Jumat, 17 Juni 2016

Mysterious House part 1


Aku menyeret langkahku yang terbebani rasa putus asa dan menyerah.Rasanya dunia begitu gelap dihadapanku.
Restoran cepat saji itu memang bukan satu-satunya tempat didunia ini untuk mencari nafkah.Masih banyak tempat lain didunia ini yang membuka lowongan pekerjaan.Tapi makian pemilik restoran itu tak bisa kulupakan seumur hidupku.Seakan-akan aku adalah orang yang paling hina sedunia.Padahal aku hanya melakukan kesalahan kecil dan itupun untuk yang pertama kali.Aku datang terlambat dan itu juga karena jalanan macet.Apa dia harus mengucapkan kata-kata kasar bahkan sampai tega memecatku.
Uhh...aku mengeluh kecil seraya berlarian ketika mendadak hujan mengguyur kepalaku.Tuhan ingin mengujiku sekali lagi.
Aku merapatkan tubuh ke dinding pagar sebuah rumah besar di tepi jalan yang sedang kulalui.Menghindari guyuran air hujan.Aku sedang malas berbasah-basahan hari ini.
Namun selembar kertas yang menempel di dinding pagar persis disebelahku berdiri tiba-tiba menarik perhatianku.Aku mendekat untuk membaca deretan huruf yang tertulis disana.
"Dibutuhkan seseorang untuk merawat wanita tua berumur 70 tahun.Jika berminat langsung saja menghubungi pemilik rumah"
Info lowongan pekerjaan yang singkat dan aneh menurutku.Namun di sisi lain pengumuman itu sangat mengusikku.Aku yang baru saja kehilangan pekerjaan tiba-tiba dihadapkan sebuah peluang yang sedikit tampak mencurigakan.Bisa saja itu berupa sebuah penipuan atau semacamnya.
Aku menekan bel pintu yang terpasang disebelah kertas pengumuman itu.Dengan sedikit rasa takut,was-was dan rasa ragu.Entah apa yang menungguku didalam rumah itu aku sama sekali tidak mempertimbangkannya sebelumnya.
Yang ada dalam pikiranku hanyalah aku sedang membutuhkan uang dan pekerjaan.Itu saja.
Seorang wanita paruh baya berwajah oval muncul dua menit kemudian.Ia mengamatiku dari atas sampai kebawah.Tampaknya ia adalah seorang asisten rumah tangga.Dan mungkin kehadiranku sedikit mengganggu untuknya.Karena celemek yang melekat ditubuhnya masih menyisakan noda minyak goreng yang masih baru.
"Apa lowongan ini masih berlaku?"tanyaku sesopan mungkin.Tanganku menunjuk sekilas kearah kertas yang menempel didinding pagar.
"Masuklah,"suruh wanita itu sesaat setelah terdiam beberapa detik.Mungkin sedang menimbang sesuatu.
Aku mengekor langkah wanita itu masuk kedalam rumah besar yang kini tinggal selangkah bagiku.
Rumah besar itu tampak sepi.Hanya perabotan mahal yang tampak menghuni ruang tamu.Lukisan, vas bunga dari keramik dan sebuah jam dinding antik menyita perhatianku sekilas.Rumah itu tampak sedikit kuno bagiku meski mungkin terlihat mewah dimasa lalu.
Kekagumanku akan rumah itu terusik begitu seorang wanita paruh baya berkulit bersih dan berhidung mancung datang menghampiriku.Sementara si asisten rumah tangga itu mungkin sudah kembali meneruskan pekerjaannya didapur.
"Apa kau benar-benar mau bekerja disini?"tegurnya tenang.Gayanya yang luwes dan anggun membuatku ingat akan bangsawan yang hidup di zaman kerajaan Majapahit.Tapi wajah wanita itu jelas bukan asli pribumi.Keturunan Eropa mungkin.
"Iiya.."sahutku gagap.Aku pasti tampak sangat bodoh dihadapannya.Jujur aku merasa gugup saat ini.Padahal aku selalu percaya diri jika sedang melakukan interview pekerjaan.
"Baiklah,"sahutnya tenang."Kau hanya akan melayani seorang wanita tua saja disini.Kau hanya perlu menemaninya dan memberinya makan.Kau bisa melakukannya?"tanya wanita itu kemudian.
Aku mengangguk cepat.Entah mengapa penawaran wanita itu kuterima begitu saja tanpa kupertimbangkan terlebih dahulu.Kedengarannya ringan tapi sesungguhnya merawat lansia bukan pekerjaan yang mudah.
"Baiklah.Besok datanglah kemari jam 7 pagi.Oh iya,untuk masalah gaji kau tidak perlu khawatir.Aku akan memberimu gaji yang layak,"ucap wanita itu sembari tersenyum manis.Senyumnya menyiratkan kecantikan di masa muda yang memudar perlahan.
Aku mengangguk sekali lagi.
"Oh iya namaku Rose.Namamu siapa?"tanya wanita itu setelah menyebut namanya.
"Derra,"sahutku.
"Oh nama yang bagus,"pujinya.
Aku pamit sesudah itu.Ada kelegaan terselubung dalam diriku setelah itu.Aku sudah mendapat pekerjaan begitu cepat.

------
Aku mendapat tugas baru mulai hari ini.Aku harus merawat seorang wanita berusia lanjut yang setiap hari duduk di atas kursi roda.Fisiknya sudah terlalu lemah untuk menopang tubuhnya sendiri.
Dia adalah ibu nyonya Rose.Namanya Elizabeth.Tapi aku boleh memanggilnya dengan sebutan oma.Agar aku bisa lebih nyaman dan akrab dengannya.Begitu kata nyonya Rose.
"Oma...namaku Derra.Mulai sekarang aku yang akan menemani oma setiap hari.Oma bersedia kan berteman denganku?"
Wanita itu sedikit tersenyum.Namun tangannya yang sedikit gemetar mengusap rambutku perlahan saat aku berjongkok didepan kursi rodanya.
"Kau mengingatkanku pada masa remajaku dulu,"gumamnya pelan.Namun aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"Benarkah?"aku menyahut cepat."Pasti oma dulu sangat cantik,"ucapku berkhayal.
"Tentu saja,"sahut oma tak mau kalah."Dulu oma sangat cantik .Lebih cantik darimu,"ucap oma tangkas.Meski umurnya sudah kepala tujuh tapi ia masih pandai bicara dan bercanda. Hanya fisiknya saja yang sudah mulai melemah.
Aku tersenyum saat mendengarnya.Tampaknya akan lebih cepat bagi kami untuk saling dekat.
"Bisa kau antar oma jalan-jalan keluar rumah?"pinta oma beberapa saat kemudian."Aku sudah lama tidak melihat tanaman bunga mawarku.Semenjak wanita itu punya kekasih baru dia sudah tidak mempedulikanku.Buktinya dia memanggil seseorang untuk merawatku.Itu karena dia sibuk dengan laki-laki itu,"celoteh oma.Aku tidak benar-benar sedang mendengarnya.Aku bergegas mendorong kursi roda itu sesuai permintaan oma.
Taman bunga dibelakang rumah itu tak begitu luas.Hanya saja tanaman bunga disana tampak subur dan beberapa rumput liar juga ikut tumbuh.Tanaman bunga mawar milik oma juga sudah bermekaran.Indah.
"Oma mau aku petikkan satu?"tawarku pada oma.
"Tidak.Jangan,"cegahnya nyaris berteriak.Aku urung untuk memetik setangkai bunga mawar.
"Biarkan mereka tetap disana.Bunga mawar akan lebih cantik ditangkainya,"ujarnya membuatku manggut-manggut.
"Oma benar,"gumamku pelan.

------
Oma baru saja terlelap.Usai menikmati udara taman bunga ia tampak sedikit kelelahan.Maka dari itu setelah makan siang beliau minta untuk berbaring sebentar.
Rumah itu tampak begitu sepi bahkan pada siang hari sekalipun.Yang kutahu nyonya Rose keluar sejak pagi tadi.Sementara asisten rumah tangga yang sampai saat ini belum kuketahui namanya itu tampaknya sedang sibuk didapur dan diruang binatu.Pasti sangat melelahkan menjadi dirinya.
Suara denting piano terdengar mengalun perlahan menyapa telingaku.Suaranya sedikit mengusik keheningan didalam rumah ini.Kedengarannya ada seseorang yang sedang bermain piano dikamar atas,batinku seraya mendongak kearah balkon lantai atas yang senyap.Aku baru tahu jika ada satu lagi penghuni rumah ini yang belum kuketahui.
Sebuah lagu klasik mengalir lambat memenuhi seisi rumah.Menyejukkan dan menenangkan.Siapa gerangan yang bermain piano seindah ini?batinku penasaran.Aku nyaris melangkah menaiki tangga jika saja aku tidak mengingat sesuatu.Jika aku tidak boleh lancang disini.Bukankah wilayah kerjaku hanya didalam kamar oma,dapur dan sekitarnya.Terkecuali jika oma yang mengajakku berkeliling rumah.
Uhh..aku terpaksa menahan keinginanku untuk mengetahui siapa gerangan pianis itu.
"Kalau kau lapar makanlah didapur bersamaku,"tegur seseorang membuatku tersentak.Rupanya si asisten rumah tangga itu.
"Oh baiklah,"aku bergegas mengikuti langkah wanita itu menuju kedapur.Sementara rasa penasaranku bisa kutunda sampai besok.Aku akan makan sekarang karena aku sudah merasa sangat lapar.

-------
Suara denting piano itu terdengar lagi keesokan harinya.Dengan lagu yang sama.Dan aku bertambah penasaran siapa gerangan si pianis misterius itu.
Asisten rumah tangga yang belakangan kuketahui namanya Nani itu tak bercerita apapun.Aku juga takut untuk bertanya tentang kondisi rumah ini.
Siang ini oma tertidur usai makan.Dan suara denting piano itu terus menerus mengusik telingaku.Seperti memanggil naluriku untuk mendatangi sumber suara itu.
Antara sadar dan tidak kakiku melangkah perlahan menaiki tangga menuju kelantai atas.Toh nyonya Rose sedang pergi seperti biasa.Nani selalu sibuk didapur dan oma masih tertidur pulas dikamarnya.Aku hanya akan melihat si pianis sebentar lantas kembali turun.
Tanganku bergerak meraih handle pintu lantas memutarnya perlahan.Setelah sebelumnya kupastikan arah sumber suara datang dari dalam kamar itu tentunya.
Seluruh tubuhku gemetar begitu melihat ruangan itu kosong.Dan suara piano itu juga lenyap tiba-tiba.
Hah?!!
"Apa yang kau lakukan disini?"teguran itu terdengar seiring terbukanya daun pintu dihadapanku.
Aku tersentak kaget bukan kepalang.
Seorang pemuda tampan berkulit putih dan berpostur tinggi tegap berdiri dihadapanku.Aku yang hanya sebahunya tak bisa mengelak kabur karena ketahuan mengintip kedalam kamar orang tanpa izin.Mungkinkah ia si pianis itu?
Aku tergagap.
"Aaaku hanya penasaran dengan suara piano itu.Apa kau yang memainkannya?"tanyaku berusaha sesantai mungkin.Berlagak tak berdosa.
Pemuda itu terdiam sesaat.Ia menatapku dengan tatapan aneh.Dingin dan tajam.
"Iya,"sahutnya kemudian."Kau suka?"
Wow!girangku dalam hati.Ia bertanya padaku apa aku suka permainan pianonya.
"Tentu saja,"sahutku riang."Oh iya namaku Derra.Aku yang merawat oma,"jelasku.
"Aku tahu,"sahutnya cepat."Sekarang kau boleh pergi dari sini,"usirnya kemudian.Ia menutup pintu dihadapanku.
Aku terperangah.Dia mengusirku?batinku tak percaya.Bisa-bisanya dia tidak sopan seperti itu,keluhku dalam hati.
Tapi tak apa.Untuk pemuda setampan dirinya aku bisa memaafkan perlakuannya.Dan sorot matanya yang dingin dan misterius itu benar-benar meluluhkan hati.Oh Tuhan...aku sudah gila.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar