masih belum sadar.Namun luka yang yang dideritanya tak separah Ed Dan kemungkinan selamat masih diatas 70 persen.
Samantha hanya bisa tertegun disamping tubuh Dean yang terbalut perban disana sini.Selang infus menancap ditubuhnya.
Pasti dia sangat kesakitan sekarang,batin Samantha sedih.Gadis itu hanya bisa menggenggam jemari Dean yang sama sekali tak bergerak.Biasanya tangan itu yang mencengkeram lengannya saat ia hendak pergi dari hadapan Dean.Tapi tangan itu lemah tak berdaya sekarang.
Dean yang suka cemburu berlebihan padanya,yang selalu overprotective dan melarangnya bergaul dengan cowok-cowok disekolah.Tanpa disadari Samantha, gadis itu mulai rindu dengan perlakuan-perlakuan Dean seperti itu.Ia merasa nyaman saat diperlakukan istimewa oleh Dean...
Tanpa sadar Samantha tertidur pulas disamping tubuh Dean.Sedang tangannya masih menggenggam jemari Dean.
Sementara Shane hanya bisa mengelus rambut ikal milik adiknya seraya berdoa untuk kesembuhan Dean...
$$$$$
"Sam..."
Seperti ada yang sedang memanggilku,batin Samantha.Tapi siapa? Kenapa suaranya begitu lemah?Suara itu terdengar kembali beberapa detik kemudian,barulah Samantha tersadar dari tidurnya.
Gadis itu terjaga.Ia baru sadar jika masih menggenggam tangan Dean,tapi sepertinya keadaan berbalik sekarang.Tangan itulah yang kini menggenggam jemari Samantha.
"Kau sudah sadar?"bisik Samantha sembari menatap wajah Dean.
Dean tampak tersenyum meski wajahnya masih tampak pucat.
"Syukurlah,"ucap Samantha langsung memeluk tubuh Dean seketika.
"Aww...sakit Sam,"rintih Dean.
"Maaf,"ucap Samantha seraya melepaskan tubuh Dean.Gadis itu sudah tak menunjukkan kesedihannya lagi.
"Aku senang kau ada disini saat aku terbangun,"ucap Dean bahagia.Akhirnya ia tahu sekarang bagaimana perasaan Samantha terhadap dirinya.Gadis rapuh itu ternyata mencintainya!
"Sebenarnya apa yang terjadi semalam?"tiba-tiba Shane menengahi drama kecil itu.Ia penasaran dengan kejadian yang menimpa Dean.
Dean menceritakan apa yang dialaminya semalam.Saat itu ia baru saja mengantar Samantha pulang kerumah.Dan saat ia meluncurkan motornya,tiba-tiba ia diserang oleh sesosok aneh mirip manusia serigala seperti yang digambarkan Samantha pagi itu.Tubuhnya besar dan berbulu lebat.Wajahnya mirip anjing,mungkin serigala.Bertaring dan berkuku panjang.Namun ia berjalan tegak layaknya manusia dan ia berekor.
Yeah,dia sempurna untuk dikatakan sebagai manusia serigala.Namun samar-samar masih terlihat wajah manusia pada dirinya.Mungkin saat itu bukan lagi tanggal 15 kalender bulan.Jadi wujudnya tidak sempurna sebagai manusia serigala.
"Jadi makhluk itu benar-benar ada,"gumam Shane lirih.Akhirnya ia percaya,meskipun pada awalnya ia sempat ragu.Dan ia bersyukur Dean selamat.Tapi makhluk itu masih menjadi ancaman yang sangat menakutkan bagi siapa saja selama ia masih berkeliaran ditempat itu.
$$$$$
Samantha terkantuk-kantuk disamping Shane yang tengah sibuk memegang kemudi usai menjaga Dean seharian ini.
Gadis itu kaget dan nyaris terlompat dari jok andai saja ia tidak memasang seat belt ditubuhnya.Karena tiba-tiba Shane menginjak rem.
"Ada apa Kak?"tanya Samantha bingung.Ia menoleh dan mendapati Shane menatap panik kedepan mobil mereka.
Ya Tuhan!pekik Samantha terkesiap.Didepan mobil mereka tampak sosok aneh itu.Manusia serigala!
Makhluk itu berdiri mengawasi Shane dan Samantha dengan tatapan tajam penuh dendam dan amarah.Namun makhluk itu tak seseram malam sebelumnya.Bulu-bulu diwajah dan tangannya tak setebal biasanya.Bahkan ia lebih mirip manusia ketimbang makhluk jadi-jadian itu.
Peristiwa itu terjadi hanya beberapa detik lamanya.Entah kenapa tiba-tiba makhluk itu pergi hanya dengan satu kejapan mata saja.
"Kemana dia?"gumam Shane celingak celinguk mencari makhluk itu.
"Ayo pergi Kak!"teriak Samantha yang sudah ketakutan setengah mati.
Shane segera menginjak pedal gas sesuai dorongan Samantha.Berharap makhluk itu tidak mengejar.
Begitu sampai didepan rumah mereka 20 menit kemudian,mereka bisa bernafas lega.Makhluk itu tidak menunjukkan tanda-tanda menguntit mobil yang mereka tumpangi.
"Cepat masuk dan kunci semua pintu dan jendela,"perintah Shane sembari mematikan mesin mobil sebelum turun.
Samantha mengangguk cepat.Gadis utu mengikuti perintah kakaknya.
"Aaarrrggghh!"
Samantha terperangah.Suara Shane begitu keras terdengar dan menyakitkan di telinganya.Samantha menoleh dan mendapati kakaknya tengah mengerang kesakitan.Jaket yang dikenakannya tampak robek pada bagian pundak dan mengeluarkan darah!
Manuasia serigala itu telah menyerangnya dengan tiba-tiba persis saat Shane keluar dari mobil.
"Kak!"
Teriakan Samantha lantang.Dan itu malah memancing reaksi manusia serigala itu untuk mengarahkan matanya kepada Samantha.
Samantha gusar.Rautnya pucat.Makhluk itu kini beralih mendekatinya setelah memastikan Shane telah roboh ketanah.
Samantha gemetar ketakutan.Gadis itu terpojok pada tembok pagar sekarang.Sementara manusia serigala itu kian mendekat padanya.
Nafas Samantha terasa kian sesak.Bahkan untuk bergerakpun ia sudah tak bisa.Tubuhnya seperti membeku karena terbelenggu rasa takut.
Makhluk itu kian mendekat.Ia mencondongkan wajah seramnya ke wajah Samantha yang sudah memutih karena pucat.Bahkan jarak tubuh mereka nyaris lekat sekarang.
Samantha terdiam.Nyaris tak bernafas saat sepasang mata merah milik manusia serigala itu menelusuri wajah Samantha dengan beringas.Seakan siap mencabik-cabik wajah manis dihadapannya.
Nafasnya yang panas berhembus kewajah Samantha.
Oh Tuhan,jika aku mati karena makhluk ini sekarang juga,lakukanlah...doa Samantha pasrah dengan mata terpejam.
Tapi untuk beberapa sekian detik makhluk itu diam tanpa berbuat sesuatu yang menyakiti Samantha sama sekali.
Gadis itu heran dan segera membuka matanya.Ketakutan yang menyelimuti dirinya semakin menjadi saat jemari berbulu hitam serta berkuku panjang itu mulai membelai rambutnya yang tergerai lepas.
"Sam..."gumam makhluk itu dengan suara berat membuat Samantha terhenyak kaget.
Gadis itu meneliti seraut wajah menyeramkan dihadapannya.Mencoba menelusuri wajah itu dalam wajah manusia.Ia berusaha mengingat siapa-siapa saja temannya yang paling mirip dengan makhluk itu.Tapi ia tak berhasil.
"Si..siapa kau?"gumam Samantha terbata.Masih dalam ketakutan.
"Hentikan semua perbuatanmu Ron!"
Sebuah teriakan menghentikan semuanya.Samantha menoleh dan mendapati Jamie sedang membawa senapan yang mengarah ketubuh manusia serigala itu.Namun gadis itu beralih lagi menatap makhluk dihadapannya.
"Ron??"ulangnya tak percaya.Ron adalah tetangga lokernya yang telah pindah beberapa minggu lalu.Gadis itu semakin tak mengerti dengan semua misteri ini.
"Dia adalah sepupuku,Sam,"ungkap Jamie sembari mendekat.Namun ia berhenti pada satu titik dan menjaga jarak aman dari makhluk jadi-jadian yang ternyata adalah Ron itu.
"Apa?"gumam Samantha kaget.
"Jangan gila Ron!"teriak Jamie kembali.Samantha baru menyadari jika Ron yang masih berwujud manusia setengah serigala itu hendak menciumnya.Namun tangan Samantha segera mendorong tubuh makhluk yang ternyata berkali-kali lipat tenaganya itu sehingga Samantha tak bisa mencegahnya.
Bang!
Satu tembakan lepas keudara.Jamie memperingatkan Ron agar tidak bertindak lebih jauh lagi pada Samantha.Dan berhasil.
"Dia tidak pernah mencintaimu Ron,"tandas Jamie kemudian."Kamu hanya salah satu orang yang menyukai Samantha.Dan tolong hentikan perbuatanmu menyakiti semua orang didekat Samantha hanya karena keegoisanmu.Aku tahu kau terluka atas tindakan Dean padamu,dan kekecewaanmu pada Ed yang lebih akrab dengan Samantha. Tapi kakak Samantha tidak bersalah,Samantha juga,"tutur Jamie panjang.Mencoba membuka pikiran sadar Ron dalam wujud mengerikan itu.Semoga sisi manusia masih melekat pada dirinya.
Samantha mengerti.Misteri itu terkuak separuh sekarang.
"Ron dan aku adalah bagian dari kutukan itu Sam,"ungkap Jamie beberapa saat kemudian."Semula aku datang untuk membalaskan sakit hati Ron pada Dean.Tapi setelah melihatmu aku berpikir ulang tentang rencana kami.Kau begitu polos dan aku bisa melihat sisi kelam hidupmu.Dan aku mengurungkan niatku setelah tahu kalau Dean benar-benar mencintaimu,"lanjut Jamie mengungkap rahasianya.
Samantha hanya bisa tercengang mendengar mendengar pengakuan Jamie.Ini benar-benar mengejutkan sekaligus membingungkan baginya.
Tiba-tiba saja manusia setengah serigala itu mengalami perubahan wujud secara dramatis.Bulu-bulu diwajahnya menghilang perlahan,juga ditangannya. Dalam beberapa detik saja tampaklah Ron dihadapannya.Menggantikan sosok makhluk jadi-jadian itu.
"Ron..."bisik Samantha gemetar.Bayangan Ron yang super pendiam itu berkelebat dibenaknya.Ron yang setiap hari bertemu dengannya diruang loker dan hanya mengangguk pelan saat mereka berpapasan itu ternyata punya sisi yang mengerikan dalam dirinya.
"Maafkan aku Sam..."ucap Ron terbata.Lirih. Nyaris seperti gumaman.
"Tapi kenapa kau melakukan itu padaku Ron?"Samantha mulai terisak.Tangan kanannya memukul dada Ron dengan keras."Kenapa mesti menyakiti orang-orang disekitarku?Kenapa bukan aku saja yang kau bunuh?"sesal gadis itu.
"Maafkan aku Sam,"ulang Ron lagi."Saat itu aku tidak bisa mengendalikan sisi hewani dalam diriku.Aku bukanlah diriku saat aku berubah wujud.Dan itu sangat menyakitkan buatku,"ucap Ron terdengar memilukan.
Samantha tahu.Ia pernah membaa itu di buku.
"Ayo kita pergi Ron!"
Teriakan Jamie mengakhiri percakapan mereka.Cowok itu segera menyeret tubuh Ron pergi menjauh.
"Aku berjanji akan menghilang selamanya dari kehidupanmu!"
Teriakan Ron masih bisa didengar dengan jelas oleh Samantha.Kedua orang itu telah menghilang dibalik kegelapan malam dengan cepat.
Samantha lemas dan jatuh terduduk diatas tanah.Keningnya basah sementara wajahnya bersimbah air mata.Berbagai peristiwa muncul bergantian di ingatannya.Membuat gadis itu hanya bisa mengerang pilu.
"Kau baik-baik saja Sam?"
Samantha tersadar oleh teguran Shane.Cowok itu mengusap pipi adiknya yang basah.
"Hm,"gadis itu mengangguk."Kakak baik-baik saja?"ia ganti bertanya.
"Ya.Untungnya lukaku tidak terlalu parah."
"Tapi kita harus kerumah sakit sebelum luka itu terinfeksi..."
$$$$$