Minggu, 30 Juni 2013

PESAN CINTA


Anne tertegun dibangkunya sembari menggenggam erat undangan ulang tahun Mika yang baru saja dibagikan oleh Henry beberapa menit yang lalu. Bukan ia saja yang mendapat undangan itu, tapi seluruh penghuni kelas itu tanpa terkecuali.
Sementara disudut sana beberapa siswi tengah berbincang penuh semangat tentang pesta ulang tahun Mika. Mereka sibuk membahas gaun apa yang akan mereka pakai pada pesta nanti. Sepatu, tas dan aksesories apa yang pantas dipadupadankan dengan pakaian mereka. Huh, menyebalkan! batin Anne sendirian.
Kenapa juga Mika mesti mengundangnya ke pesta, sesalnya kembali. Cowok paling kaya seantero sekolah itu memang populer. Dan wajahnya juga tampan. Sepertinya ia memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pangeran. Tapi kenapa Anne mesti sekelas dengannya?
Susah payah gadis itu masuk ke sekolah ini melalui bea siswa prestasi, bukannya melegakan tapi malah menyiksa perasaannya sendiri. Karena ia adalah siswa termiskin disekolah itu! Dan itulah masalahnya. Meski ia selalu menyembunyikan jati diri keluarganya tetap saja suatu saat keadaan pasti akan berbalik menyerangnya. Dan peristiwa seperti ini adalah salah satu contohnya.
Gadis itu buru-buru mengeluarkan bukunya lantas berpura-pura sibuk belajar. Ia takut jika ada temannya yang bertanya tentang kostum apa yang akan ia pakai pada pesta ulang tahun Mika.
Karena Anne tidak akan datang. Tidak akan pernah!
Gadis itu tak punya gaun maupun sepatu. Apalagi tas atau aksesoris mahal seperti yang teman-temannya miliki. Tidak mungkin ia memaksakan diri datang dengan memakai celana jeans yang sudah pudar warnanya dengan tshirt murahan yang dibelinya di pasar bukan?
Kenapa hidup ini begitu sulit?gerutunya kesal.
"Selamat pagi,"
Sapaan itu membuyarkan lamunan Anne. Gadis itu baru sadar jika guru favoritnya telah tiba dikelas. Yeah, Anne memang menyukai Pak Johan. Guru muda itu memang mengagumkan dimata Anne. Ia pandai, ramah dan gaya mengajarnya mengasyikkan. Itulah kenapa Anne sangat menyukai pelajaran Kimia meski pelajaran itu tergolong sulit.
~~~##~~~
"Kalau kamu capek sebaiknya kamu istirahat, Ne."
Anne tersenyum mendengar kalimat ibunya. Gadis itu masih asyik mengaduk adonan kue.
"Nggak kok, Bu,"sahut Anne. "Ibu saja yang istirahat, biar Anne yang ngerjain ini. Lagian besok kan hari Minggu,"
Ibunya tertegun seraya menatap putri semata wayangnya. Ada tersirat rasa haru bercampur iba terpancar dari sinar matanya.
Kasihan Anne, batinnya. Jika saja ayah Anne tidak pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua, pasti Anne tidak akan seperti ini. Kehidupan mereka pasti lebih baik dari sekarang. Ia tak perlu bersusah payah membuat kue untuk memenuhi kebutuhan hidup. Juga Anne tidak kekurangan kasih sayang dari ayahnya.
"Kenapa Ibu melihat Anne seperti itu?"sentak Anne heran. Tatapan mata ibunya dirasa aneh dan tak seperti biasanya.
Ibu Anne tersenyum.
"Ibu minta maaf, Ne,"ucap ibunya sejurus kemudian. "Karena ibu nggak bisa memberimu kehidupan yang lebih baik dari ini."
"Ibu ini bicara apa sih,"timpal Anne cepat."Buat Anne melihat senyum Ibu itu udah cukup. Anne bahagia kok, meski hidup kita seperti ini,"tandas gadis itu mencoba membesarkan hati ibunya.
"Ibu juga sangat bersyukur punya kamu,"sahut ibunya. Lagi-lagi ia mengembangkan senyum di bibirnya. Namun kali ini senyumnya lebih cerah dari sebelumnya.
Anne balas tersenyum.
"Ibu pergi ke toko sebentar membeli bahan. Kalau kamu capek, tinggalkan saja biar ibu nanti yang meneruskan,"seru ibunya. Wanita itu pergi dari hadapan putrinya karena harus pergi membeli bahan ke toko.
"Ya Bu," sahut Anne.
Anne meneruskan pekerjaannya kembali. Namun ia teringat sesuatu.
Saat ini teman-temannya pasti sedang bersenang-senang di rumah Mika. Anne hanya bisa membayangkan sebuah pesta di tepi kolam renang. Ada kue ulang tahun berukuran jumbo, minuman beraneka warna. Dan ada lampu warna warni menghiasi pesta. Seandainya ia bisa hadir disana.....
Bodoh! gerutunya. Kenapa ia bisa berkhayal seperti itu. Adonan kuenya hampir saja tumpah karena keasyikan berkhayal.
~~~##~~~
Hari Senin pagi...
Anne merasa ada sesuatu yang aneh pagi ini. Semua teman sekelasnya menatap dirinya dengan tatapan aneh. Bahkan sempat terdengar bisik-bisik diantara mereka.
Anne paham. Mereka pasti sedang membicarakan absennya Anne di pesta ulang tahun Mika malam Minggu kemarin. Tapi Anne mencoba menepis perasaannya sendiri. Toh mereka tidak akan pernah mengerti apa yang dialami Anne.
"Kok kamu nggak datang ke pesta Mika sih?"
Tiba-tiba saja Sherly mendekat ke bangku Anne. Si ratu gosip itu pasti sedang mengajukan interogasinya pada Anne. Jelas ia sedang mencari bahan gosip untuk diedarkan ke seluruh penjuru sekolah.
"Kamu tahu nggak, cuma kamu saja yang nggak datang malam itu. Harusnya kamu malu pada Mika karena melewatkan acara sepenting itu,"tuturnya dengan nada angkuh. Dan ia memang pantas bersikap angkuh seperti itu. Ayahnya seorang pejabat daerah yang cukup ternama.
Anne hanya bisa tertunduk menghindari tatapan sinis Sherly. Ia tak ingin berdebat atau mencari masalah dengan gadis itu.
"Apa jangan-jangan gosip tentang kamu benar?"pancing Sherly kemudian. Ia ingin melihat reaksi Anne selanjuutnya.
Dan Anne mulai bereaksi. Gadis itu mendongakkan wajahnya.
"Gosip?"ulang Anne seraya mengernyitkan dahi.
"Iya, gosip,"sahut Sherly senang. Usahanya berhasil.
"Gosip apa?"
Namun belum sempat Sherly melanjutkan pembicaraan mereka, tiba-tiba saja guru Fisika masuk kedalam kelas. Dan buyarlah pertemuan kecil itu.
Gosip? batin Anne bingung. Gosip tentang apa?
Mika muncul. Cowok itu kerap terlambat masuk kelas. Namun tak ada teguran maupun sangsi dari guru. Belakangan Anne tahu sekolah itu adalah milik kakek Mika. Cowok itu benar-benar kaya dan hebat.
~~~##~~~
Dengan langkah terburu Anne mendekat ke arah tempat Mika berdiri. Kebetulan cowok itu sedang berdiri sendirian di depan pintu gerbang sekolah. Tampaknya ia sedang menunggu jemputan.
Anne ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta maaf pada Mika mengenai masalah pesta ulang tahun itu. Ia merasa tak enak hati pada cowok itu. Sekaligus untuk meredam suasana di kelas yang mulai memojokkan dirinya.
Mumpung sekolah sudah sepi dan Mika hanya sendirian,batinnya. Karena ia tak mungkin meminta maaf pada Mika di kelas.
"Mika,"panggilnya setelah dekat. Dan cowok itupun menoleh padanya.
Mika tak menyahut. Namun dari sorot matanya Anne tahu cowok itu sedang bertanya padanya.
"Aku ingin minta maaf,"ucap Anne memberanikan diri. Karena selama tiga bulan sekelas dengan Mika, ia sama sekali belum pernah berbincang dengan cowok itu. Menyapapun tidak.
"Maaf?"ulang Mika belum paham maksud ucapan Anne.
"Iya,"sahut Anne." Maaf karena aku nggak datang ke pesta ultahmu. Aku....."
"Oh,"potong Mika cepat. Ia tersenyum pahit.
Lantas Mika melanjutkan kalimatnya....
"Jadi kamu orang yang digosipkan itu?"tanya Mika seperti baru saja menyadari sesuatu.
Anne terhenyak. Gosip? batinnya heran. Apa yang dimaksud Mika? Gosip yang dibicarakan Sherly tadi pagi?
"Gosip apa?"tanya Anne ragu.
Mika tersenyum lagi.
"Kamu nggak datang ke pesta karena kamu nggak punya baju dan sepatu. Karena kamu orang miskin,"ucap Mika dengan nada sinis.
Kontan saja ucapan Mika membuat Anne kaget sekaligus menyinggung perasaannya.
"Kamu marah?"sindir Mika kemudian."Kenapa? Berarti gosip itu benar?"
Mika tertawa sejurus kemudian. Membuat Anne bertambah kesal.
"Apa hebatnya menjadi orang kaya?"tanya Anne seraya menahan gejolak emosi yang nyaris meledak didalam dadanya. "Orang kaya selalu bersikap angkuh dan memandang rendah pada orang miskin. Itulah kenapa aku membenci orang-orang seperti kalian,"tegas Anne.
Namun ucapan Anne ditanggapi senyum sinis oleh Mika.
"Jadi kamu bisa ngomong juga?"sindirnya."Aku pikir kamu cuma bisa mojok di perpustakan dan membaca buku-buku menyebalkan itu,"tandas Mika menyinggung perasaan.
Jadi Mika tahu kebiasaan Anne selama ini??
"Mika!!"
Seruan itu membuat keduanya serempak menoleh ke jalan. Seorang wanita berumur empat puluhan yang masih tampak cantik dan anggun turun dari sebuah mobil mewah. Ia tampak tersenyum.
"Mami?"seru Mika kaget. "Kenapa mami yang menjemput ke sekolah?"
Jadi wanita anggun itu mami Mika? batin Anne takjub.
"Iya,"sahut wanita itu cepat."Dia pacarmu?"tanya mami Mika sejurus kemudian saat ia menatap ke arah Anne.
"Dia..."kalimat Mika terpotong.
"Kenapa kamu nggak cerita sama mami?"potong wanita itu."Selera kamu lumayan bagus. Tapi mami nggak lihat kamu di pesta ultah Mika. Apa kalian sedang bertengkar?"cecar mami Mika cerewet.
"Bukan Tante..."Anne mencoba menjelaskan namun mami Mika memotong lagi.
"Jangan dipikirin,"ucap mami Mika sembari merangkul bahu gadis itu."Mika memang orangnya cuek. Dia paling nggak bisa mengungkapkan perasaannya. Oh ya, siapa namamu?"
"Anne..."
"Wow, nama yang bagus,"sahutnya girang."Mari tante antar pulang sekalian,"
Mami Mika menyeret tangan gadis itu dengan paksa. Anne tak sempat berbuat sesuatu untuk mencegahnya. Sementara Mika juga sama. Cowok itu menggerutu kesal melihat kelakuan ibunya yang sok tahu.
~~~##~~~
Buku yang dicari Anne sudah ketemu. Namun gadis itu malah bersandar pada rak buku, bukannya mencari tempat duduk. Ia lebih senang berdiri dibalik rak buku daripada duduk bersama pengunjung perpustakaan yang lain.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia ingat ucapan Mika kemarin. Jadi cowok itu juga tahu kebiasaannya bersembunyi di pojokan perpustakaan untuk membaca buku daripada pergi ke kantin seperti yang lain.
"Aku sudah mennduga kamu pasti ada disini."
Anne tercekat dan langsung menoleh.
Mika datang. Cowok itu bersikap angkuh. Seperti kemarin.
Anne tersenyum sinis.
"Kenapa?"desaknya tak sabar."Kamu belum puas menghinaku?"
Mika menghela nafas. Ia menatap ke sekeliling. Takut jika ada yang melihat mereka berdua.
"Mamiku mengundangmu makan malam,"ucap Mika datar. Namun ia tampak serius dengan ucapannya.
"Apa?"Anne kaget setengah mati mendengar kalimat Mika."Kenapa kamu nggak bilang aku bukan pacarmu?"tanya Anne setengah berbisik. Takut ada yang mendengar.
Mika tersenyum pahit.
"Aku sudah mencoba menjelaskan ribuan kali tapi mamiku tetap nggak percaya. Kamu nggak tahu mamiku orang seperti apa,"jelas Mika dengan berbisik pula.
"Itu bukan urusanku. Aku nggak mau tahu. Pokoknya kamu harus menyelesaikan kesalahpahaman ini sendiri,"tandas Anne tegas. Ia hendak pergi tapi tangan Mika menarik lengannya secepat kilat. Gadis itu kaget dan tubuhnya nyaris menubruk tubuh Mika.
Anne terpana untuk beberapa detik lamanya. Ia begitu dekat dengan Mika. Dan ia tidak pernah sedekat ini dengan cowok manapun sebelum ini.
Anne menepis tangan Mika beberapa saat kemudian. Ia tampak gugup.
"Kamu nggak bisa pergi begitu saja,"ucap Mika kemudian.
"Lalu aku harus bagaimana? Nggak mungkin aku berpura-pura jadi pacar kamu kan?"Anne sewot.
Mika mendesah berat.
"Aku juga nggak tahu,"gumam Mika pasrah.
"Bilang saja kita sudah putus. Masalah selesai,"ucap Anne setelah berpikir beberapa saat.
Mika tak menyahut.
Bahkan saat Anne berlalu dari hadapannya ia masih tertegun sendirian. Bel telah berbunyi.....
~~~##~~~
"Anne!"
Mami Mika tergesa mengejar langkah Anne yang hendak keluar dari pintu gerbang sekolah. Gadis itu membalikkan badan begitu mendengar namanya dipanggil seseorang.
Ada apa mami Mika mencarinya? Apa Mika belum bisa menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka?
"Kenapa kamu nggak datang semalam?"cecar mami Mika seraya menepuk pundak Anne."Padahal Tante sudah masak buat kamu. Kamu malah nggak datang,"imbuhnya tampak kecewa.
"Maaf Tante...."
"Bagaimana kalau Tante traktir kamu makan? Kamu pasti belum makan kan?"tawar mami Mika sejurus kemudian. Tanpa menunggu jawaban Anne, wanita itu langsung menyeret tangan Anne pergi.
Anne tidak pernah mendapat kesempatan untuk bicara. Mami Mika sangat cerewet dan selalu mendominasi pembicaraan. Seolah-olah mami Mika tahu segalanya. Pantas saja Mika tidak berkutik di hadapan maminya.
"Bagaimana makanannya?"tanya mami Mika usai mereka melahap makan siang di sebuah restoran sea food."Restoran ini adalah tempat favorit Tante,"ucapnya lagi.
Anne hanya tersenyum kaku.
"Bukannya tante tadi ingin menjemput Mika?"tanya Anne.
Mami Mika menggeleng.
"Tante ingin ketemu kamu,"ungkap mami Mika."Oh ya, sebenarnya dulu tante sangat mengharapkan punya seorang anak perempuan. Tapi nggak kesampaian. Dan Mikalah korbannya."
"Maksudnya?"
"Sejak kecil tante mendidik Mika seperti anak perempuan. Bahkan tante sering memakaikannya baju anak perempuan. Barulah ia masuk sekolah tante berhenti melakukan kebiasaan itu. Tante takut Mika tumbuh nggak normal. Tapi setelah tahu ia punya pacar, tante senang sekali. Ternyata ketakutan tante nggak terbukti. Yeah, memang kadang-kadang sikapnya menyebalkan. Dia cuek setengah mati, dan angkuh. Tapi tante yakin ia akan berubah karena kamu,"tutur mami Mika panjang.
Anne menyimak penjelasan mami Mika baik-baik. Jadi itu sebabnya? batin Anne sembari manggut-manggut.
"Oh ya jaga Mika baik-baik,"ucap mami Mika ketika mereka telah sampai di depan gang rumah Anne."Jangan terlalu sering bertengkar,"imbuhnya lagi seraya tersenyum.
"Baik Tante,"sahut Anne menurut.
Bodoh, gerutunya sendiri tatkala mobil mami Mika telah melesat pergi. Kenapa ia bersikap seolah-olah ia adalah pacar Mika?
~~~##~~~
Anne terhenyak. Pagi ini Mika telah berdiri didepan gang rumahnya. Sementara motornya diparkir didepan warung kopi tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Aku disuruh mami untuk menjemput kamu,"ucap Mika sebelum Anne bertanya.
Gadis itu tampak memasang wajah sewot.
"Kenapa kamu mau?"timpal Anne sekenanya. "Aku nggak mau ada yang tahu kita berduaan seperti ini,"
"Sebaiknya kita pergi sekarang. Kita hampir telat,"ajak Mika mengabaikan ucapan Anne.
"Kamu duluan saja, aku bisa pergi sendiri kok,"tolak Anne terus terang.
"Sudah, naik saja,"suruh Mika yang telah bersiap diatas motornya.
Anne terpaksa menuruti perintah Mika. Dengan menggerutu pula.
Namun rupanya Mika tak melajukan motornya ke sekolah. Mereka berhenti di depan taman kota yang nampak sepi.
"Kamu sudah gila? Kenapa kamu malah mengajakku kesini?"seru Anne marah.
"Bukannya kamu bilang nggak mau ada yang tahu kita berduaan?"tanya Mika datar.
"Iya, tapi nggak begini caranya...."
"Kenapa kita nggak coba pacaran seperti yang mamiku inginkan?"tanya Mika sesaat kemudian. Membuat Anne nyaris menjerit karena terlalu kaget.
"Apa?"seru Anne lantang."Kamu sama gilanya dengan mami kamu."
"Kenapa?"desak Mika kalem."Harusnya kamu bangga bisa pacaran denganku, bukannya histeris seperti ini."
"Bangga?"ulang Anne seraya tersenyum sinis."Aku malah muak dengan oang kaya yang sombong sepertimu."
Mika tak menyahut. Cowok itu terdiam sembari menerawangkan matanya ke langit yang berwarna biru.
"Aku dengar kamu masuk ke sekolah itu dengan bea siswa,"tandas Mika setengah bertanya.
Suasana lebih mereda ketimbang sebelumnya. Anne juga telah meredam amarahnya ketika Mika terdiam dan tidak meresponnya.
"Karena aku miskin,"ucap Anne."Ibuku hanya seorang penjual kue. Dan hasilnya nggak seberapa. Nggak mungkin aku mengandalkan penghasilannya untuk bersekolah. Maka dari itu aku harus belajar keras demi sebuah bea siswa. Karena aku ingin melanjutkan kuliah di universitas."
Mika agaknya tersentuh dengan penuturan gadis di sebelahnya. Ia menatap gadis itu dalam-dalam.
"Aku serius, Ne."
Anne menoleh pada Mika dan bertanya apa maksud dari ucapannya.
"Aku ingin kita pacaran,"tandas Mika mantap.
Namun Anne malah terbahak mendengarnya.
"Secepat ini kamu jatuh cinta padaku?"timpal Anne."Atau karena kamu kasihan padaku? Itu bukan cinta namanya. Tapi rasa iba,"tutur Anne.
"Aku sungguh-sungguh...."
"Hentikan,"potong Anne cepat."Lupakan semuanya. Aku nggak mau terlibat masalah yang berhubungan denganmu. Sebaiknya kita menjalani hidup kita masing-masing seperti sebelumnya. Dan satu lagi, bilang sama mamimu kita nggak ada hubungan apa-apa."
Dan Anne meninggalkan tempat itu usai mengakhiri kalimatnya.
~~~~##~~~
Mami Mika sakit? batin Anne lebih mempertajam pendengarannya. Henry dan beberapa orang teman Mika sedang membicarakan cowok itu. Pantas saja Mika absen hari ini.
Berita itu membuat hati Anne tidak tenang. Ia khawatir sakitnya mami Mika ada hubungannya dengan Anne.
Maka siang itu Anne nekat pergi ke rumah sakit dengan niat untuk menjenguk mami Mika. Akhirnya setelah bertanya ke meja resepsionis ia bergegas menuju ke kamar mami Mika dirawat.
Itu Mika, batinnya ragu. Ia menghentikan pergerakan sepatunya. Cowok itu tampak duduk tertegun di ruang tunggu sendirian. Sepertinya ia benar-benar dilanda kecemasan yang teramat parah.
"Mika..."
Cowok itu menoleh begitu Anne memanggil namanya.
Anne bergerak mendekat.
"Apa yang terjadi?"tanya Anne pelan. Gadis itu mengambil tempat duduk disamping Mika.
"Darimana kamu tahu mamiku sakit?"Mika malah balik bertanya.
"Aku mendengarnya dari teman-temanmu,"jawab Anne.
Mika mendesah berat.
"Mamiku mencoba bunuh diri kemarin,"ungkap Mika lirih. Wajahnya tampak melukiskan sebuah kesedihan yang teramat dalam.
Anne tercekat. Ia tidak mempercayai apa yang baru saja ia dengar.
Gadis itu ingin bertanya namun urung karena Mika melanjutkan kalimatnya.
"Mamiku tahu papi berselingkuh. Karena itulah dia melakukan hal bodoh itu,"ulas Mika.
Anne terdiam. Ia hanya membayangkan seraut wajah mami Mika yang cantik dan sikapnya yang energik. Benarkah mami Mika orang yang serapuh itu?
"Mami adalah orang mudah sekali depresi,"lanjut Mika lagi. "Sekali dia tersakiti dia pasti langsung drop. Dia pernah melakukan ini sebelumnya."
"Tapi aku lihat dia sangat energik dan ceria...."
Mika tersenyum pahit.
"Itu hanya untuk menutupi kesedihannya. Dia orang yang kesepian dan selalu berpura-pura bahagia,"tandas Mika lagi.
"Bagaimana kondisinya sekarang?"desak Anne cemas.
Mika menggeleng.
"Dia koma,"sahut Mika tanpa semangat. "Aku nggak tahu dia masih bisa bertahan atau nggak. Tapi aku yakin dia nggak ingin bertahan,"ucap Mika putus asa.
"Kamu nggak boleh bicara seperti itu,"potong Anne cepat. Ia menatap cowok itu dalam-dalam.
"Kenapa? Kamu mulai menyukaiku setelah mendengar kisahku?"tanya Mika cepat."Itu bukan cinta, tapi rasa iba."Mika sengaja mengulangi ucapan Anne kala itu.
"Mika!"seru Anne kesal. Ucapan Mika menusuk perasaannya.
Mika tak menyahut. Ia enggan untuk mendebat Anne.
Anne hanya bisa terpekur seraya menatap ke lantai.
Ternyata Mika juga punya penderitaan sendiri. Mungkin lebih berat dari yang ia alami selama ini.
"Menjadi orang kaya nggak selalu menyenangkan,"gumam Mika nyaris tidak terdengar.
"Aku tahu..."sahut Anne.
Namun ada satu janji yang sempat ia ucapkan pada mami Mika, bahwa ia akan menjaga Mika. Itu janji yang sebenarnya ataukah hanya sekedar ucapan spontan yang terlontar begitu saja?
Gadis itu mulai bersimpati pada Mika. Tapi seperti ucapannya terdahulu, itu bukan cinta. Melainkan rasa iba.
Tapi bukankah cinta bisa berawal dari rasa iba? Huh, membingungkan! gerutunya dalam hati.
"Maaf Mika..."
Seorang dokter tiba-tiba keluar dari kamar maminya dirawat. Ekspresinya tampak menyesal. Mungkinkah....
Mika terpana ditempatnya. Ia tak bertanya pada dokter itu apa maksud dari ucapannya. Mika sudah tahu. Maminya sudah pergi.
Anne pun sama. Gadis itu menyentuh pundak Mika perlahan. Untuk memberi dukungan padanya.
Mika berbalik lantas meraih tubuh Anne.Ia ingin membagi sedikit kesedihannya dengan gadis itu.
Mami Mika tahu ia tidak bisa menjaga Mika lebih lama. Mungkin karena itulah ia bersikeras untuk menjodohkan Anne dan Mika dengan caranya sendiri. Begitu pikir Anne.
"Dia pergi Ne,"ucap Mika getir.
Anne hanya mengangguk.
"Dan aku sudah berjanji padanya akan menjagamu...."tandas Anne seraya berbisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar