Senin, 03 Oktober 2016

ORANGE STRAWBERRY chapter 4 #end


Maiko tampak duduk sendirian dibawah pohon tak jauh dari lapangan basket.Tak ada buku gambar ditangannya seperti biasa.Tangannya kosong.
Apa ia tak punya buku gambar lain selain yang direbut Benedict kemarin?Atau ia sedang tak punya ide untuk membuat cerita?
Benedict menggaruk kepalanya.Cowok itu memutuskan untuk menghampiri tempat duduk Maiko.
"Hai,"sapa Benedict.Membuat Maiko menoleh.
Maiko mengulas senyum kecil melihat kedatangan Benedict.
"Mana buku gambarmu?Apa kamu nggak punya cadangan selain yang kuambil kemarin?"cerocos Benedict santai.
"Nggak juga,"sahut Maiko."Aku lagi malas menggambar."
"Oh..."Benedict manggut-manggut.Cowok itu menghela nafas sebentar sembari mencari topik pembicaraan.
"Kamu baik-baik saja kan Mai?"tegur Benedict kemudian.
Maiko menoleh kembali.Ia sedikit mengerutkan kening.
"Aku?"ia menunjuk dirinya sendiri."Kenapa bertanya seperti itu?"
Benedict tersenyum kaku.
Aduh,kenapa bertanya seperti itu padanya,sesalnya.Apa dia tidak tahu jika Benedict mencemaskan dirinya sejak kemarin.
"Aku cuma tanya aja kok,"Benedict nyengir.Persis seperti keledai bodoh."Habisnya kamu kelihatan nggak sehat hari ini,"ucap Benedict akhirnya.
"Aku baik-baik kok,"sahut Maiko."Kamu jadi aneh kalau bertanya seperti itu."
"Benarkah?Hahaha..."Benedict tertawa.Kali ini keledai bodoh sedang tertawa.
Maiko tambah bingung dengan sikap Benedict...

#####

Gawat!
Maiko hanya bersandar pada tembok toilet tanpa bisa bergerak.Dihadapannya berdiri Prilly dan member genk-nya membentuk formasi mengepung Maiko.Agar Maiko tak bisa lolos.
Maiko bingung.Sekaligus takut.Namun ia sama sekali tak menunjukkan ketakutannya.Ia berusaha bersikap tabah meski tidak tahu apa yang akan dilakukan Prilly padanya.
Prilly yang cantik...
Gadis itu menatap Maiko dengan pandangan tajam.Bibirnya tersenyum masam.Licik.
"Ada hubungan apa kamu dengan Ben?"tanya Prilly dengan nada kalem.Mungkin setelah itu ia akan mengeluarkan kekejamannya.
Maiko tak menjawab.Toh ia dan Benedict tidak ada hubungan yang serius.
"Kamu kan tahu,Ben itu milikku Mai,"tandas Prilly kemudian."Kenapa kamu masih berpura-pura nggak peduli?Apa aku harus memperingatkanmu dengan cara lain?"Prilly tersenyum penuh arti.
Maiko masih bergeming.Darahnya mengalir deras.
"Jawab Mai!"teriak Prilly keras.Gadis itu berubah menyeramkan saat emosinya meluap."Kamu nggak bisu kan?!"
"Apa yang mesti aku jelaskan?"akhirnya Maiko membuka mulut."Aku dan Ben hanya teman..."
"Hoho...hanya teman?"Prilly menyeringai.Sungguh dia bukan gadis yang cantik sekarang."Teman yang seperti apa hah?!Aku lihat kalian berduaan tadi.Lalu kemarin kamu menggambar Ben.Itu masih kamu bilang teman?!Bodoh!"
Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Maiko seiring kata "bodoh" yang dilontarkan Prilly.
Maiko tak bisa menghindar.Pipinya memerah terkena tamparan Prilly.Panas.
Gadis itu memegang pipinya sembari meringis menahan sakit.
Namun disaat itu Prilly memberi kode pada teman-temannya.Hanya mereka yang tahu maksud Prilly apa.
Maiko tak bisa mengelak.Salah seorang dari mereka memegangi kedua tangan Maiko.Sedang yang lain memukul,menjambak dan menganiaya Maiko dengan kejam.
Maiko tak kuasa melawan.Gadis itu membiarkan tubuhnya disakiti oleh genk Prilly.
Tubuh Maiko ambruk beberapa menit kemudian.Dari kepalanya mengalir cairan berwarna merah dan kental.
Tubuhnya tampak merah dan sebentar lagi pasti membiru lebam.Seragamnya koyak disana-sini.Gadis itu terbaring pingsan diatas lantai toilet yang lembab dan kotor.
Sementara itu Prilly tersenyum puas.Ia segera meninggalkan tempat itu diikuti genk-nya.
Kasihan Maiko...

#####

"Ibu...kapan ayah datang?Kenapa ia lama sekali?Maiko rindu ayah..."Maiko kecil merengek pada ibunya.
"Maiko..."ibu Maiko mengelus rambut putri kecilnya."Ayah pasti akan datang sebentar lagi.Kamu sabar ya sayang..."
"Aku benci ayah!"teriak Maiko kecil.Ngambek.
"Kamu nggak boleh begitu Maiko..."
"Pokoknya aku benci ayah!Benci!"



Sudah dua hari ini Maiko tidak sadarkan diri.Selain mengalami luka fisik ia juga mengalami trauma mental.Kejadian yang nyaris serupa pernah terjadi saat Maiko kecil.Dan Ryu tidak pernah diberitahu soal itu oleh oma.Ayah juga tidak.
Ryu hanya bisa duduk diam disisi Maiko sembari menggenggam hangat tangan adiknya.Mengurai penyesalan-penyesalan dimasa lalu.Seandainya dia tidak pergi mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Tapi takdir punya jalannya sendiri...
Benedict hanya berdiri tak jauh dari tempat tidur Maiko.Sudah dua hari ini ia tak masuk sekolah hanya untuk menunggu Maiko.
Maiko yang pendiam dan suka menggambar komik itu kini terbaring tak berdaya.Tangannya dibalut kain perban.Masihkah tangan itu bisa digerakkan nantinya?
Kumohon bangunlah Maiko,bisik Benedict dalam hati.
Oma duduk disisi lain.Ia menekur sembari menerawangkan pandangan keluar jendela.Berpikir tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi sepanjang hidupnya.Tentang putrinya,menantu dan kedua cucunya yang beranjak dewasa.
Begitu banyak yang telah terjadi.Dan ia hanya berharap yang terbaik untuk kedua cucunya sebelum ia meninggalkan dunia ini.
"Ryu..."
Ryu menoleh.Namun tangannya masih menggenggam tangan Maiko.
Oliver datang.
"Bagaimana keadaannya?"tanya Oliver bersimpati.
Ryu menggeleng pasrah.
"Masih belum ada perkembangan berarti."
Oliver menghela nafas.Ikut prihatin.
"Pesawat dari Jepang sudah mendarat,"beritahunya kemudian.
"Benarkah?"sahut Ryu cepat.
Oma yang mendengar kabar itu menoleh karena tak percaya.
Benedict mengerutkan kening.Tak mengerti apa hubungan kisah ini dengan Maiko.
"Semoga ini membawa kebaikan untuk Maiko..."gumam Ryu penuh harap.

#####

"Kak Ryu...jangan pergi,"Maiko kecil menarik-narik ujung jaket kakaknya.Berharap tangisannya membuat Ryu iba dan mengurungkan niatnya pergi.
"Lepaskan Maiko,"suruh Ryu.Aku harus pergi.Aku harus menjadi orang hebat.Aku mau jadi seperti ayah..."
Maiko melepaskan ujung jaket kakaknya setelah Ryu menyebut kata ayah.
Jadi Kak Ryu lebih suka menjadi seperti ayahnya yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya?
Kenapa semua orang meninggalkannya?Ibu juga.
Aku benci ayah...
Aku benci Kak Ryu...
Aku benci semuanya!


"Denyut nadinya melemah Dok!"
Suara suster yang sedang panik itu terdengar jelas ditelinga Ryu.Cowok itu lemas seketika.
Ya Tuhan...tolong jangan sekarang,batinnya.Tangannya gemetar.Pikirannya kalut.
Begitu juga dengan oma.Wanita itu pernah kehilangan putri semata wayangnya.Jangan sampai ia kehilangan Maiko juga.Ia masih ingin hidup lebih lama untuk menyaksikan cucunya menikah.Lebih baik ia yang pergi lebih dulu.Asal jangan Maiko.
Benedict berdiri kaku.Bersandar pada tembok.Bayangan manis Maiko bermain dikepalanya.Ia masih ingin mengenal lebih jauh tentang diri Maiko.Ia ingin berbagi cerita dan canda bersama gadis keturunan Jepang itu.Benedict baru menyadari jika ia memiliki perasaan istimewa pada Maiko.Yang membuat dadanya sakit saat mengingat Maiko.
Keledai bodoh itu jatuh hati pada gadis Jepang yang tersesat yang sedang menggambar komik disaat pelajaran Biologi!
"Maiko!"
Semuanya menoleh kearah datangnya suara asing yang memanggil nama Maiko.
Seorang laki-laki berperawakan tinggi,berkulit putih dan bermata setengah sipit melangkah mendekat.Ayah Maiko!
Laki-laki itu menghampiri oma dan menatapnya sejenak.Setengah ragu tampaknya.Mungkin ia takut kehadirannya ditolak oleh ibu mertuanya itu.Namun kenyataannya tidak.Oma malah menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat.Setetes air mata keluar dari ujung mata oma.Air mata haru.
Ryu tampak lega melihat kejadian dramatis itu.Akhirnya mereka berbaikan kembali,batinnya bersyukur.
"Maiko ayah..."suara Ryu melerai pertemuan mengharukan antara ayahnya dan oma.
"Temui Maiko dan bangunkan dia..."oma menepuk punggung menantunya dan menyuruhnya untuk segera menemui Maiko.
Laki-laki itu bergegas masuk kekamar Maiko.Perlahan ia mendekat ke ranjang Maiko seraya tak lepas menatap kearah wajah putrinya yang kini terbaring tak berdaya.
Ayah Maiko meraih jemari putrinya lantas mendaratkan ciuman keatasnya.Putri kecilnya telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik sekarang.Hanya saja beberapa luka lebam dan balutan perban membuatnya tampak memprihatinkan.
Kasihan Maiko...
Dia pasti sangat kesakitan.
"Maiko...ayah datang,"suara parau ayah terdengar tak begitu jelas.Aksen Jepangnya begitu kental.Namun ia masih lancar berbahasa Indonesia.
"Ayah merindukanmu Maiko...Ayah cinta Maiko..."
Air mata ayah menetes.Membasahi punggung tangan Maiko yang kini berada dalam genggaman ayahnya.
"Maafkan ayah,ayah baru bisa datang sekarang.Kamu boleh membenci ayah,tapi jangan hukum ayah seperti ini.Kamu harus bangun Maiko,"ucap ayah Maiko terbata-bata.
Dan keajaiban Tuhan selalu datang dengan tidak terduga.Ujung jari Maiko bergerak.Pelan sekali.
Maiko merespon.Gadis itu bisa mendengar suara ayahnya meski kedua matanya terkatup rapat.
Denyut nadinya pun kembali normal.Padahal sesaat tadi sempat melemah.Dan rasanya tidak ada harapan lagi...
Perlahan kedua mata Maiko terbuka.Dan pertama kali yang dicarinya adalah pemilik suara yang didengarnya dialam bawah sadar.Suara ayah...
Akhirnya ayah datang setelah sekian tahun pergi meninggalkan dirinya.Jika dirinya tidak terbaring diambang kematian seperti sekarang,apa ayah akan sudi datang?

#####

Bukan salah ayah sepenuhnya jika ia tidak pernah datang.Tapi oma yang melarang ayah untuk datang.Dari sejak awal oma memang tidak merestui pernikahan putrinya dengan lelaki Jepang itu.Entah karena alasan apa.
Setelah kepergian ayah,dan setelah ibu tahu oma melarang ayah untuk kembali,ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia saat Maiko masih kecil.
Ayah meminta Ryu datang ke Jepang untuk bersekolah dengan mengirimkan selembar tiker pesawat kesana.Oma tak bisa mencegah keputusan Ryu untuk pergi.Dan tinggallah Maiko yang harus hidup dalam kesendirian dan kesepian...


Maiko tampak lebih sehat sekarang.Wajahnya sudah tak sepucat beberapa hari yang lalu.Senyum sering terkembang dari bibirnya.
Namun untuk beberapa waktu kedepan ia harus duduk diatas kursi roda sampai kondisinya pulih betul.
Dan ia masih belum boleh menggambar karena tangannya masih sakit jika harus digerakkan.
Benedict juga selalu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Maiko.Mereka bertambah akrab dan sepertinya mereka saling menyukai satu sama lain.Wow...
Proyek resto Jepang Ryu dan Oliver sudah mulai dibangun dalam waktu dekat.Ayah Ryu setuju ikut mendanai proyek kecil-kecilan itu.
Dan hubungan antara Maiko dengan ayah juga sudah membaik.Perlahan Maiko bisa menerima ayah dengan lapang hati.Benar dugaan Ryu,jika sebenarnya Maiko sangat mencintai ayah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan negara kelahiran ayah.Maiko juga berniat sekolah manga di Jepang usai lulus nanti.Ia ingin belajar bahasa Jepang dan bercita-cita menjadi seorang komikus handal.
Oh iya,tentang Prilly dan genk-nya,mereka telah dikeluarkan dari sekolah karena terbukti melakukan bullying terhadap Maiko.Dan mereka tak bisa menyangkal karena ada bukti cctv yang menjelaskan kalau mereka lah yang keluar dari toilet saat peristiwa itu terjadi...


The end...



Catatan kecil:

Semasa ibu Maiko hidup,ia sangat menyukai buah jeruk.Sedang ayah Maiko suka buah strawberry.Itulah kenapa cerita ini diberi judul ORANGE STRAWBERRY.

Thanks..























Minggu, 02 Oktober 2016

ORANGE STRAWBERRY chapter 3


Maiko tampak manis memakai summer mini dress yang dipilihkan Ryu kemarin.Sedianya Ryu mengajak adiknya pergi hari Minggu ini.Daripada dia berulah didapur dan mengganggu oma yang sedang sibuk memasak,lebih baik Ryu mengajaknya keluar.
Dan perlu perjuangan yang sedikit berarti untuk membujuk Maiko pergi.
Imbasnya Ryu terpaksa menyetujui persyaratan yang diajukan Maiko.Pertama,setoples kismis dan Maiko tidak suka berlama-lama pergi.
"Kita mau kemana Kak?"tanya Maiko seraya memasang seat belt.
"Kerumah teman kakak.Udah lama nggak ketemu dia.Kebetulan kakak pingin ngajak dia bisnis,"jelas Ryu sembari fokus mengemudi.
Maiko tak menyahut.Tampaknya ia tak begitu tertarik dengan urusan kakaknya.
Jalan tak begitu macet sehingga perjalanan mereka tak menemui hambatan yang berarti.Dua puluh menit kemudian mereka sampai disebuah rumah yang terbilang luas dan mewah yang berada di komplek perumahan elite.
Kata kak Ryu,dia dan temannya sudah mengenal sejak SMP.Mereka sempat bertemu kembali saat temannya berkunjung ke Osaka untuk mengikuti seminar bisnis.Dan setelah sekian lama terpisah,akhirnya mereka akrab kembali.Persahabatan yang unik...
Tak perlu menunggu lama bagi Ryu dan Maiko karena sang pemilik rumah membuka pintu setelah beberapa detik Ryu menekan bel pintu.
Benedict?!!
Maiko terperangah melihat sosok si pembuka pintu.Gadis itu takjub sekaligus bingung.Kok bisa?
"Kamu pasti adiknya Oliver kan?"tebak kak Ryu cepat.Benedict dan Maiko sama-sama bingung dengan kenyataan dihadapan mereka.
"Iya..."
"Aku Ryu teman Oliver.Dan ini Maiko..."
"Kami sekelas,"potong Benedict cepat.
Giliran Ryu yang bingung.Namun ia segera menggelar tawa renyahnya.Kok bisa kebetulan begini?
Maiko tak berkutik.Ternyata Benedict masih mengingatnya sebagai teman sekelasnya.Mengingat reputasi Maiko yang sama sekali tidak populer dan tidak menonjol dalam prestasi apapun.Gadis pendiam yang tidak punya teman.Huh...
"Masuk Kak,"suruh Benedict ramah."Kak Oliver masih mandi.Tapi aku sudah diberitahu kalau Kak Ryu mau datang,"cerocos Benedict sembari mengajak Ryu dan Maiko menuju ruang tengah yang menebarkan bau harum lemon dari air conditioner dirumah itu.
Maiko hanya mengekor langkah kakaknya sembari menebarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
Benedict...
Sosok paling populer itu ternyata adik teman kakaknya.Sungguh kejutan.Selama ini ia tak pernah memperhatikan siapapun dikelasnya.Apalagi dikelas lain.

#####

Oliver ternyata tak kalah tampan dari Benedict.Konon nenek mereka adalah orang Belanda asli.Pantas saja jika Benedict dan Oliver begitu tampan.
Dan Maiko tak berhenti mengagumi ketampanan Oliver.Gadis itu hanya mematung disudut sofa sembari sesekali mencuri pandang ke arah Oliver.
"Kamu tampak beda hari ini,"Benedict menegur Maiko yang tengah melamun.Karena Ryu dan Oliver sedang sibuk berbincang disudut sofa lain.
"Oh.."Maiko hanya bergumam kecil."Ini semua ide kak Ryu,"ucapnya.
"Benarkah?"tanya Benedict."Selera kakakmu bagus juga,"pujinya kemudian.
Maiko tersenyum kaku.
"Nggak nyangka ya kalau kakak-kakak kita bersahabat,"ucap Benedict kembali.Menyambung percakapan."Selama ini kita nggak saling kenal meski sekelas.Rasanya aneh kan bertemu dalam keadaan seperti ini?"
"Karena kamu terlalu populer,"cetus Maiko datar.
"Sepopuler apa?"Benedict mengerutkan kening.Ia sadar ia memang populer dikalangan cewek-cewek tapi ia sendiri tidak tahu sejauh mana kepopulerannya.
"Ya..terlalu populer,"sahut Maiko."Ibarat kamu adalah seorang pangeran dan kami adalah rakyat jelata."
Benedict tergelak mendengar perumpamaan yang dilontarkan Maiko.Ryu dan Oliver sempat menoleh namun hanya sebentar dan kembali melanjutkan obrolan mereka.
"Kamu lucu tahu nggak?"Benedict masih tergelak."Mungkin itu isi komik yang selalu kamu gambar saat pelajaran berlangsung.Benar kan tebakanku?"
Maiko tercekat.Bagaimana Benedict tahu?
"Kamu juga populer dikalangan cowok dikelas kita kok,"ungkap Benedict kemudian."Gadis Jepang yang tersesat sedang menggambar komik saat pelajaran Biologi.Itu julukanmu.Kepanjangan ya?"
Maiko ternganga.Peristiwa saat dia dimarahi Mister Simon kembali terulang dikepalanya.
"Apaan sih?Masa aku dibilang gadis Jepang tersesat?"Maiko tampak sewot.
Sementara Benedict kembali melepaskan tawanya melihat ekspresi Maiko.
"Beneran kok,mereka bilang begitu,"ucap Benedict meyakinkan."Tapi kamu terlalu menutup diri Mai.Kamu terlalu pendiam dikelas.Padahal kamu orang yang menyenangkan untuk diajak ngobrol."
Maiko terdiam mendengar ucapan Benedict.
"Oh iya,"sambung Benedict kemudian.Maiko pasti tidak nyaman dengan bahan obrolannya tadi."Kamu mau makan sesuatu?Aku bisa masak spaghetti lho,"tawar Benedict akrab.
"Boleh,"sahut Maiko cepat.
"Tunggu lima belas menit dan spaghetti special ala chef Benedict akan siap...!"
Maiko tersenyum melihat tingkah lucu Benedict.

#####

Maiko membenamkan wajahnya ke meja.Huh..
Sesosok gambar manga mirip Oliver telah diselesaikannya dengan cepat.Mirip Oliver atau Benedict sih?Keduanya begitu mirip kalau dituang kedalam gambar manga.
Bodoh...gerutu Maiko.Bahkan ia sempat menggambar sepiring spagetti ditangan sosok Oliver atau Benedict itu.
Maiko mengangkat wajahnya dan mengamati hasil karyanya kembali.Ia memicingkan mata sembari membayangkan wajah Oliver.Pasti wajah Oliver yang mirip dengan gambarnya.Tapi spaghetti itu...
Tidak,gumam Maiko.Maiko tahu betul spaghetti itu milik siapa.
Siapa yang memasak spaghetti itu sangat jelas orangnya.Bagaimana ia dan Benedict makan berdua di teras rumah Benedict kemarin sore.
Maiko dan Benedict bahkan bercanda habis-habisan seperti dua orang yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa.Bagaimana mungkin mereka bisa bersikap seakrab itu sementara mereka tak pernah bertegur sapa sekalipun dikelas.
Bagaimana bisa?
"Ini aku kan?"
Buku gambar ditangan Maiko telah berpindah ketangan Benedict tiba-tiba.
Cowok itu seperti punya bakat untuk mencopet rupanya.Dan Maiko tak sempat mencegah perbuatan Benedict.
"Wow ini bagus banget Mai,"puji Benedict dengan wajah berbinar."Kamu memang sangat berbakat Mai!Thanks ya,"
Benedict kabur membawa buku gambar milik Maiko.Huh sial...
Kenapa tadi mesti menggambar Benedict segala?sesalnya.
"Kamu ada hubungan apa dengan Ben?"
Deg!
Prilly telah berdiri didepan Maiko dengan wajah masam.Matanya memancarkan sinar penuh kecurigaan.
Maiko tak menyahut.
Prilly tampak geram melihat sikap Maiko yang pasif.Benedict sekalipun tak pernah ngobrol dengan Maiko.
"Kamu menyukai Benedict kan?"tanya Prilly dengan sorot mata tajam.
Rupanya tadi Prilly sempat mengetahui insiden kecil buku gambar milik Maiko.
Tapi untuk kali ini Maiko selamat.Bel berbunyi dan beberapa menit kemudian Mister Simon masuk kelas.

#####

Ya ampun!pekik Maiko dan Benedict nyaris bersamaan.
Didepan pintu gerbang sekolah,terjadi kehebohan luar biasa.Ryu dan Oliver dikerubuti cewek-cewek berseragam abu-abu putih.Seolah mereka artis k-pop yang baru saja selesai operasi plastik.
Duh,padahal mereka bukan siapa-siapa.Tapi cewek-cewek itu bersikap terlalu berlebihan.Bahkan ada yang minta foto bareng-lah,selfie-lah...
"Kita bisa terkenal bro,"bisik Ryu pada Oliver.Senyum tipis menghiasi bibirnya.Membuat Maiko muak.
Benedict mengajak Maiko mendekat dan membubarkan kerumunan aneh itu.
"Kalian apa-apaan sih?"protes Oliver."Baru mau terkenal sudah ada yang sewot."
"Kak Ryu juga,"sahut Maiko kesal."Bikin malu tahu nggak,"ucapnya dengan wajah cemberut.
"Habisnya kita terlalu tampan sih,iya kan Ver,"cetus Ryu sembari menyenggol pundak Oliver.Dan keduanya terbahak bersama.
"Sebaiknya kita pergi dari sini,"saran Benedict kemudian.
"Oke,"sahut Oliver cepat."Kita ke resto yang dekat dari sini."
Mereka sepakat.

#####

Membuka restoran Jepang?
Maiko tak bereaksi.Oliver dan Ryu tampaknya telah sepakat untuk membuka restoran Jepang bersama.
"Kamu setuju Mai?"tegur Ryu sembari menatap adiknya yang sedang tertunduk memainkan sedotan minumnya.
"Maiko..."Benedict mengucapkan nama gadis didepannya.Karena Maiko seperti tak mendengar pertanyaan Ryu.Entah apa yang membuatnya melamun.
"Hah?"Maiko tergagap.
"Ternyata adikmu manis juga ya,"celutuk Oliver mencairkan suasana.
"Tapi aku nggak akan membiarkan kamu menggodanya,"balas Ryu sembari menyikut Oliver.Cowok itu terbahak.
"Gimana Mai?"ulang Ryu kemudian.
Maiko terdiam beberapa saat.
"Terserah kakak..."
"Kalau kamu nggak setuju aku nggak akan..."
"Kan aku sudah bilang terserah kakak,"potong Maiko cepat.Disertai nada tinggi.
Ryu,Oliver,dan terutama Benedict kaget melihat reaksi Maiko.Ada apa dengannya?
"Mai..."Ryu menyentuh punggung tangan adiknya.Ia sedikit bisa meraba perasaan Maiko.
Benedict ingin bertanya apa Maiko baik-baik saja.Tapi hatinya melarang.Mungkin bukan saat yang tepat untuk bertanya.
"Aku ingin pulang Kak,"ucap Maiko sejurus kemudian.
Ryu menghela nafas.
"Baiklah,"sahutnya kemudian."Guys,kami cabut dulu ya,"pamit Ryu kepada Oliver dan Benedict.
"Kita bareng aja,"sambut Oliver cepat."Ben,kamu yang nyetir,"Oliver melempar kunci mobil kearah Benedict.
"Ok,"sahut Benedict sembari menyambar kunci dengan sigap.


To be continued....