Minggu, 13 Januari 2013

CINDERELLA JATUH CINTA


Laki-laki itu berdiri tegak.Terpaku beberapa jengkal dari tempatku berdiri. Ia diam, namun matanya lurus menatap ke arahku.Tanpa kalimat. Seolah hanya ingin memandangku tanpa ingin bertanya sesuatu.Tentang kabar sekalipun. Akupun sama takjubnya dengan laki-laki itu.Seperti terjebak di dalam lubang mimpi.Rasanya masih seperti kemarin, aku melihat sosoknya terakhir kali.Padahal lima tahun telah berlalu semenjak saat itu. Kami pernah bersama selama beberapa rentang waktu. Kami saling mencintai kala itu. Namun kami sama-sama punya ego yang tangguh. Dan karena ego itulah kami memulai perdebatan dan mengakhirinya dengan perpisahan. Kurun waktu lima tahun tampaknya telah mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih dewasa. Itulah yang bisa ku tangkap dari sorot matanya tatkala menatapku. Mungkin ego itu juga telah luruh dari hatinya. Ia tampak sedikit kurus, dan garis wajahnya juga tampak lebih tajam. Tapi ia tampak sehat dan baik-baik saja. Entah bagaimana hatinya sekarang. Apa ia sudah menemukan tambatan hatinya? '' Apa kabar Mey?'' sapanya datar. Mungkin ia sedikit takut untuk mengembangkan senyum. '' Baik.''jawabku lirih. Aku tidak tahu bagaimana menyambung pembicaraan ini agar lebih luwes lagi. Padahal dulu kami sering berdebat panjang lebar tentang suatu masalah. Tapi rasanya tidak mungkin mengulangi perdebatan kecil semacam itu. Entah mengapa suasana menjadi sekaku ini. Apa karena lima tahun berpisah membuat kami kehilangan chemistry itu? Sesungguhnya aku ingin sekali bertanya tentang kehidupannya selama ini. Tapi aku sama sekali tak punya keberanian. Aku takut akan menyinggung perasaanya. Mungkin juga aku takut akan melukai perasaanku sendiri. '' Mey!!'' Teriakan itu membuatku tercekat dan memaksaku membalikkan tubuh seketika. Sosok laki-laki lain telah hadir di hadapanku. Ia tampak tergesa berlari ke arahku. Dan aku tak berani untuk membalikkan tubuh untuk menatap sosok laki-laki di belakang punggungku. Sosok mantan kekasihku.... ''Sorry Mey,'' ucapnya. '' Udah lama nunggu?'' Aku menggeleng dan bergegas menyusul langkahnya menuju ke tempat parkir mobil. Tanpa menoleh lagi ke belakang, dimana sosok dari masa laluku masih berdiri disana. Padahal aku belum bertanya sesuatupun padanya. ######## Bayangan-bayangan masa lalu itu kembali mengusik pikiranku. Padahal kenangan bersama laki-laki itu telah ku kubur semenjak lima tahun lalu. Namun perlahan timbul kembali semenjak pertemuan tanpa sengaja kami siang tadi di depan supermarket. Masihkah aku mencintainya ? Hanya pertanyaan itu yang terus menerus berputar di kepalaku semenjak tadi. Setelah aku melihat sosoknya hadir kembali dalam hidupku. Sementara sekarang aku telah dimiliki oleh orang lain. Penyesalankah ini ? Aku tak mampu menemukan jawaban atas pertanyaanku sendiri. Lantas siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini , jika bukan hatiku sendiri. Lamunanku pecah. Suara langkah kaki membuatku bergegas mengemasi lamunan. Aku menoleh dan mendapati Rendy telah berdiri di sampingku. '' Kamu sedang mikirin dia ?'' tegurnya. Entah menyindir atau menebak. Namun cukup menyinggung perasaanku. '' Maksudmu apa?'' tanyaku datar. Tak ingin memancing perdebatan sekecil apapun. '' Jadi benar apa yang orang-orang katakan tentang kamu?'' Aku mengernyitkan dahi. Tak mengerti arah pembicaraan Rendy. ''Bahwa kamu tidak pernah mencintaiku.'' Lanjut Rendy lagi. '' Bahwa kamu menikah denganku hanya demi hartaku saja. Benarkan Mey, kamu cuma Cinderella ?'' Cinderella? batinku geram.Laki-laki itu menyebutku sebagai Cinderella yang mengharapkan kekayaan belaka.Kenapa dia bisa melontarkan ucapan sekasar itu padaku? ''Sampai sekarangpun kamu belum bisa melupakan laki-laki itu. Oh, atau mungkin kamu menyesal dengan pernikahan kita?'' desaknya lagi. Ingin memojokkan posisiku. '' Cukup!'' aku berteriak lantang. Aku sudah tidak tahan mendengar olok-olokannya yang menurutku sudah keterlaluan. ''Orang tuaku memang miskin.'' tandasku. '' Kami tidak punya apa-apa untuk di banggakan. Kami makan seadanya dan tidak punya uang lebih untuk membeli barang-barang mewah sepertimu. Maka dari itui aku mau menikah denganmu, karena kamu kaya. Sekarang kamu puas ?!'' ucapku geram. Dengan nada tinggi pula. Tanpa menunggu jawaban Rendy, aku bergegas berlalu dari hadapannya. Emosiku sudah meledak. Aku tidak akan berkata apa-apa lagi hanya untuk membela diri. Toh dia tidak akan percaya pada apa yang aku ucapkan. Kekecewaan didalam dadaku sudah bertumpuk dan membuatnya sesak ketika aku bernafas. Meski aku tidak ingin menumpahkan cairan apapun dari mataku , tetap saja air mata cengeng itu mengalir juga dari sana. Sialan. Kenapa aku menjadi selemah ini? ####### Petang sudah tampak meremang. Sebentar lagi malam menjelang. Menutupi seisi kota dengan kegelapan. Bus yang ku tumpangi perlahan meluncur keluar dari terminal kota. Aku merebahkan kepalaku ke atas sandaran kursi sembari melemparkan pandangan keluar kaca jendela. Meski hanya pemandangan lampu-lampu yang ku dapati disana, tapi cukup untuk menghibur hatiku yang tengah dilanda kegalauan. Aku pergi diam-diam. Bukan. Mungkin lebih tepatnya kabur. Entah apa yang kupikirkan saat itu. Namun akhirnya jalan pintas itu yang kuambil. Meski bukan jalan penyelesaian yang sebenarnya, tapi ini mungkin yang paling bisa menenangkan pikiranku. Aku tidak tahu kemana bus ini akan menuju. Aku tidak melihat jurusan yang tertulis di papan tadi saat naik kendaraan ini. Aku hanya ingin merenung dan menelaah kembali pikiranku. Juga anggapan Rendy tentang diriku. Benarkah aku seperti yang dituduhkannya . Aku adalah Cinderella, seorang gadis miskin yang pada akhirnya bisa menikahi seorang pangeran. Namun terselip materialisme dihatiku. Benarkah aku orang seperti itu? Aku tidak tahu menahu. Pikiranku kosong. Bahkan aku tidak membawa apapun dari rumah Rendy. Ponselpun tidak. Aku hanya ingin menghilang dari hidupnya. Bukankah itu yang ia inginkan? Rasa kantuk mulai menyerang mataku perlahan. Tak bisa ku lawan. Aku hanya menyandarkan kepalaku senyaman mungkin lantas memejamkan mata.Aku tertidur setelah itu. ######## Aku baru terbangun saat bus yang ku tumpangi berhenti di sebuah terminal kecil di dekat sebuah kampung nelayan.Aku ikut turun dari atas bus seperti penumpang-penumpang lain lakukan. Meski aku tidak tahu menahu apa yang akan aku lakukan disana. Mungkin aku telah menyesatkan diriku sendiri. Pagi tiba. Matahari baru mengintip dari balik horison pantai. Indah. Pemandangan yang baru ku temui sekali ini. Udara dingin berhembus menembus kulitku. Bahkan jaketpun tak kubawa dari rumah. Para nelayan baru saja pulang dari melaut. Mereka tampak membawa hasil tangkapan kepada para tengkulak yang telah siap membeli hasil laut para nelayan itu. Aroma amis tersebar kemana-mana. Mengusik hidungku yang sensitif. Pemandangan matahari terbit yang kulihat dari tempat itu juga sangat indah. Membuatku sejenak lupa akan semua masalah yang dua hari ini datang bertubi-tubi dalam hidupku. Rasanya aku akan cocok tinggal di tempat ini, batinku. '' Apa yang sedang kamu lakukan di tempat seperti ini?'' Aku menoleh tatkala suara yang tak asing itu menyapa telingaku. Oh Tuhan!pekikku begitu tahu Rendy telah ada disampingku. Bagaimana dia bisa sampai di tempat ini? batinku heran. ''Aku mengikutimu dari rumah,'' ungkapnya. Tampaknya ia bisa membaca tanda tanya dimataku tentang keberadaannya ditempat ini. Aku membuang pandangan dari wajahnya. Jujur, aku masih merasa kecewa dengan ucapannya beberapa waktu yang lalu. ''Kenapa ?'' tanyaku kemudian. '' Kenapa mengikutiku ?'' '' Mey...'' ia mendekat dan meraih genggaman tanganku. Namun aku segera menepisnya. '' Aku minta maaf atas ucapanku kemarin,''' Aku tersenyum pahit mendengar permintaan maafnya. Beginikah sifat pribadinya ? Memojokkanku lantas meminta maaf seolah semua ini hanya sandiwara belaka. '' Apa yang kamu harap dari seorang Cinderella sepertiku ?'' tanyaku dengan nada sinis. '' Apa kamu tidak takut aku menghabiskan seluruh kekayaanmu ?'' Rendy menggeleng. '' Aku lebih takut kehilanganmu, Mey,'' tandasnya. Tanpa keraguan sedikitpun. Rayuan apa yang sedang ia lontarkan padaku ? Agar aku kembali padanya setelah ia menuduhkan macam-macam terhadapku ? Dan ia berharap aku percaya padanya. '' Apa kamu setakut itu kehilanganku ?'' pancingku dilandasi rasa tak percaya. '' Ya.'' sahutnya singkat. Kenapa mencintaiku sedalam itu ? batinku. Entah kenapa aku menjadi merasa sangat sedih begitu memikirkan laki-laki yang kini berdiri di hadapanku. Aku pernah tidak mencintainya. Bahkan mempermainkan perasaannya. Aku memang Cinderella seperti ucapan orang-orang.Aku pernah berpikir menikahinya atas dasar materialistis. Namun begitu aku jauh melihat kedalam matanya, aku baru menyadari apa yang telah kurajut selama dua bulan bersamanya. Meski tanpa kusadari. aku benar-benar merajut sebuah perasaan bernama cinta untuknya. Aku ingin sekali mengingkari perasaanku sendiri. Tapi tidak bisa. Terlebih saat aku melihat ke dasar telaga bening miliknya. Aku merasa semakin tenggelam kedalam nya. Aku jatuh cinta padanya.... Sebutir bening cairan keluar dari mataku. Entah karena alasan apa. Namun yang aku tahu, aku juga tak ingin kehilangan dirinya. '' Kenapa menangis ?''sentak Rendy mengejutkanku. Aku menggeleng perlahan seraya buru-buru mengusap air mataku. '' Kita pulang sekarang?'' tawarnya kemudian. Aku mengangguk kecil. Mengiyakan tawarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar