Rabu, 13 Maret 2013

HUJAN


Senja temaram . Tak ada lukisan berwarna jingga keemasan di atas sana . Hanya mendung berwarna kelabu yang tampak memenuhi ruang kosong di awang-awang . Padahal kemarin aku masih bisa mendapati suasana itu di langit . Tapi seperti inilah musim . Mesti berganti sesuai siklusnya .
Dan seperti yang kugambarkan sebelumnya , hujan mulai menetes saat aku keluar dari pelataran kampus . Mula-mula hanya turun sebagai gerimis , dan itupun tak bertahan cukup lama . Karena titik-titik air semakin bertambah volumenya . Hujan lebat mengguyur bumi beberapa menit kemudian .
Hans......
Apa kau lihat hujan sedang turun dan menimpa kepalaku ? Bukankah kau sangat menyukai hujan ? Tapi kau paling benci jika hujan mengguyur tubuhku . Membuatku basah kuyup dan mengundang demam tinggi ke tubuhku esok hari .
Katamu hujan mempunyai daya magis . Dibalik hujan ada begitu banyak misteri dan inspirasi . Begitu ucapmu kala itu . Saat itu hujan sedang turun dan kita berteduh di halte depan kampus .
Karena hujan sebuah puisi bisa tercipta . Bahkan penggalan sebuah novel roman pun bersetting dibawah hujan . Saat hujan pikiran kita bisa terhanyut merenungi setiap tetes air yang tercurah dari langit , membawa lamunan kita kembali ke suatu masa . Semisal masa lalu , saat kita pernah mengukir kenangan bersama orang yang kita cintai .
Itu yang kau tuturkan padaku kala itu , Hans . Apa kau masih ingat ucapanmu sendiri ? Gayamu bicara mengalahkan dosen kita, Pak Tito . Dosen yang selalu kau bilang manusia Mars karena penampilannya yang sangat nyentrik . Tapi dia sangat jenius , Hans . Kau tahu itu .
Kau sangat lucu , Hans . Juga konyol . Tapi terkadang kau romantis . Apa kau masih ingat saat kau pertama kali menyatakan cinta padaku ? Aku masih mengingatnya sampai kini , Hans . Bahkan sampai kapanpun .
Saat itu persis dengan sekarang ini . Hujan turun dengan lebat dan tubuhmu sudah hampir kuyup . Kau berlari ke dekatku . Kau menitipkan sebuah novel roman padaku dengan dalih tak mau benda itu basah karena terguyur air hujan . Dan kau sendiri langsung kabur menerobos hujan yang sedang turun . Padahal aku belum menyetujui permintaanmua .
Aku membuka novel itu sesampainya di rumah . Kupikir aku bisa membaca gratis karena aku memang salah satu kutu buku di kampus . Tapi saat aku membuka-buka halaman novel itu selembar kertas jatuh dari dalamnya . Karena penasaran aku membuka lipatan kertas misterius itu dan membaca isinya .
"I love you , Sarah ."
Hanya sebaris kalimat itu yang kudapati disana . Tegas dan singkat . Aku sangat memahami maknanya . Tapi aku sangat bahagia saat itu , Hans . Karena kau adalah satu-satunya orang yang menyatakan cinta dengan cara unik seperti itu . Dan aku sangat menyukainya . Aku juga menyukaimu , Hans .
Kita menjalani hari demi hari setelah itu dengan sangat bahagia . Ada banyak canda tawa yang kita bagi berdua . Obrolan ringan terkadang menjadi sebuah perdebatan panjang . Cerita tentang dosen-dosen jenius yang super menyebalkan , apa kau masih mengingat semua itu , Hans ? Sedikitpun aku tak pernah melupakannya .
Tentangmu juga . Senyum dan deraian tawa renyahmu . Caramu berbicara , meski kadang menyebalkan tapi kerap membuatku tertawa geli . Kau sering menautkan kedua alismu manakala menjelaskan teori-teori yang tak kupahami . Caramu berpakaian , celana jeans dipadu dengan tshirt bewarna putih dengan sebuah jaket berwarna biru tua . Penampilan yang sederhana tapi aku sangat menyukainya . Aku merindukan semua itu , aku merindukanmu Hans .....
Apa kabarmu disana , Hans ? Apa yang sedang kau lakukan ? Apa kau merindukanku , Hans ? Kau tahu , aku sangat merindukanmu terlebih saat hujan turun seperti sekarang ini . Karena kau sangat menyukai hujan . Dan aku yakin setiap hujan turun kau akan datang untuk mene ngokku dari balik awan . Betul kan , Hans ?
"Sarah....kenapa hujan-hujanan sih ? Ntar kamu sakit gimana ? "
Dia Rion , Hans . Tunanganku . Tapi aku tidak mencintainya . Karena aku hanya mencintaimu , Hans .
Kami dijodohkan , Hans . Tepat setelah setahun kematianmu . Dia sangat baik , Hans . Dia sangat mempehatikanku . Dia sangat dewasa dan bisa diandalkan dalam segala hal . Sampai-sampai aku sangat bergantung padanya . Aku tak ingin seperti itu , Hans . Tapi aku tak bisa mencegah diriku , karena kehilanganmu sangat menyakitkan dan aku butuh sandaran . Dan dia selalu ada saat aku ingin bersandar .
Maafkan aku , Hans . Jika membuatmu merasa aku adalah seorang pengkhianat . Karena aku tak mungkin bisa menjalani hidupku seorang diri . Kau tahu aku sangat rapuh . Aku bahkan tidak bisa menghapus air mataku sendiri . Tapi setiap hujan turun aku akan selalu mengenangmu , wahai cinta pertamaku yang hilang .
I love you , Hans............

1 komentar:

  1. i like it,,,
    dri dlu kmu pling the best deh klo msalah gnian,,,!

    BalasHapus