Minggu, 02 Oktober 2016

ORANGE STRAWBERRY chapter 3


Maiko tampak manis memakai summer mini dress yang dipilihkan Ryu kemarin.Sedianya Ryu mengajak adiknya pergi hari Minggu ini.Daripada dia berulah didapur dan mengganggu oma yang sedang sibuk memasak,lebih baik Ryu mengajaknya keluar.
Dan perlu perjuangan yang sedikit berarti untuk membujuk Maiko pergi.
Imbasnya Ryu terpaksa menyetujui persyaratan yang diajukan Maiko.Pertama,setoples kismis dan Maiko tidak suka berlama-lama pergi.
"Kita mau kemana Kak?"tanya Maiko seraya memasang seat belt.
"Kerumah teman kakak.Udah lama nggak ketemu dia.Kebetulan kakak pingin ngajak dia bisnis,"jelas Ryu sembari fokus mengemudi.
Maiko tak menyahut.Tampaknya ia tak begitu tertarik dengan urusan kakaknya.
Jalan tak begitu macet sehingga perjalanan mereka tak menemui hambatan yang berarti.Dua puluh menit kemudian mereka sampai disebuah rumah yang terbilang luas dan mewah yang berada di komplek perumahan elite.
Kata kak Ryu,dia dan temannya sudah mengenal sejak SMP.Mereka sempat bertemu kembali saat temannya berkunjung ke Osaka untuk mengikuti seminar bisnis.Dan setelah sekian lama terpisah,akhirnya mereka akrab kembali.Persahabatan yang unik...
Tak perlu menunggu lama bagi Ryu dan Maiko karena sang pemilik rumah membuka pintu setelah beberapa detik Ryu menekan bel pintu.
Benedict?!!
Maiko terperangah melihat sosok si pembuka pintu.Gadis itu takjub sekaligus bingung.Kok bisa?
"Kamu pasti adiknya Oliver kan?"tebak kak Ryu cepat.Benedict dan Maiko sama-sama bingung dengan kenyataan dihadapan mereka.
"Iya..."
"Aku Ryu teman Oliver.Dan ini Maiko..."
"Kami sekelas,"potong Benedict cepat.
Giliran Ryu yang bingung.Namun ia segera menggelar tawa renyahnya.Kok bisa kebetulan begini?
Maiko tak berkutik.Ternyata Benedict masih mengingatnya sebagai teman sekelasnya.Mengingat reputasi Maiko yang sama sekali tidak populer dan tidak menonjol dalam prestasi apapun.Gadis pendiam yang tidak punya teman.Huh...
"Masuk Kak,"suruh Benedict ramah."Kak Oliver masih mandi.Tapi aku sudah diberitahu kalau Kak Ryu mau datang,"cerocos Benedict sembari mengajak Ryu dan Maiko menuju ruang tengah yang menebarkan bau harum lemon dari air conditioner dirumah itu.
Maiko hanya mengekor langkah kakaknya sembari menebarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
Benedict...
Sosok paling populer itu ternyata adik teman kakaknya.Sungguh kejutan.Selama ini ia tak pernah memperhatikan siapapun dikelasnya.Apalagi dikelas lain.

#####

Oliver ternyata tak kalah tampan dari Benedict.Konon nenek mereka adalah orang Belanda asli.Pantas saja jika Benedict dan Oliver begitu tampan.
Dan Maiko tak berhenti mengagumi ketampanan Oliver.Gadis itu hanya mematung disudut sofa sembari sesekali mencuri pandang ke arah Oliver.
"Kamu tampak beda hari ini,"Benedict menegur Maiko yang tengah melamun.Karena Ryu dan Oliver sedang sibuk berbincang disudut sofa lain.
"Oh.."Maiko hanya bergumam kecil."Ini semua ide kak Ryu,"ucapnya.
"Benarkah?"tanya Benedict."Selera kakakmu bagus juga,"pujinya kemudian.
Maiko tersenyum kaku.
"Nggak nyangka ya kalau kakak-kakak kita bersahabat,"ucap Benedict kembali.Menyambung percakapan."Selama ini kita nggak saling kenal meski sekelas.Rasanya aneh kan bertemu dalam keadaan seperti ini?"
"Karena kamu terlalu populer,"cetus Maiko datar.
"Sepopuler apa?"Benedict mengerutkan kening.Ia sadar ia memang populer dikalangan cewek-cewek tapi ia sendiri tidak tahu sejauh mana kepopulerannya.
"Ya..terlalu populer,"sahut Maiko."Ibarat kamu adalah seorang pangeran dan kami adalah rakyat jelata."
Benedict tergelak mendengar perumpamaan yang dilontarkan Maiko.Ryu dan Oliver sempat menoleh namun hanya sebentar dan kembali melanjutkan obrolan mereka.
"Kamu lucu tahu nggak?"Benedict masih tergelak."Mungkin itu isi komik yang selalu kamu gambar saat pelajaran berlangsung.Benar kan tebakanku?"
Maiko tercekat.Bagaimana Benedict tahu?
"Kamu juga populer dikalangan cowok dikelas kita kok,"ungkap Benedict kemudian."Gadis Jepang yang tersesat sedang menggambar komik saat pelajaran Biologi.Itu julukanmu.Kepanjangan ya?"
Maiko ternganga.Peristiwa saat dia dimarahi Mister Simon kembali terulang dikepalanya.
"Apaan sih?Masa aku dibilang gadis Jepang tersesat?"Maiko tampak sewot.
Sementara Benedict kembali melepaskan tawanya melihat ekspresi Maiko.
"Beneran kok,mereka bilang begitu,"ucap Benedict meyakinkan."Tapi kamu terlalu menutup diri Mai.Kamu terlalu pendiam dikelas.Padahal kamu orang yang menyenangkan untuk diajak ngobrol."
Maiko terdiam mendengar ucapan Benedict.
"Oh iya,"sambung Benedict kemudian.Maiko pasti tidak nyaman dengan bahan obrolannya tadi."Kamu mau makan sesuatu?Aku bisa masak spaghetti lho,"tawar Benedict akrab.
"Boleh,"sahut Maiko cepat.
"Tunggu lima belas menit dan spaghetti special ala chef Benedict akan siap...!"
Maiko tersenyum melihat tingkah lucu Benedict.

#####

Maiko membenamkan wajahnya ke meja.Huh..
Sesosok gambar manga mirip Oliver telah diselesaikannya dengan cepat.Mirip Oliver atau Benedict sih?Keduanya begitu mirip kalau dituang kedalam gambar manga.
Bodoh...gerutu Maiko.Bahkan ia sempat menggambar sepiring spagetti ditangan sosok Oliver atau Benedict itu.
Maiko mengangkat wajahnya dan mengamati hasil karyanya kembali.Ia memicingkan mata sembari membayangkan wajah Oliver.Pasti wajah Oliver yang mirip dengan gambarnya.Tapi spaghetti itu...
Tidak,gumam Maiko.Maiko tahu betul spaghetti itu milik siapa.
Siapa yang memasak spaghetti itu sangat jelas orangnya.Bagaimana ia dan Benedict makan berdua di teras rumah Benedict kemarin sore.
Maiko dan Benedict bahkan bercanda habis-habisan seperti dua orang yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa.Bagaimana mungkin mereka bisa bersikap seakrab itu sementara mereka tak pernah bertegur sapa sekalipun dikelas.
Bagaimana bisa?
"Ini aku kan?"
Buku gambar ditangan Maiko telah berpindah ketangan Benedict tiba-tiba.
Cowok itu seperti punya bakat untuk mencopet rupanya.Dan Maiko tak sempat mencegah perbuatan Benedict.
"Wow ini bagus banget Mai,"puji Benedict dengan wajah berbinar."Kamu memang sangat berbakat Mai!Thanks ya,"
Benedict kabur membawa buku gambar milik Maiko.Huh sial...
Kenapa tadi mesti menggambar Benedict segala?sesalnya.
"Kamu ada hubungan apa dengan Ben?"
Deg!
Prilly telah berdiri didepan Maiko dengan wajah masam.Matanya memancarkan sinar penuh kecurigaan.
Maiko tak menyahut.
Prilly tampak geram melihat sikap Maiko yang pasif.Benedict sekalipun tak pernah ngobrol dengan Maiko.
"Kamu menyukai Benedict kan?"tanya Prilly dengan sorot mata tajam.
Rupanya tadi Prilly sempat mengetahui insiden kecil buku gambar milik Maiko.
Tapi untuk kali ini Maiko selamat.Bel berbunyi dan beberapa menit kemudian Mister Simon masuk kelas.

#####

Ya ampun!pekik Maiko dan Benedict nyaris bersamaan.
Didepan pintu gerbang sekolah,terjadi kehebohan luar biasa.Ryu dan Oliver dikerubuti cewek-cewek berseragam abu-abu putih.Seolah mereka artis k-pop yang baru saja selesai operasi plastik.
Duh,padahal mereka bukan siapa-siapa.Tapi cewek-cewek itu bersikap terlalu berlebihan.Bahkan ada yang minta foto bareng-lah,selfie-lah...
"Kita bisa terkenal bro,"bisik Ryu pada Oliver.Senyum tipis menghiasi bibirnya.Membuat Maiko muak.
Benedict mengajak Maiko mendekat dan membubarkan kerumunan aneh itu.
"Kalian apa-apaan sih?"protes Oliver."Baru mau terkenal sudah ada yang sewot."
"Kak Ryu juga,"sahut Maiko kesal."Bikin malu tahu nggak,"ucapnya dengan wajah cemberut.
"Habisnya kita terlalu tampan sih,iya kan Ver,"cetus Ryu sembari menyenggol pundak Oliver.Dan keduanya terbahak bersama.
"Sebaiknya kita pergi dari sini,"saran Benedict kemudian.
"Oke,"sahut Oliver cepat."Kita ke resto yang dekat dari sini."
Mereka sepakat.

#####

Membuka restoran Jepang?
Maiko tak bereaksi.Oliver dan Ryu tampaknya telah sepakat untuk membuka restoran Jepang bersama.
"Kamu setuju Mai?"tegur Ryu sembari menatap adiknya yang sedang tertunduk memainkan sedotan minumnya.
"Maiko..."Benedict mengucapkan nama gadis didepannya.Karena Maiko seperti tak mendengar pertanyaan Ryu.Entah apa yang membuatnya melamun.
"Hah?"Maiko tergagap.
"Ternyata adikmu manis juga ya,"celutuk Oliver mencairkan suasana.
"Tapi aku nggak akan membiarkan kamu menggodanya,"balas Ryu sembari menyikut Oliver.Cowok itu terbahak.
"Gimana Mai?"ulang Ryu kemudian.
Maiko terdiam beberapa saat.
"Terserah kakak..."
"Kalau kamu nggak setuju aku nggak akan..."
"Kan aku sudah bilang terserah kakak,"potong Maiko cepat.Disertai nada tinggi.
Ryu,Oliver,dan terutama Benedict kaget melihat reaksi Maiko.Ada apa dengannya?
"Mai..."Ryu menyentuh punggung tangan adiknya.Ia sedikit bisa meraba perasaan Maiko.
Benedict ingin bertanya apa Maiko baik-baik saja.Tapi hatinya melarang.Mungkin bukan saat yang tepat untuk bertanya.
"Aku ingin pulang Kak,"ucap Maiko sejurus kemudian.
Ryu menghela nafas.
"Baiklah,"sahutnya kemudian."Guys,kami cabut dulu ya,"pamit Ryu kepada Oliver dan Benedict.
"Kita bareng aja,"sambut Oliver cepat."Ben,kamu yang nyetir,"Oliver melempar kunci mobil kearah Benedict.
"Ok,"sahut Benedict sembari menyambar kunci dengan sigap.


To be continued....






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar