Senin, 28 Januari 2013

SEBENING CINTA UNTUK DANISA

Danisa tertegun seraya bersandar pada tembok belakang sekolah. Matanya menerawang kosong kedepan. Sementara itu Indra, teman dekatnya juga ikut-ikutan diam membisu seperti yang Danisa lakukan. Berita tentang penangkapan papa Danisa telah menyebar luas bahkan menjadi headline news di hampir semua surat kabar ibukota. Mereka menuliskan "Seorang wakil rakyat terlibat kasus penggelapan dana...." Danisa sangat terpukul melihat kenyataan. Seorang sosok ayah yang selalu menjadi panutannya selama ini ternyata adalah seorang koruptor!! Padahal ia sangat mengagumi jiwa kepemimpinan papanya, dan karena papanya pula ia bersedia mencalonkan diri sebagai kandidat ketua OSIS di sekolahnya. Tapi apa yang malah diperbuat oleh papanya disaat ia sudah resmi memangku jabatan itu?Papanya telah menghancurkan semunya. Ia telah mencoreng nama baik Danisa. Padahal ada begitu banyak ide dan program-program ekskul yang ingin ia wujudkan . Dan semua siswa yang dulu mati-matian mendukungnya kini berbalik arah menghujatnya. Sanjung puji yang dulu kerap mampir di telinganya kini berubah menjadi cibiran dan cacian. Sorot mata tajam dan penuh penghinaan juga didapatnya dari semua siswa. Hanya Indra-lah satu-satunya orang yang masih bersedia bersimpati padanya. Danisa sangat berterima kasih pada sahabatnya itu.... "Gue akan mundur Ndra..." tandas Danisa lirih. Memecah kebisuan di belakang sekolah. Indra tercekat mendengar keputusan gadis itu. Ia mengenal Danisa hampir dua tahun dan bukan sifat gadis itu untuk menyerah begitu saja. Gadis yang biasa berkuncir kuda itu selalu tangguh dan mandiri, tapi sekarang.......... "Apa lue akan menyerah begitu aja ? Soal bokap lue nggak ada hubungannya dengan lue Nis....." sahut cowok berkaca mata minus itu. " Gue tahu Ndra."potong Danisa cepat. " Tapi lue lihat sendiri kan , gimana tanggapan semua siswa di sekolah kita? Mereka semua memojokkan gue. Dan cepat atau lambat mereka pasti akan menuntut pengunduran diri gue. Jadi, sebelum mereka melakukannya, gue akan mengundurkan diri. Bukankah itu akan lebih terhormat?" tutur Danisa panjang. "Tapi mereka nggak bisa melakukan itu tanpa alasan Nis." ujar Indra mencoba mendebat pernyataan Danisa. Tapi gadis itu malah tersenyum pahit . Ia tahu bahwa sebenarnya Indra hanya ingin membelanya. "Mereka yang milih gue jadi ketua OSIS ,Ndra. Jadi mereka punya hak sepenuhnya untuk membatalkan dukungannya...."tandas Danisa. Indra terdiam untuk beberapa waktu lamanya. Mencoba mencari cara untuk mengubah pemikiran Danisa. " Tapi belum tentu bokap lue terlibat. Belum ada bukti-bukti yang memberatkannya kan?" tanya Indra kemudian. Danisa menggeleng pelan. " Tapi bukti itu pasti akan segera ditemukan , Ndra" ucap Danisa datar. "Maksud lue?" tanya Indra tak mengerti. Alisnya tampak bertaut. "Gue baru sadar... Selama ini keluarga gue hidup dalam kemewahan semenjak ayah jadi wakil rakyat. Bukankah itu salah satu petunjuk?" Indra membisu mendengar pengakuan Danisa. Otaknya berputar. Berpikir........ *********** Mama Danisa terdiam. Matanya tampak basah usai Danisa mengajukan sebaris pertanyaan padanya. "Mama tahu sesuatu kan? Mama tahu jika papa korupsi , tapi kenapa mama diam saja tanpa memperingatkan papa?" desak Danisa memojokkan posisi mamanya. "Cukup Danisa!" teriak mamanya. Ia merasa hilang kesabaran karena terus didesak putrinya."Kamu tahu, apa yang papa lakukan juga demi kamu. Demi pendidikanmu. Tanpa papa melakukan itu kamu tidak akan bisa masuk sekolah elite. Bukankah kelak kamu juga ingin kuliah?"jelas mama Danisa mengungkapkan semuanya. Danisa terhenyak mendengar pengakuan mamanya. Jadi semua yang tertulis di surat kabar itu benar adanya? Papanya adalah seorang koruptor!! Mata Danisa basah. Air mata bening mulai berjatuhan ke atas pipinya. Ia ingin sekali mengingkari apa yang baru saja didengarnya. Tapi semakin ia mencoba, ia semakin tidak bisa menghindari kenyataan. "Danisa nggak ingin sekolah di sekola elite, Ma. Danisa juga nggak ingin kemewahan jika didapat dengan cara seperti itu. Buat Danisa cukup kalian berdua. Karena kebahagiaan nggak semata diperoleh dari uang..."tandas Danisa di sela isaknya. Mama Danisa terharu mendengar kalimat yang dilontarkan putrinya. Ia memeluk tubuh gadis itu lantas keduanya hanyut dalam tangis. Semua telah terjadi. Menyesalpun tak berguna.... ************* Gadis berseragam putih abu-abu itu berdiri kaku di atas podium. Lututnya gemetar dan serasa ingin goyah.Tapi ia harus berdiri disana untuk mengatakan sesuatu meski hanya dua menit. Sementara semua pasang mata tengah menatap ke arahnya, menunggu pernyataan sang ketua OSIS. Danisa menghela nafas beberapa saat sembari berdoa. Sebelum akhirnya ia memulai pidato singkatnya. . "Pagi ini saya berdiri disini untuk menyatakan pengunduran diri saya sebagai ketua OSIS." ucap Danisa langsung pada tujuannya." Mungkin saya tidak layak untuk menduduki jabatan itu, tapi saya sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah mendukung saya selama ini. Saya minta maaf atas semua kekurangan yang ada pada diri saya....... Dan sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih" tandas Danisa mengakhiri pidato singkatnya. Gadis itu segera turun dari atas podium usai menyampaikan pengunduran dirinya. Danisa tahu ia tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi untuk berdiri disana. Ia takut jika tiba-tiba saja air matanya tumpah disaat ia menyampaikan pidatonya di depan teman dan guru-gurunya. Padahal selama ini ia selalu tegar menghadapi persoalan apapun termasuk saat ia harus berkampanye untuk mendapatkan dukungan pada pemilihan ketua OSIS empat bulan yang lalu. Tapi semua kerja keras itu harus dilepasnya begitu saja. Tak ada gelar ketua OSIS lagi di pundaknya.... ************ Mata Indra terbelalak begitu ia menghentikan motornya di depan rumah Danisa. Rumah itu telah disegel oleh polisi. "Sial....."gumamnya kesal. Sudah dua hari Danisa tidak masuk sekolah tanpa izin, dan gadis itu pergi juga tanpa memberi kabar padanya. Nomor ponselnya pun juga tidak aktif. Teman-teman , tetangga tidak ada satupun yang tahu kemana Danisa pindah. Gadis itu benar-benar menghilang tanpa jejak. Indra hanya bisa tertegun mengingat Danisa. Kasihan dia, gumamnya sendirian. Harusnya disaat seperti ini ia ada disisi Danisa untuk memberi dukungan moral padanya. Tapi kenapa ia malah menghilang begitu saja tanpa jejak. Padahal ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada gadis kuncir kuda itu. Sebuah perasaan yang selama dua tahun ini di pendamnya untuk gadis itu. Perasaan kasih yang bening untuk Danisa..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar