Rabu, 11 Mei 2016

TERJEBAK NOSTALGIA


Tepat disaat pintu lift terbuka aku melihat sosok Rey.Ya Tuhan!jeritku hanya tersendat ditenggorokan.
Aku membalikkan tubuhku 180 derajat dan beranjak pergi demi melihat seorang bayi mungil ada dalam dekapan Rey.
Tidak!Aku tidak siap menerima kenyataan selanjutnya.Aku takut akan mendapati seorang wanita cantik tiba-tiba muncul dari balik punggung Rey sembari tersenyum memamerkan kebahagiaannya dihadapanku.
Bukankah waktu dua tahun sudah cukup untuk membina mahligai rumah tangga dan menghadirkan seorang bayi kecil didalamnya.
Aku hanya bisa mengulum senyum pahit menahan kepalaku yang mendadak berputar...

$$$$$

Aku meringkuk diatas sofa.Melewatkan semburat jingga dilangit barat senja ini.Yang sinarnya menembus kaca jendela yang terbentang lebar diapartemenku.Biasanya aku sangat menyukainya tapi senja ini tidak.Bukan karena mataku yang sedang berkabut.Tapi hatiku sedang merasa tidak baik saat ini.
Semua karena aku melihat Rey hari ini. Karena kehadirannya begitu mengusik hidupku...
Sebuah kecupan lembut mendarat dikeningku.Membuatku harus membuka mata.
"Kamu nggak ke butik?"tegur Kevin seraya meletakkan sebuah boneka Keroppi berukuran sedang diatas tempat tidur.Disebelah Keroppi-Keroppi yang lain.
"Aku bosan disana,"gumamku setengah berkeluh kesah.Penjualan dibutik kurang bagus beberapa hari terakhir .
Kevin tersenyum seraya menghampiriku.
"Masalah butik nggak perlu dipikirin.Yang perlu dipikirin sekarang adalah persiapan pernikahan kita,"tandas pria berdarah Tionghoa itu.
Aku hanya tersenyum kaku saat ia meraih kepalaku kedalam dadanya.
Maaf,batinku.
"Kamu udah makan?"tanya Kevin beberapa detik kemudian."Aku tadi mampir ke supermarket dan belanja beberapa kebutuhan.Aku akan masak sesuatu untukmu,"Kevin beranjak tanpa persetujuanku.Ia beralih kedapur sekarang.Seperti ucapannya.
Pria itu memasangkan sebuah celemek berwarna merah muda ketubuhnya yang masih berbalut kemeja putih kesayangannya.Lantas bersibuk ria dengan kompor dan alat memasak lainnya.Jika sudah begitu sipapun tak ada yang boleh mengganggunya tak terkecuali aku.

$$$$$

"Mey!"
Kakiku urung memasuki lantai butik.Seseorang dengan begitu kerasnya meneriakkan namaku.Menahan pijakanku disana.
"Kamu Mey kan?"seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh menghambur kearahku.
Aku tersentak.Dan nafasku terputus beberapa detik.Wanita itu datang seperti ingin mengurai masa lalu.
Wanita itu adalah ibu Rey!
Aku tergagap dan kehilangan kata sapaan.
"Apa kabarmu Mey?"tegurnya seraya meraih tanganku.Membuatku terpana habis-habisan.Bukankah dulu dia sangat membenciku karena aku miskin?Sudah sadarkah ia atau ada maksud lain dibalik sikap manisnya ini?
"Baik,"tandasku lirih.Malas.
"Ibu juga baik.Tapi kabar Rey yang tidak baik,"ulasnya lantas memasang wajah sendu."Kamu belum dengar kalau istri Rey sudah meninggal saat melahirkan bayi mereka?"
Aku tersentak kaget.Rey?Istri?Bayi?Duda?Pikiranku berhamburan kemana-mana.
"Kasihan Rey,"lanjut ibu Rey kemudian."Dia harus bekerja dan merawat bayinya.Terus terang ibu berharap kamu mau memaafkan ibu dan menerima Rey kembali,"ungkapnya tanpa malu.
Aku hanya tersenyum kaku.
Aku masih ingat betul bagaimana sikap ibu Rey terhadapku.Yang menganggapku tak lebih baik dari sampah.Yang menentang habis-habisan cintaku dan Rey.Apalagi kalau bukan karena aku miskin.Dan sekarang disaat kenyataan berbalik,dia datang mengemis padaku untuk kembali pada Rey.
"Boleh ibu melihat-lihat baju dibutikmu?"tanya wanita yang tak bisa menyembunyikan sifat matrealistisnya itu."Syukur-syukur dapat diskon,"gumamnya seraya tersenyum kecil.
Mampus aku,keluhku dalam hati seraya mengikuti langkahnya masuk kedalam butik.

$$$$$

Rey...
Pria itu masih sama seperti dua tahun yang lalu.Tak ada perubahan yang signifikan dari dirinya.Hanya saja ia tak sendiri.Ada seorang bayi perempuan mungil berada dalam dekapannya.
"Apa kabar Mey?"sapanya tenang.Aku malah yang tampak kikuk dihadapannya.Sementara bayi digendongannya tampak menatapku.
"Lebih baik dari sebelumnya,"sahutku ingin menunjukkan posisiku sekarang.Jika keadaanku telah berubah dari sebelumnya.
"Ya aku bisa melihatnya,"balasnya.Namun bayi Rey mulai tidak nyaman.Ia sedikit merengek.Dan Rey tampak kerepotan dibuatnya.
Aku terpaku ditempatku.Aku enggan untuk menggendong atau menyentuh bayi Rey.Entah kenapa.Padahal ia sama sekali tidak berdosa.
"Maaf ya Mey,"ucap Rey kemudian."Beginilah resikonya jadi single parent,"ia tersenyum pahit.
Sesungguhnya aku kasihan melihat Rey seperti itu.Tapi...
"Sini biar aku gendong,"entah malaikat mana yang membisikiku untuk menawarkan bantuan itu.Aku segera meraih bayi Rey kedalam dekapanku.Dan ajaibnya ia mulai tenang berada dalam dekapanku.
"Trims Mey,"ucap Rey cepat."Dia pasti sangat merindukan mamanya."
Bayi Rey seperti tersihir.Ia tampak begitu nyaman berada dalam gendonganku.Dan aku merasa seperti tiba-tiba menjadi ibu.
"Bentar ya Mey,aku cari ibuku dulu,"Rey telah melesat pergi untuk mencari ibunya yang mungkin sudah tersesat didalam mal.
Tangan-tangan mungil ini,pipinya yang lembut,bibirnya yang tipis mengurai senyum polos dan tatapan beningnya benar-benar menghipnotis.Oh Tuhan,jangan biarkan aku jatuh cinta pada bayi ini...

$$$$$

Air masih mengucur dari shower.Membasahi kepala dan seluruh tubuhku.Entah berapa lama aku membiarkannya seperti itu.Sampai tulangku ingin membeku rasanya.
Pikiranku kacau dan entah berada dimana sekarang.Aku tak pernah tahu.
Bayangan bayi Rey berputar seolah tak mau lepas dari otakku.Begitu juga dengan bayangan Rey.Oh Rey...
Aku masih mencintai Rey.Itulah persoalannya.Sementara disisi lain aku akan menikah dengan Kevin,orang yang setengah mati mencintaiku.Sedang aku sama sekali tak mencintainya.
Apartemen,butik,dan mobil adalah hadiah dari Kevin.Semuanya adalah bukti jika dia benar-benar mencintaiku tanpa pamrih.Dan aku seperti orang picik yang memanfaatkan seseorang.
Aku mendengar suara ketukan di pintu kamar mandi.Menghamburkan pikiranku terbang kelangit-langit.
"Sayang,kamu belum kelar mandinya?"aku baru bisa mendengar suara Kevin dengan jelas usai mematikan shower.
Aku menyambar piyama mandiku dan bergegas keluar.
Kevin mengawasi keadaanku seusai keluar dari kamar mandi.
"Aku kan udah bilang jangan lama-lama kalau mandi.Tuh bibirmu sampai biru begitu,"ucap Kevin menunjuk padaku. Aku tak begitu mempedulikan ucapannya dan mulai sibuk mengeringkan rambutku dengan hair dryer.
"Aku tadi membelikanmu martabak telur.Kamu belum makan kan?"tanya Kevin dari arah dapur.Meski dapur dan kamar tidur berjarak beberapa meter aku masih mendengar suara Kevin dengan jelas.Namun aku tak menyahut.
Pria itu terlalu baik,terlalu care padaku.Bahkan terkadang terlalu posesif.Membuatku bosan pada tipe semacam itu.Mungkin itulah yang membuatku tak bisa jatuh cinta padanya.Karena tak ada tantangan untuk menaklukkan hatinya.
"Sayang..."tiba-tiba Kevin memeluk pinggangku dari belakang."Seharian ini aku nggak bisa berhenti merindukanmu.Aku ingin seperti ini selamanya,"bisik Kevin didekat telingaku.
Aku terhenti dari aktifitasku.Aku tahu harusnya aku merasakan sensasi atau perasaan janggal jika seseorang melakukan hal seperti Kevin lakukan saat ini.Tapi aku tidak merasakan apapun.Debaran aneh atau perasaan semacamnya sama sekali tidak kurasakan.
Lain halnya jika Rey yang berbuat seperti ini...
Kevin membalikkan tubuhku dan mendekatkan wajahnya kemudian.
Begitu dekat dan memaksaku untuk segera menunduk.Sungguh,aku tak mampu menatap wajah Kevin sementara hatiku menolaknya mentah-mentah.
Perlahan Kevin mendaratkan bibirnya ke permukaan pipiku.
Aku tahu Kevin sangat bahagia saat ini.Tapi aku tidak.Aku seperti terpaksa menjalani ini semua.Seolah-olah aku ini pemain drama profesional.
Dasar munafik!

$$$$$

Aku seperti baru saja tersadar dari amnesia saat mendapati diriku berada dirumah Rey dan sedang bercanda dengan anaknya.Aku kabur dari butik siang ini.Membelikan beberapa biji mainan dan buah-buahan lantas meluncur kerumah Rey.
"Kamu mau jadi mamanya Keisha?"
Aku terhenyak seketika.Rey menatapiku dengan penuh harap.Saat itu aku baru saja menaruh Keisha yang sedang terlelap didalam boks bayi.
Perdebatan sengit berlangsung didalam hatiku seketika itu juga.
"Kamu juga menyayangi Keisha kan?"pertanyaan Rey menyudutkanku.
Dan aku seperti orang tolol saat menganggukkan kepalaku.
Rey...
Mendadak pria itu menarik tubuhku kedalam dekapannya.Aku tak melawan dan membiarkan tubuhku hanyut dalam kehangatan tubuh Rey.Aku masih mencintaimu Rey...
Aku melingkarkan tanganku ketubuh Rey dan menikmati setiap detik dalam pelukannya.
Maafkan aku Tuhan...maafkan aku Kevin...

$$$$$

Angin malam yang dingin berhembus mempermainkan rambutku yang tergerai.Wajahku juga nyaris membeku karenanya.
Jauh dibawah sana tampak lampu-lampu mobil bertebaran sepanjang jalan.Jalanan ibu kota selalu sibuk meski malam telah larut.Dan kepalaku seperti berputar menatap kebawah sana dari ketinggian lantai 12.Uhh...
Aku bersandar pada pagar balkon sembari beralih menatap ke langit yang gelap.Bahkan bintang tak mau muncul malam ini.Membiarkan aku sendirian dan kesepian.
Aku meneguk isi gelas yang kupegang sejak tadi.Yang sempat nyaris terlepas dari genggamanku saat menatap kebawah dan membuat kepalaku berputar.Aku ingin merasa bebas sejenak dari beban yang mendera batinku.
Aku bukan wanita baik-baik entah sejak kapan...
"Mey?!"
Aku terperangah dan sontak berbalik badan.Kevin???
Pria itu menatapku tajam.Dan aku sama sekali tak menduga ia akan bertandang selarut ini ke apartemenku.Maksudku apartemen pemberiannya.
"Kamu minum Mey?"tanyanya tampak kecewa.Dan aku sudah tertangkap basah mana mungkin aku bisa mengelak.
Kevin merebut gelas wine dari tanganku dengan gerakan cepat.
"Sejak kapan kamu jadi pemabuk?Aku nggak pernah mengajarimu untuk minum kan?"kecewa dan sesal tampak terlihat jelas dimata Kevin.
Aku hanya bisa menundukkan wajahku dengan perasaan bersalah.Maaf...
"Mey...tatap aku,"Kevin mengangkat daguku perlahan."Aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan.Tapi aku benar-benar nggak suka kamu seperti ini.Kamu paham?"
Air mataku mulai menggenang.Dan sebentar lagi pasti akan mengalir keluar dari ujung mataku. "Aku ingin pernikahan kita dipercepat,"gumamku begitu saja.Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan itu padanya.Mungkin untuk menjaga perasaan Kevin saja.
"Aku mengerti,"sahut Kevin.Lantas ia meraihku dalam pelukannya.Sementara air mata mulai berhamburan keluar dari ujung mataku.Membasahi kemeja Kevin.

$$$$$

Aku menatap bayanganku sendiri dicermin.Seperti bukan diriku yang sebenarnya.Hanya seorang munafik yang sengaja menjebakkan dirinya sendiri ke lubang penyesalan.
Sebuah gaun pernikahan membalut tubuhku.Berwarna putih dan berhiaskan renda dibagian lehernya.
Beberapa menit lagi aku akan mengikat janji suci dengan Kevin.Dengan segala resiko apapun.Aku mempertaruhkan segalanya.Cinta dan kebahagiaanku.
Masih ada waktu untuk membatalkan semuanya Mey,begitu hatiku berbisik.
Apa bisa aku melakukannya?Apa aku tega menghancurkan hati Kevin?
Oh..sebuah bola bening meluncur perlahan dari mataku.Membasahi pipiku dan mungkin telah merusak riasan diwajahku.
Rey...aku dengan begitu bodohnya masih menggumamkan nama itu.Aku yang masih terlalu mencintai dirinya tak akan bisa menghapus nama Rey begitu saja.Perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk melakukannya.
Kumohon jangan lakukan ini padaku Rey,isakku perlahan.
"Kamu sudah siap sayang?"mama Kevin muncul tiba-tiba dibelakangku."Loh kamu nangis?Tuh riasanmu jadi rusak,"ucapnya mendapati isak tangisku.
"Iya maaf,"ucapku sembari tersenyum."Aku terlalu nervous."
"Mama tahu,"sahut mama Kevin maklum."Sini mama betulin lagi bedakmu,"tawarnya kemudian.
"Makasih Ma."

$$$$$

Tiga tahun kemudian...
"Rey! Jangan jauh-jauh sayang!"teriakku keras.
Rey seperti tak mendengarku.Sikapnya acuh tak acuh.Ia masih berlarian kesana kemari dengan bola kecilnya.
"Mommy!"beberapa detik kemudian Rey datang menghambur kedalam pelukanku."Mommy kenapa?"tanyanya seraya bergelayut manja.
"Nggak sayang,"sahutku sembari memeluknya erat.
"Horee daddy datang!"teriak Rey senang.Ia melepaskan pelukanku lantas berlari kearah ayahnya.
Rey kecil,buah hatiku bersama Kevin.Kami pindah ke Manado seperti permohonanku,ketempat dimana kakekku dilahirkan.
Tapi sejauh apapun aku pergi,aku masih mengingat Rey.Mengingat apa yang seharusnya tidak kuingat.Aku masih mengingatnya sampai kapanpun.Dua Rey dalam hidupku.Dan aku mencintai mereka tanpa mengabaikan cinta lain yang begitu mendalam padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar