Senin, 27 Januari 2014

BALINESE GUIDE


Akhirnya Tiara menemukan sebaris namanya tertulis pada sebuah papan yang dibawa oleh seseorang yang sedianya menjemputnya di bandara Ngurah Rai. Gadis itu bergegas melambaikan tangannya sembari melangkah menuju kearah seorang cowok berpakaian adat Bali yang sedang menunggunya diantara para penjemput.
"Beauty Bali Resort?"tanya Tiara pada cowok yang sedang membawa papan bertuliskan namanya.
"Tiara Maharani?"cowok itu balas bertanya setelah mengiyakan pertanyaan Tiara.
"Hm,"angguknya seraya tersenyum.
"Perkenalkan nama saya Arya,"ucap cowok itu memperkenalkan diri dalam logat khas Bali."Mbak Tiara mau ke resort sekarang?"tawarnya kemudian.
Tiara menyetujui permintaan guidenya untuk langsung diantar ke resort yang telah dibookingnya melalui internet. Penjemputan ke bandara dan guide itu juga termasuk fasilitas dari resort yang sedang dituju Tiara. Lumayanlah, daripada bepergian sendiri di tempat wisata seluas ini. Lagipula ini adalah perjalanan pertama Tiara ke Bali.
"Tempatnya masih jauh Bli?"tanya Tiara seraya menatap kearah Arya yang sedang menyetir mobil.
Guide itu mengembangkan senyumnya yang hangat.
"Masih sejam lagi Mbak,"sahutnya ramah.
"Ohhh..."Tiara manggut-manggut. Pandangannya kembali dilempar keluar jendela. Kearah rumah-rumah penduduk yang sangat khas dengan suasana Bali. Juga pura-pura kecil yang berdiri ditiap sudut halaman rumah penduduk.
"Penduduk Bali selalu melakukan pemujaan tiap pagi dan sore. Mereka meletakkan sesaji di pura kecil yang dibangun di sudut halaman rumah. Itulah kenapa mereka membangun pura kecil disudut halaman rumah,"tutur Arya menjelaskan. Sepertinya cowok itu tahu apa yang sedang dipertanyakan gadis disebelahnya.
"Jadi begitu?"gumam Tiara. "Kupikir penduduk Bali sangat teguh menganut keyakinannya."
"Benar,"sahut Arya. "Mbak Tiara sudah pernah kesini sebelumnya?"tanya cowok itu ramah.
"Belum,"geleng Tiara. "Ini pertama kalinya aku kesini. Oh ya, jangan panggil aku Mbak dong, panggil aja namaku,"ucap Tiara kemudian.
Cowok itu tersenyum.
"Kalau begitu jangan panggil aku Bli, panggil saja Arya,"balas Arya.
Tiara tertawa kecil. Cowok itu manis juga, batin Tiara seraya melirik cowok disampingnya.
Mendadak tawanya terhenti karena ponselnya berdering menghentikan percakapan mereka. Sial, batinnya. Kenapa papa mesti meneleponnya disaat seperti ini?
"Ya Pap,"ucap Tiara membuka pembicaraan di telepon.
"Tiara nggak kabur Pap,"ucap Tiara lagi. "Tiara lagi ada di Bali..... Sendirian......Papa nggak usah khawatir. Tiara bisa jaga diri kok......Iya...iya...."
Gadis itu menutup telepon dengan kesal. Tampak sekali jika ia tidak senang mendapat telepon dari papanya.
Sementara Arya yang mendengar pembicaraan Tiara sama sekali tak berani bertanya. Menolehpun tidak. Takut menyinggung perasaan gadis itu.
Setelah sampai di Beauty Bali Resort, Arya segera mengantar tamunya pergi kekamarnya. Ia bertugas membawakan tas dan koper Tiara yang lumayan berat jika dibawa sendiri oleh gadis itu.
"Jika ada sesuatu yang Mbak Tiara butuhkan, bisa menghubungi saya atau petugas resort,"ucap Arya sebelum berpamitan.
"Jangan panggil aku Mbak dong..."keluh Tiara mengingatkan sang guide.
Arya tertawa kecil. Menyadari kekeliruannya.
"Maaf..."ucapnya sungkan.
"Thanks ya untuk hari ini,"ucap Tiara. Gadis itu merogoh sakunya dan mengambil selembar uang seratus ribuan dari sana untuk diserahkan pada guide itu sebagai uang tip.
"Nggak usah,"tolak Arya spontan membuat Tiara kaget. "Kami dilarang menerima uang tip dari tamu,"jelas Arya.
"Tapi nggak ada yang tahu kan, kalau aku ngasih kamu tip......"
"Maaf, saya nggak bisa menerimanya. Saya pergi dulu,"pamit Arya sopan,
Duuh nih cowok, batin Tiara heran. Kenapa ada orang seperti itu? Toh tidak ada yang tahu jika ia memberi cowok itu uang tip. Lagipula apa benar resort ini melarang karyawannya menerima uang tip? Peraturan macam apa itu?

@@@@@

Kuta tak begitu ramai. Mungkin karena bukan musim liburan, lagipula masih belum terlalu siang.
Tiara membidikkan kamera ponselnya beberapa kali ke arah pantai. Juga kearah wisatawan asing yang tampak berjalan disekitar pantai. Para pemain surfing juga tak luput dari bidikan kamera ponselnya.
Dimana guide pribadi Tiara?
"Arya!"teriak Tiara seraya melambaikan tangannya pada cowok berpakaian adat Bali yang sedang berbincang dengan beberapa wisatawan asing.
"Ya!"sahut Arya buru-buru pamit dan langsung berlari ke arah Tiara.
"Kamu ini guide siapa sih?"keluh Tiara kesal. Gadis itu memperlihatkan sikap sewot pada guide muda itu.
"Maaf, tadi mereka nanya tempat wisata didekat sini..."jelas Arya.
"Ya udah, sekarang kamu ambil fotoku,"ucap Tiara sambil menyerahkan ponsel miliknya pada Arya. "Yang bagus ya!"seru gadis itu.
Tiara berpose didepan kamera ponsel yang digenggam Arya. Cowok itu mengambil foto Tiara beberapa kali sampai akhirnya gadis itu menyuruhnya untuk berhenti.
"Setelah ini kita kemana?"tanya Tiara usai sesi pemotretan. Gadis itu tampak puas dengan hasil jepretan Arya.
"Ke tanah Lot. Bukannya kamu ingin sekali kesana?"ucap Arya mengingatkan. Tiara memang mengatakan ingin kesana sebelum mereka tiba di pantai Kuta tadi pagi.
"Ok,"sahut Tiara riang.
Mereka bergegas meninggalkan pantai Kuta sesuai jadwal yang telah diajukan Arya. Agar mereka tiba tepat waktu di tanah Lot.
"Disana ada sebuah mata air yang konon jika kita membasuh muka dengan air itu, maka kita akan terlihat awet muda,"papar Arya sambil memegang kemudi.
Namun Tiara tertawa kecil mendengar penuturan cowok itu.
"Kamu percaya dengan hal-hal seperti itu?"tanya Tiara masih dengan senyum terulas di bibirnya.
"Masyarakat disini sangat mempercayai hal-hal seperti itu,"ulas Arya. Ia sendiri malah tidak mengutarakan pendapatnya.
"Hal-hal seperti itu kan hanya mitos,"sahut Tiara.
Ditanggapi senyum oleh Arya.
Tiara mengambil sepotong biskuit dari atas dashboard mobil lantas mengunyahnya. Sarapan paginya mungkin sudah habis untuk berkeliling di sekitar pantai Kuta tadi.
"Kamu sudah lama menjadi guide?"tanya Tiara beberapa saat setelah menelan makanannya.
"Belum lama,"sahut Arya sambil tersenyum. Menunjukkan sikap ramah sebagai seorang guide.
"Kamu asli orang Bali?"cecar Tiara lagi.
"Almarhumah ibuku orang Bali,"ungkap Arya.
"Oh maaf, aku nggak tahu kalau...."
"Nggak pa pa,"potong Arya cepat. Lagi-lagi ia memamerkan senyum manisnya.
"Apa kamu sudah menikah?"desak Tiara penasaran. Rasa ingin tahu gadis itu sangat besar.
Arya tertawa renyah mendengar pertanyaan Tiara.
"Belum. Mana ada yang mau menikah dengan orang sepertiku,"ujar Arya merendah. Padahal tampang cowok itu lumayan ganteng, sikapnya ramah dan hangat. Cowok sederhana yang supel. Pasti banyak yang menyukai pribadi sepertinya, batin Tiara.
"Kamu punya pacar?"sekali lagi Tiara mengorek keterangan tentang kehidupan pribadi guidenya.
"Nggak,"sahut cowok itu polos.
Tiara manggut-manggut. Lantas menyimpulkan jika orang seperti Arya adalah pribadi pekerja keras. Mungkin saja ia punya adik-adik kecil yang membutuhkan biaya sekolah dan Arya ingin membantu keluarganya. Bukankah banyak orang-orang seperti itu?

@@@@@

Tiara mematut dirinya didepan cermin. Make up-nya sudah sempurna. Tinggal menunggu Arya menjemputnya.
Pagi ini mereka telah berencana pergi ke Denpasar untuk melihat pertunjukan tari Barong sekaligus berbelanja.
Karena besok Tiara harus pulang ke Jakarta sesuai janjinya, kalau tidak papa bisa memarahinya habis-habisan.
"Lho, Arya mana?"Tiara kaget saat membuka pintu kamarnya. Harusnya Arya yang datang, tapi malah orang lain yang datang.
"Saya yang bertugas mengantar Mbak Tiara ke Denpasar hari ini,"ucap laki-laki itu.
"Iya, tapi mana Arya. Dia sudah berjanji mengantarku ke Denpasar,"gadis itu masih ngotot mencari guide pribadinya.
"Saya disuruh menggantikan Pak Arya. Karena dia sedang ada urusan di luar kota,"jelasnya kemudian.
"Pak Arya?"gumam Tiara bingung. Bahkan laki-laki dihadapannya lebih tua ketimbang Arya. Tapi ia menyebut nama Arya dengan embel-embel "pak".
"Memang siapa dia? Kenapa Bapak menyebutnya pak Arya?'tanya Tiara lebih lanjut. Terdesak rasa penasaran teramat sangat.
"Dia pemilik resort ini. Apa Pak Arya tidak bilang?"
Tiara tersentak. Kaget mendengar fakta yang baru saja diungkap laki-laki yang ternyata adalah bawahan Arya.
"Saya dengar Pak Arya akan menikah. Saya sendiri juga tidak yakin. Tapi gosip yang beredar di resort seperti itu,"jelas laki-laki itu membuat Tiara berlipat keterkejutannya.
Gadis itu merasa telah dibodohi oleh sikap polos Arya. Pantas saja cowok itu menolak saat Tiara memberikannya uang tip. Penampilannya yang sederhana telah menipu mata Tiara. Cowok itu pandai berakting.
Gadis itu merasa jengkel pada guide pribadinya itu. Dasar penipu! jeritnya tersendat.
"Kita berangkat sekarang Mbak?"tegur laki-laki itu menyadarkan lamunan Tiara.
"Ya, ya,"sahut Tiara seperti robot. Ia sudah membayar mahal untuk paket wisata yang ditawarkan resort itu. Tidak mungkin ia membatalkannya hanya karena seorang penipu seperti Arya.
Huh, jika saja ia bertemu dengan Arya pasti Tiara akan menghajarnya habis-habisan.


@@@@@

Tiara meletakkan kantung-kantung belanjaannya diatas lantai begitu ia sampai di kamar. Perjalanannya ke Denpasar hari ini tak seindah yang ia rencanakan sebelumnya. Meski nalurinya untuk berbelanja telah terpenuhi, tapi tetap saja kurang lengkap tanpa guide muda itu.
Gadis itu terloncat kaget saat pintu kamarnya diketuk dari luar. Uh, padahal ia nyaris terlelap...
Tiara bergegas membuka pintu kamarnya. Barangkali saja layanan makan malam telah datang, pikirnya.
Arya?!
Gadis itu terperangah mendapati guide pujaannya itu telah berdiri didepan pintu.
Ada apa? batinnya gusar. Bukankah tadi ada yang bilang jika Arya sedang pergi keluar kota mungkin saja untuk mengurus pernikahannya. Tapi kok.......
"Sorry, aku tadi ada urusan mendadak, jadi nggak bisa mengantarmu ke Denpasar,"ucap Arya secepat mungkin sebelum Tiara sempat bertanya. "Bagaimana perjalanannya? Menyenangkan?"
"Ah, iya..."sahut Tiara tergagap. "Sangat menyenangkan,"ucapnya datar.
"Sepertinya kamu sangat lelah,"ucap Arya seraya mengamati raut wajah gadis dihadapannya.
"Nggak juga,"balas Tiara kaku. "Oh ya, aku dengar kamu adalah pemilik resort ini. Kenapa kamu nggak bilang sejak awal?"tanya Tiara sembari mengamati wajah cowok itu lamat-lamat.
"Oh..."cowok itu tersenyum kaku. Mungkin karena rahasianya telah terbongkar.
"Jadi berita itu benar?"tanya Tiara tak sabar.
"Sebenarnya aku nggak bermaksud begitu. Aku senang menjadi guide dan aku sangat menikmati pekerjaan itu,"ulasnya tenang.
Tiara tersenyum pahit.
"Dan aku merasa telah dibodohi olehmu, tahu nggak?"ucap Tiara kesal. "Pantas saja kamu menolak uang tip dariku saat itu. Kalau saja aku tahu kamu pemilik resort ini, aku juga nggak akan memberimu uang tip. Dasar penipu,"maki Tiara terang-terangan.
"Maafkan aku,"ucap Arya cepat. "Aku nggak ingin tamu ditempatku merasa dikecewakan seperti ini. Sekali lagi maaf,"ucapnya menyesal.
Tiara menghela nafas panjang. Apa gunanya marah pada orang asing seperti ini, batinnya kemudian. Toh besok ia juga akan pulang ke Jakarta dan tidak akan bertemu lagi dengan cowok itu.
"Baiklah,"ucap Tiara sejurus kemudian. "Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat. Traktir aku makan malam. Bagaimana?"tawar Tiara membuka negosiasi.
"Aku setuju,"sahut Arya. "Satu jam lagi aku akan kesini menjemputmu."

@@@@@

Tiara sangat menikmati menu makan malamnya, steak dengan kentang goreng. Sembari menikmati suasana pantai dimalam hari. Berkesan romantis andai saja ia menikmati suasana itu dengan orang yang istimewa.
"Aku dengar kamu akan menikah,"ucap Tiara membuka obrolan. Seperti pada teman lama.
Arya mengerutkan kening.
"Apa ada yang memberitahumu?"balas Arya bertanya.
"Sayangnya iya,"sahut Tiara. "Apa benar kamu akan menikah? Bukannya kamu bilang nggak punya pacar?"desak gadis itu. Penasaran seperti biasa.
Arya tersenyum. Pasti ada salah satu karyawan resort yang membocorkan rahasia ini.
"Apa kamu keberatan menceritakannya padaku?"tanya Tiara melihat kebimbangan yang terlukis diwajah cowok itu. "Ataukah itu salah satu kebohongan lain yang belum kamu ceritakan?"
"Bukan begitu. Hanya saja..."
"Aku akan pulang besok. Dan mungkin kita nggak akan bertemu lagi. Malam ini anggap saja aku teman lama yang nggak pernah kamu temui,"ucap Tiara dengan maksud ingin memaksa cowok itu buka mulut. Tapi ia menggunakan kalimat yang halus.
Arya tersenyum. Gadis itu pandai merayu, batinnya.
"Sebenarnya aku dijodohkan,"tandas Arya berterus terang. Ia agak malu mengungkapkan perihal itu, tapi tak apalah.
"Dijodohkan?"seru Tiara setengah terkejut.
"Iya,"sahut Arya. "Sebenarnya aku nggak setuju dengan hal seperti itu, tapi aku nggak bisa menolak. Aku nggak mau menjadi anak durhaka karena menentang orang tua."
"Kasihan,"gumam Tiara iba. "Jadi kamu nggak mencintai gadis itu dong?"tanya Tiara.
Arya menggeleng.
"Bahkan aku belum bertemu dengannya,"ungkap Arya.
"Hah? Benarkah?"sela Tiara dengan mata melotot.
Arya menghela nafas panjang. Cowok itu hendak bertutur sesuatu pada Tiara.
"Aku pernah jatuh cinta pada seorang gadis,"ucap Arya memulai penuturannya. "Dia adalah gadis Bali. Aku membayangkan saat masih muda pasti ibuku mirip dengannya. Aku mengenalnya saat berkunjung pertama kali kesini. Kami pacaran beberapa bulan lamanya. Namun pada suatu saat dia mengatakan padaku dia akan menikah. Dia sama sepertiku.Dia dijodohkan oleh orang tuanya. Bagi masyarakat Bali pantang untuk menentang kehendak orang tua."
"Kalian berpisah sejak saat itu?"sela Tiara.
"Kami memutuskan untuk saling melupakan. Tapi bagaimanapun aku mencoba untuk melupakannya, aku nggak bisa. Setiap saat aku selalu teringat dia. Karena itulah aku membangun resort ini. Agar aku selalu merasa dekat dengannya,"papar cowok itu lagi.
"Kamu masih mencintainya sampai sekarang?"
Arya mengiyakan pertanyaan Tiara.
"Aku mencintainya sampai kapanpun,"tandas Arya tegas. "Aku hanya jatuh cinta padanya dan hanya mencintainya. Meski aku menikah dengan gadis lain."
"Benarkah?"tanya Tiara ragu. "Bukankah kita nggak bisa hidup hanya dengan satu cinta saja?"
"Mungkin bagi orang lain seperti itu, tapi bagiku nggak."
"Kalau begitu kasihan dong gadis yang kelak jadi istrimu,"sela Tiara.
"Cinta bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan."
Tiara mengerti.

@@@@@

Tiara baru saja tiba dari bandara beberapa menit yang lalu. Tapi papanya telah bersiap memberondongnya dengan setumpuk omelan.
"Kapan kamu akan bersikap dewasa?"sambut papa Tiara memojokkan gadis itu. Padahal Tiara baru saja membuka pintu kamarnya.
Tiara hanya mendesah menanggapi ocehan papanya. Toh percuma membalas omelan papa. Lagipula ia sendiri capek dan tidak punya energi lebih untuk berdebat dengan papanya.
"Apa setiap patah hati, kamu akan kabur seperti itu?"lanjut papanya. Masih mengomel.
"Lagian papa nggak pernah mengajak Tiara liburan,"gumam Tiara sewot.
"Kamu kan tahu papa sangat sibuk,"sahut papa Tiara. "Oh ya, besok malam kita akan kedatangan tamu dari jauh. Jadi kamu harus bersiap-siap."
"Tamu siapa?"tanya Tiara terkejut.
"Calon besan papa."
"Besan? Memang siapa yang akan menikah?"tanya Tiara polos.
"Ya kamu. Memang siapa lagi anak papa?"
"Apa?"sahut gadis itu ternganga.
"Kenapa? Bukankah selama ini kamu selalu dikecewakan terus. Itu tandanya kamu nggak bisa mencari calon suami sendiri. Maka dari itu papa berinisiatif menjodohkanmu dengan anak teman papa,"ujar papa Tiara memberitahu.
"Tapi pap...."
"Kamu nggak usah khawatir, calon yang papa pilihkan adalah orang yang baik,"tegas papa Tiara seraya berlalu dari kamar Tiara.
Uh... keluh Tiara. Semua ini pasti karena Arya. Karena dialah Tiara jadi ketularan dijodohkan. Tapi bukan Arya-kan orang yang akan dijodohkan dengannya?
Semoga saja pilihan papa benar, batin Tiara kemudian. Tidak seperti mantan-mantan kekasihnya yang terdahulu. Yang selalu mencampakkan Tiara begitu saja...

@@@@@

Tiara telah bersiap-siap. Namun gadis itu belum juga keluar dari kamarnya meski papanya telah menyuruhnya untuk turun.
Entah apa yang mengganggu pikirannya saat ini. Mungkin ia masih enggan untuk menemui tamunya.
"Tiara!"seruan papa Tiara membuat gadis itu kaget. "Kok belum turun juga? Tamunya sudah datang tuh..."
"Iya pap,"sahut Tiara tergagap. "Tiara akan turun sebentar lagi."
"Jangan lama-lama,"pesan papa Tiara hendak bergegas keluar dari kamar putrinya. "Kamu harus segera turun dan menemui Arya secepatnya. Jangan biarkan dia menunggumu terlalu lama."
Tiara tersentak kaget mendengar papanya menyebut sebuah nama. Arya? Benarkah papanya menyebut nama itu barusan?
Gadis itu bergegas menyusul langkah papanya turun ke ruang tamu. Dengan rasa penasaran luar biasa. Jangan-jangan Arya si guide Bali itu yang akan menjadi calon suaminya.
Dan langkahnya terhenti begitu sampai di ruang tamu.
"Tiara, ini Arya. Dia yang akan menjadi calon suamimu kelak..."
Papa memperkenalkan seorang cowok dihadapannya sebagai calon suami Tiara.
Dan gadis itu terperangah menatap seorang cowok yang konon akan menjadi suaminya kelak.
Oh Tuhan....
Ternyata dia bukan Arya si guide Bali itu. Untung saja, batin Tiara lega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar