Kamis, 14 Maret 2013

KEMELUT


Malam kian larut . Beku dan sunyi memenuhi ruang kamar kami . Jam dinding berdetak lirih . Gelisah . Seperti hati yang didera cemas yang teramat sangat .
Aku terjaga dari lelap beberapa detik yang lalu . Ketika membuka mata hanya punggung Sam yang bisa terlihat olehku . Memaksaku menghela nafas berat .
Beberapa malam yang lalu aku masih bisa melihat wajah lelaki itu . Tapi malam-malam yang bergulir mengalihkan wajah itu dari penglihatanku . Bahkan tanganku segan untuk singgah didadanya . Juga untuk menyentuhnya .
Aku tahu dan mengerti . Juga sangat memahami kehidupan Sam . Akhir-akhir ini ia sangat sibuk . Sebagai seorang aktor drama yang sedang menapaki karir , memaksanya bekerja keras siang dan malam . Waktu untuk beristirahatpun sangat minim . Juga waktu untuk bersamaku mesti berkurang banyak .
Tapi apakah semua itu mesti mengalihkan dunianya dariku ? Seorang wanita biasa yang pernah ia kejar cintanya beberapa tahun lalu . Dan saat dunianya berganti dengan mudahnya ia mencampakkan wanita itu ke jalanan . Padahal wanita itu telah menyerahkan seluruh hidupnya pada lelaki itu .
Oh...
Sebutir air mata bergulir jatuh ke atas bantal . Air mata itu entah yang keberapa kuteteskan selama bersamanya . Meski susah payah ku coba bendung tetap saja ia bisa meluncur bebas keluar dari kelenjar air mataku .
Aku tak ingin tampak cengeng dan rapuh , terlebih saat di depan Sam . Aku ingin dia melihatku sebagai wanita yang tegar dan mandiri meski aku bukan wanita yang luar biasa . Sama seperti dulu saat aku belum mengenalnya .
Tapi apa aku bisa membohongi diriku sendiri , meski aku bisa berpura-pura di hadapan Sam......
~~~@@~~~
Tanganku bergetar saat meletakkan sebuah tabloid ke atas meja . Wajah Sam yang menghias sampul depan tabloid itu sengaja ku taruh dibawah dengan maksud supaya aku tidak melihatnya . Tapi meski begitu tetap saja pikiranku masih terbayang olehnya . Otakku terlalu pandai menyimpan data yang baru saja ku terima .
Dadaku sesak jika mengingat kembali kalimat-kalimat yang tercantum di tabloid itu . Sam ditengarai dekat dengan salah satu aktris cantik lawan mainnya dalam sebuah drama . Sebuah foto ikut memperkuat berita itu .
Aku benar-benar terbakar cemburu . Aku marah ,takut dan cemas . Tapi aku hanya bisa diam tanpa berbuat apapun . Aku bisa saja bertanya pada Sam tentang berita ini , tapi aku takkan mungkin sanggup jika harus mendengar jawabannya .
Aku memang wanita bodoh . Yang bersedia menutup mata dan telinganya hanya untuk mempertahankan seorang lelaki agar tetap berada di sisinya , meski tak pernah memiliki seutuhnya . Seperti itulah diriku , padahal diriku yang dulu tak sepertiku yang sekarang . Waktulah yang mengubahku sedemikian hebatnya .
Aku menderita . Hati dan jiwaku serasa telah mati meski aku masih hidup . Sampai kapan aku akan menjalani hidup seperti ini layaknya zombie . Aku mati meski hidup . Dan aku hidup dalam kematian .
Separah inikah hidupku sekarang ? tanyaku seraya menelusuri seraut wajah pucat pasi didalam cermin riasku . Wajah yang dulu merona merah manakala Sam mendaratkan kecupan di pipiku . Tapi wajah ini berwarna pucat dan beku sekarang tanpa kecupan Sam .
Juga tak ada seulas senyum terlukis di ujung bibirku . Bahkan sorot mataku tanpa cahaya sama sekali .
Oh Tuhan.....jeritku . Kenapa cinta justru menjerumuskanku dalam penderitaan seperti ini ? Bukankah cinta harusnya membawa kebahagiaan ?
~~~@@~~~
Aku duduk di sudut kamar mandi . Padahal air di dalam bath tube sudah meluber keluar . Tapi aku masih enggan untuk menggerakkan tubuhku . Lamunan panjang masih menghuni benakku sampai ketukan di pintu kamar mandi membuyarkannya .
Sam berteriak memanggil namaku berulang kali disertai ketukan pada pintu kamar mandi . Seperti tergesa-gesa .
Aku bangkit dan membuka pintu kamar mandi . Aku mendapati seraut wajah Sam berhiaskan kecemasan . Ia menatapku dengan pandangan aneh , seperti telah bertahun-tahun tidak melihat wajahku .
"Ada apa Sam ?" tanyaku datar . "Seperti melihat hantu saja . "candaku .
"Aku tidak ingin bercanda sekarang ."tegasnya .
Aku tersenyum pahit .
"Lantas ? Kenapa wajahmu secemas itu ? Kau takut aku bunuh diri ?" pancingku masih dengan nada bercanda .
"Aku tidak sedang bercanda !"
"Lantas kenapa berteriak padaku ?! " sahutku dengan nada tinggi . Membalas balik teriakannya .
Aku kesal diperlakukan seperti itu .
"Apa kau bisa menjelaskan ini ?" tanya Sam seraya menunjukkan sebuah botol obat kehadapanku . Membuatku terhenyak kaget . "Apa ini ?! Jelaskan padaku !" desaknya geram .
Aku mencoba untuk menyambar botol obat itu dari tangan Sam , tapi gagal . Gerakan tangan Sam secepat angin untuk menggagalkan usahaku . Membuatku geram seketika .
"Itu hanya vitamin biasa ." ucapku beberapa saat kemudian . Seraya menghindari tatapan matanya yang terus mengejarku .
"Vitamin katamu ?!" tanyanya sembari tersenyum sinis .
Aku menghela nafas . Mencoba menenangkan diriku sendiri .
"Kau tidak perlu tahu itu . "tandasku kemudian . "Kembalikan benda itu padaku ." pintaku .
"Apa kau sangat membutuhkannya ? Apa tanpa ini kau tidak bisa tidur ?" lagi-lagi ia menyudutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ingin ku jawab . "Ada apa sebenarnya denganmu ? Sejak kapan kau jadi pecandu obat tidur seperti ini ?"
Aku mendengus geram . Harusnya ia bisa menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya tanpa harus bertanya padaku .
"Irish !!" ia berteriak setelah tak mendapatkan sepatah jawabanpun dari mulutku . "Apa yang membuatmu menjadi seperti ini ?"
Aku tersenyum pahit .
"Kenapa kau tidak bertanya pada dirimu sendiri ?" aku bertanya .
"Apa ?" ulangnya . "Kau banyak berubah akhir-akhir ini ."
Lucu sekali , batinku .
"Bukan aku yang berubah , tapi kau Sam ." tunjukku pada lelaki dihadapanku . "Kau bukan Sam yang dulu lagi ."
"Karena sekarang aku populer dan banyak beredar berita miring tentangku ? Apa itu yang membuatmu berubah menjauh dariku ?" tanya Sam seraya mencekal bahuku kuat-kuat .
Aku yang menjauh darinya ? Apa aku tidak salah dengar ?
"Kau tidak mencintaiku lagi , Sam . Aku tahu itu ."tandasku seraya berusaha melepaskan cekalan tangan Sam dari bahuku .
"Kata siapa ? Apa kata koran yang setiap pagi kau baca itu ?" cecarnya . Ia mulai mengejar langkahku ke dalam kamar mandi .
"Aku mempercayai apa yang kulihat , Sam ."ucapku tegas .
"Apa yang kau lihat tidak selamanya benar ."
"Tapi aku mempercayainya . "ucapku . Aku mendorong tubuh Sam keluar dari kamar mandi lantas membanting pintu keras-keras .Aku menangis di balik pintu setelah itu . Sedang suara Sam terdengar memanggilku dari balik pintu kamar mandi , tapi sengaja ku biark an .
~~~@@~~~
Riuh . Mataku menatap ke sekeliling . Ke arah orang-orang yang tampak sibuk lalu lalang di hadapan tempat dudukku . Aku merasa seperti sedang terdampar di tempat yang asing . Bandara .
Aku sudah jenuh . Bosan dengan kehidupan yang kulewati akhir-akhir ini bersama Sam . Terlebih setelah pertengkaran kami kemarin , aku semakin yakin harus mengakhiri kemelut di antara kami . Dan jalan yang ku pilih adalah pergi jauh .
Aku masih mencintai Sam . Aku juga tak bisa hidup tanpanya . Tapi pikiranku tak bisa bertahan dengan keadaan yang membosankan ini. Mungkin aku bisa gila setelah berpisah dengannya . Namun aku bukan wanita yang teguh pada satu pendirian . Keadaan bisa merubah pikiranku setiap saat .
Aku sangat sedih harus meninggalkannya . Bahkan aku tahu akan menyesalinya setelah ini . Aku akan menangis sepanjang waktu dan mungkin akan melakukan hal-hal bodoh diluar kebiasaanku . Tapi aku sudah bertekad akan pergi meski dengan resiko apapun .
Dari suara informasi ku dengar pesawat yang akan ku tumpangi terbang satu jam lagi . Dan aku harus bergegas sekarang juga sebelum aku sempat berubah pikiran .
Sial , gerutuku kesal . Kemana tiket pesawat milikku ? Aku memeriksa seluruh isi tasku tapi tak mendapati lembaran tiket itu . Apa aku lupa memasukkannya tadi ? batinku seraya mengingat kembali apa yang telah kulakukan tadi .
"Apa ini yang kau cari ?"
Aku tertegun . Sam telah berdiri didepanku seraya melambaikan selembar tiket pesawat ditangannya . Rupanya aku lupa tidak memasukkannya ke dalam tas dan akhirnya Sam menemukan benda itu . Benar-benar bodoh diriku , makiku . Padahal aku sedang ingin kabur tapi karena kebodoanku sendiri rencanaku jadi gagal total .
"Kau ingin pergi kan ? Pergilah ." suruh Sam seraya menyodorkan selembar tiket milikku .
Aku diam . Sam ingin aku pergi ?
"Kenapa diam ? Bukankah kau ingin kabur dan mencampakkanku ? Lakukan apa yang kau inginkan ." ucapnya datar . Ucapannya malah seperti ingin memojokkanku di ujung jurang .
Tanganku gemetar saat hendak meraih ujung lembaran tiket dari genggaman Sam . Apa aku sanggup melakukan ini ? batinku bimbang . Hatiku serasa hendak goyah saat itu juga .
"Kenapa masih diam ? Pergilah !!" teriak Sam mengagetkan . Tangannya mendorong puggungku dengan kasar .
"Sam... apa yang kau lakukan ?"
"Bukankah kau ingin mencampakkanku ? Jadi kenapa masih disini ?!' serunya marah . Aku tidak menyangka ia akan semarah ini padaku . " Akhir-akhir ini aku memang sering mengabaikanmu , tapi aku tidak pernah berhenti mencintaimu , Irish . Dan kau sendiri selalu diam tanpa pernah mengajukan protes padaku . Kupikir kau baik-baik saja selama ini . Kenapa kau menyimpan bebanmu sendirian ? Harusnya kau mengeluh dengan pekerjaanku agar aku bisa mengurangi pekerjaanku . Atau jika kau ingin aku bisa berhenti dari pekerjaanku . Asal kau bahagia , aku akan melakukan apa saja untukmu , Irish . Tapi kumohon jangan seperti ini . Jangan pernah meninggalkanku , karena aku tak mungkin bisa menjalani hidupku jauh darimu ."
Aku menatap seraut wajah lelaki di hadapanku . Lelaki yang sama yang setiap malam kulihat punggungnya . Lelaki yang pernah mendekap tubuhku di malam-malam yang beku dan sunyi . Satu-satunya lelaki yang bisa membuatku jatuh cinta . Lelaki yang membuatku tahu alasan kenapa aku lahir ke dunia ini . Lelakiku ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar