Minggu, 09 Juni 2013

WHO'S THE GIRL BESIDE YOU ?


Seorang pemuda bertubuh kurus dan tinggi datang ke coffe shop siang ini. Sebuah mantel tebal dan kumal membungkus tubuh rapuhnya.Warnanya hitam dan telah memudar.Bekas-bekas salju nampak menempel pada kerah dan lengan mantelnya.
Wajahnya nampak beku dan tekun tertunduk.Sementara kedua telapak tangannya ia sembunyikan didalam saku mantel kumalnya.Sama sekali tidak ada yang istimewa dari dirinya.
Heather telah melihat kunjungan pemuda itu beberapa kali ke coffe shop miliknya.Ia menganggap pemuda itu sebagai langganan semenjak kunjungan keduanya ke tempat itu.
Namun Heather yang tak terlalu sibuk,sering memperhatikan aktifitas para pengunjung coffe shop miliknya.Mulai dari orang tua, remaja bahkan anak-anak sekolah yang sering berkunjung kesana,tak luput dari pengawasan matanya.
Namun beberapa waktu terakhir,Heather sering mengamati seorang pemuda kurus bermantel hitam kumal itu.
Pemuda itu selalu memakai mantel yang sama,ekspresi wajah yang sama.Dan ia juga selalu memesan minuman yang sama, coffe latte tanpa krim.
Sebenarnya tak ada yang aneh atau patut dijadikan alasan curiga.Semua pengunjung juga akan melakukan hal yang sama.Duduk satu atau dua jam seraya menikmati minuman dan suasana hangat didalam coffe shop itu.
Tapi pemuda itu berbeda.
Lima menit setelah pesanannya diantar, sorang gadis berwajah oriental akan datang setelah itu.
Gadis itu tampak cantik memakai cardigan berwarna biru muda.Rambutnya yang hitam dan panjang terurai lepas menjuntai ke punggungnya.Namun sayang wajahnya pucat.Mungkin karena cuaca diluar tidak bersahabat dengannya.Lagipula pakaian yang dikenakannya tak cukup tebal untuk bisa menahan hawa dingin yang dibawa musim tahun ini.
Gadis itu akan duduk tepat disebelah tempat pemuda itu.Ia tak menegur atau mengajak pemuda itu berbincang.Ia akan membisu sepanjang waktu seraya memandangi pemuda itu tanpa henti.
Bagi Heather ini sangat aneh.Karena pemuda itu juga melakukan hal yang sama seperti gadis itu.Pemuda itu hanya diam seraya sesekali meneguk minumannya tanpa pernah menoleh ke arah gadis itu sama sekali.
Setelah ia menghabiskan minumannya ia akan bergegas pergi tanpa mempedulikan gadis itu.Seakan-akan gadis itu tidak pernah ada.Atau mungkinkah gadis itu tidak terlihat oleh pemuda itu?
Hal inilah yang selalu dirisaukan Heather akhir-akhir ini.Sebenarnya ia tidak ingin memikirkannya,tapi pemuda itu selalu datang ke coffe shop miliknya.Bagaimana mungkin hal ini tidak mengusik benaknya.
Mungkinkah ini sebuah misteri?batin Heather saat pemuda itu datang lagi mengunjungi coffe shop.
"Apa kau tidak mencurigai pemuda itu?"tanya Heather berbisik pada Jannet,salah seorang pegawainya.
Jannet mengernyitkan dahi seraya melayangkan pandangannya ke segenap penjuru coffe shop.Mencari sosok pemuda yang dimaksud oleh sahabat sekaligus bosnya.Tapi ada beberapa pemuda yang sedang duduk di bangku pengunjung.
"Pemuda yang mana?"tanya Jannet ingin tahu.
"Pemuda yang memakai mantel hitam,"bisik Heather seraya menunjuk ke sudut ruangan.Seorang pemuda bermantel hitam kumal tengah duduk termenung menunggu minumannya datang.
Jannet mengangguk.
"Kau menyukai pemuda seperti itu?"tanya Jannet penuh kecurigaan.
"Bukan,"sahut Heather seraya menepuk pundak sahabatnya.
"Lantas...."pancing Jannet masih tak mengerti."Apa yang aneh dari orang semacam dia?"tanyanya seraya mengamati pemuda itu dari ujung sepatu hingga ujung rambutnya.Semua terlihat biasa,tak ada yang istimewa.Apa hanya karena pakaian kumalnya lantas Heather menganggapnya aneh?batinnya menebak.
"Perhatikan,"ucap Heather antusias."Lima menit setelah minumannya diantar pasti ada seorang gadis datang dan duduk di sebelah pemuda itu.Gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan begitu juga pemuda itu.Mereka saling diam sampai pemuda itu menghabiskan minumannya,dan pergi tanpa pernah berbincang dengan gadis itu.Bahkan pemuda itu sama sekali tidak menatap gadis itu.Seolah gadis itu tidak nampak oleh matanya,"tutur Heather panjang.Penjelasannya cukup rinci dan jelas.
Heather menatap pemuda itu tanpa berkedip seraya menyelesaikan ceritanya.Namun tak ada terdengar respon dari sebelahnya.
"Jannet...."desisnya geram.Gadis bernama Jannet itu telah lenyap dari sisinya.
Sejak kapan ia menghilang?batin Heather kesal.Padahal ia sudah susah payah menceritakan hasil penemuannya,tapi sia-sia.Karena Jannet telah kabur duluan ke toilet.Tanpa pamit pula.
Dugaan Heather benar.Seorang gadis datang dan duduk disebelah pemuda kurus itu.Seperti biasa.Tanpa percakapan sama sekali.Sepertinya mereka terpisah oleh satu dimensi dunia yang berbeda.
Setelah menghabiskan minumannya,pemuda itu pergi begitu saja tanpa melihat ke arah gadis itu.Ia berjalan di bawah salju yang turun dengan langkah lemah dan berat.
Entah kenapa Heather seperti tergelitik untuk mengetahui kehidupan pemuda itu.Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada pemuda itu.Tapi kira-kira peristiwa apa?
"Apa yang hendak kau ceritakan tadi?"Jannet tiba-tiba saja muncul dibelakang tubuh Heather.Membuat gadis itu nyaris melompat karena terkejut.
"Maaf,tadi perutku sakit...."ucap jannet seraya mengejar langkah sahabatnya.
Heather tak menyahut.Ia masih kesal tampaknya.
"Aku minta maaf,"ulang Jannet lebih keras dari sebelumnya.
"Aku lapar.Buatkan aku makanan,"suruh Heather terdengar memaksa.
"Baiklah,"seru Jannet cepat.
~~~~%%~~~~
"Aku akan pergi sebentar!"Heather menyambar mantel miliknya lantas berlari keluar dari coffe shop tanpa menunggu jawaban pegawainya.
Pemuda bertubuh kurus itu tak lepas dari pengawasan mata Heather.Ia membuntuti pemuda itu dari kejauhan.Juga gadis berwajah pucat yang kini melangkah beberapa inchi dibelakang pemuda itu.
Hather berhenti dan buru-buru menyembunyikan tubuhnya dibalik pohon saat pemuda itu sampai di tikungan jalan.
Gadis berpakaian cardigan biru muda itu menghentikan gerakan kakinya.Ia membiarkan pemuda itu melanjutkan langkahnya sendirian.Namun sepasang mata sempitnya mengikuti arah pemuda itu pergi.
Aneh,batin Heather terpukau.Kenapa ia tidak mengikuti pemuda itu sampai rumahnya?
Lantas siapa yang harus Heather ikuti sekarang?Gadis atau pemuda itu?
Namun ketika Heather menoleh kearah gadis oriental itu,mendadak saja ia terkejut.Gadis itu telah lenyap dari tempatnya berdiri.Kemana dia?Kenapa ia menghilang begitu saja?
Heather menoleh kesana kemari mencari keberadaan gadis misterius itu.Ia benar-benar menghilang.Seperti ditelan bumi begitu saja.
Pemuda itu tampak masuk ke dalam sebuah bangunan kecil dan tua saat Heather melanjutkan penyelidikannya.
Heather mengendap-endap.Ia melongok mengintip kedalam melalui sebuah jendela kaca yang sudah tampak buram karena usia dan cuaca.
Didalam sana nampak beberapa lukisan terpasang di dinding.Tidak itu saja.Di lantainya juga ada beberapa buah lukisan bersandar pada tembok.
Rupanya tempat itu adalah sebuah galeri.Semenjak pindah ke daerah ini,ia baru tahu jika ada sebuah galeri lukisan di sekitar tempat tinggalnya.
Karena keingintahuannya yang terlalu mendalam, tanpa sadar gadis itu bergerak perlahan membuka pintu galeri dan menyeruak masuk kedalam.
Heather berdecak kagum melihat lukisan-lukisan yang terpajang disana.Apa pemuda itu yang melukisnya,batinnya mengagumi hasil karya yang tengah ia lihat sekarang.Ternyata dibalik penampilannya yang sangat sederhana tersimpan bakat yang luar biasa.
Tiba-tiba saja mata Heather menumbuk sesuatu disudut ruangan.Ia bergerak mendekat dan tertegun menatap sebuah lukisan yang terpajang disana.
"Lukisan ini...."gumamannya terhenti.
Benar-benar tak bisa dipercaya,batinnya.Seorang gadis cantik berwajah oriental tampak tersenyum kaku tergores sempurna di atas kanvas.Tidak salah lagi.Gadis dalam lukisan itu memang gadis yang sama,yang selama ini datang ke coffe shopnya bersama pemuda itu.
Berarti mereka saling mengenal satu sama lain,tapi kenapa mereka tidak saling bertegur sapa saat bertemu.Apa benar mereka terpisahkan oleh dimensi dunia yang berbeda.
Dan hanya Heather yang bisa melihat gadis itu?
Heather tergagap saat menyimpulkan hal yang mustahil itu.
Tidak mungkin seperti itu,gumamnya tak terdengar.
Gadis itu mundur selangkah demi selangkah.Ia hendak meninggalkan tempat itu setelah menyadari ada beberapa misteri yang tersimpan dalam lukisan itu.Misteri yang seolah ingin menyeretnya lebih jauh lagi.
"Kau siapa?"
Jantung Heather nyaris melompat keluar mendengar sebuah teguran yang mengagetkan dirinya.Ia menoleh dan mendapati pemuda yang sama dengan pemuda yang selalu berkunjung ke coffe shopnya akhir-akhir ini.
Ia tak menyahut.Wajahnya pucat dilanda ketakutan.
Heather buru-buru menerobos keluar dari galeri itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.Ia berlari kencang meninggalkan tempat itu dan kembali ke coffe shopnya.
~~~~%%~~~~
Langkah-langkah Heather kian melambat dan akhirnya terhenti sama sekali.Kakinya terpaku kaku di tanah dan tak bisa digerakkan sama sekali. Sepasang matanya menatap lurus kedepan.Ke arah sosok tubuh yang kini berdiri beberapa jengkal darinya.
Gadis bercardigan biru muda itu....
Kaki Heather ingin bergerak melesat sejauh mungkin dari tempat itu.Tapi tak bisa.Ia bahkan tak bisa menggerakkan kakinya barang seinchipun.
"Jangan takut..."ucap gadis misterius itu seraya maju selangkah kedepan.
Tangan dan kaki Heather gemetar karena takut.Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu apa yang akan dilakukan gadis misterius itu.
"Tenanglah,aku tidak akan menyakitimu,"ucap gadis itu mencoba menenangkan hati Heather."Aku hanya ingin meminta tolong padamu,Heather."
Heather menghirup nafas dalam-dalam dan menghilangkan ketakutannya sedikit demi sedikit.Sesaat kemudian mereka telah berpindah tempat ke bangku taman agar bisa berbincang dengan nyaman.
"Namaku Lyn,"ucap gadis oriental itu memperkenalkan diri.Dan rasanya Heather tidak perlu memperkenalkan diri karena Lyn sudah tahu namanya.
"Kau pernah melihatku sebelumnya,"lanjut Lyn tanpa menoleh.
"Iya,"sahut Heather kaku.
"Aku dan pemuda itu saling mencintai,"ungkap Lyn kemudian.Memulai kisahnya."Lima tahun yang lalu kami sempat bertunangan dan ingin menikah.Tapi kenyataan tidak mengizinkan kami untuk bersama.Aku menderita sakit yang parah dan sudah terlambat untuk melakukan pengobatan.Aku meninggal pada suatu hari di musim dingin,"tutur Lyn membuat Heather terkejut seketika.
"Jadi kau....?"
"Kau benar,"timpal Lyn cepat."Aku memang roh yang sedang bergentayangan."
"Tapi kenapa kau bergentayangan?"tanya Heather polos.
"Karena pemuda itu teramat mencintaiku sehingga ia belum bisa menerima kenyataan bahwa aku sudah meninggal.Itulah sebabnya aku belum bisa meninggalkan dunia ini,"jelasnya.
Heather mengernyitkan dahinya.
"Jadi kisah semacam itu benar-benar ada?"tanyanya setengah bergumam.Sementara Lyn mengangguk menanggapi pertanyaan Heather.
"Maka dari itulah aku ingin menitipkan pesan pada pemuda itu,"ucap Lyn kemudian.
"Kenapa kau tidak mengatakan sendiri padanya?"tanya Heather bermaksud menghindari permintaan tolong Lyn.
"Karena dia tidak bisa melihatku,"timpal Lyn cepat.
"Oh,maaf aku lupa,"ucap Heather bodoh."Lalu apa yang ingin kau sampaikan padanya?"
"Aku ingin dia merelakan kepergianku dan memulai hidup baru,"ucap Lyn."Aku ingin ia mencari kebahagiaannya sendiri."
Heather mengerti.
"Baiklah,aku akan menyampaikan pesanmu padanya,"ucap Heather kemudian.
"Terima kasih,"sambut Lyn dengan gembira."Maaf aku tidak bisa membalas kebaikanmu,"
"Tidak masalah,"
Lyn menatap punggung Heather sampai ia masuk kedalam coffe shop.Ada secercah bahagia terbersit dalam senyumnya.
~~~~%%~~~~
Heather mengetuk pintu galeri itu perlahan.Ada rasa ragu dan takut menyelimuti pikirannya,tapi ditepisnya sebisa mungkin.Amanat dari orang yang telah meninggal sangat penting dan tidak boleh diabaikan begitu saja.Lagipula kasihan Lyn....
Pintu galeri terkuak perlahan.Seorang pemuda bertubuh kurus berdiri dihadapan Heather ketika pintu itu telah terbuka.Pemuda yang sama dengan yang biasa ia lihat disudut coffe shop.
Pemuda itu mengernyitkan dahinya manakala menemukan seorang gadis yang kemarin masuk kedalam galerinya tanpa permisi.
"Maaf,"ucap Heather pelan.Ia segera mengajukan maaf mengingat kelakuannya kemarin.
"Kau siapa?"tanya pemuda itu sembari mengamati perawakan Heather."Bukankah kau yang kemarin...."
"Benar,"timpal Heather cepat."Aku ingin meminta maaf atas kelancanganku masuk kedalam galerimu tanpa permisi,"imbuhnya seraya tersenyum kaku.
Pemuda itu tak merespon permintaan maaf Heather.Ia teringat sesuatu.Saat Heather menatap lukisannya dengan sangat serius.Seolah-olah gadis itu mengenal sosok didalam lukisannya.
"Masuklah,"suruh pemuda itu beberapa waktu kemudian."Kau ingin melihat lukisan itu lagi bukan?"ia mulai menebak isi pikiran Heather.
Heather mengikuti langkah pemuda itu masuk kedalam galeri.Tanpa sepatah kata penjelasan.
"Oh ya siapa namamu?"tanya pemuda itu.
"Heather."
Gadis itu telah berdiri tertegun didepan lukisan gadis berwajah oriental bernama Lyn yang ia temui kemarin.
Lukisan itu benar-benar mirip,batin Heather kagum.Karena cinta orang bisa melakukan apa saja.
"Siapa dia?"gumam Heather bertanya.Sepasang matanya beralih kearah pemuda itu yang rupanya enggan untuk mendekat ke tempatnya berdiri.
"Bukan siapa-siapa,"sahut pemuda itu datar.Ia pura-pura sibuk membenahi cat minyak yang berserakan di atas meja.
Heather mendesah pelan.Perlahan ia melangkah mendekat ke arah pemuda itu.
"Kau tahu,Lyn sangat benci keadaanmu sekarang,"tandas Heather sengaja memancing.
Pemuda itu mengangkat dagunya dan beralih menatap ke arah Heather.Tatapan matanya penuh dengan sejuta tanda tanya.
"Aku bertemu arwahnya kemarin,"ungkap Heather.
"Apa yang kau katakan?"tanya pemuda itu seraya mengguncang bahu Heather.
"Itu memang benar,"sahut Heather."Makanya aku datang kesini untuk menyampaikan pesannya."
"Pesan apa?"desak pemuda itu tak sabar.
Heather menghela nafas sebelum berbicara.
"Dia hanya ingin kau merelakan kepergiannya dan memulai hidup yang baru,"tandas Heather sembari menatap mata sayu milik pemuda itu.
Pemuda itu tampak terguncang mendengar penuturan Heather.Ia tertegun seraya menatap kosong ke arah lantai.
"Dia ingin kau mencari kebahagiaanmu sendiri,"lanjut Heather.
Pemuda itu belum bergerak dari keterkejutannya.
"Apa yang kau katakan itu benar?"tanya pemuda itu setengah tak percaya.
"Kau tahu,"lanjut Heather lagi."Setiap kau datang ke coffe shop,Lyn juga datang.Dia duduk disebelahmu sampai kau selesai dan pergi."
Pemuda itu menggerakkan bola matanya ke kanan dan ke kiri.Seperti orang kebingungan.Linglung.
"Lyn...."desisnya.Mendadak matanya berkaca-kaca.
Dan Heather hanya bisa tertegun disebelah pemuda itu.Ia bisa merasakan betapa pedih hati pemuda itu.
~~~~%%~~~~
Tiga bulan telah berlalu semenjak hari itu.Dan Heather tidak pernah melihat kehadiran pemuda itu di coffe shopnya.Ia juga tak pernah berkunjung ke galeri itu.Karena ia berpikir tugasnya untuk menyampaikan pesan Lyn telah ia laksanakan.
"Kemana pemuda yang selalu kau bicarakan itu?"suara Jannet mengusik telinga Heather yang tengah termangu dibalik mesin kasir.Gadis itu hanya mendesah mendengar pertanyaan sahabatnya.
Jannet tersenyum pahit.
"Sebaiknya kau telpon Ted dan ajak dia untuk berbaikan kembali,"ucap Jannet kembali.Mengungkit nama mantan kekasih Heather.
"Aku sudah melupakannya,"sahut Heather terdengar ketus.Antara dia dan Ted memang sudah berakhir sejak lama.
Jannet tak bersuara lagi.Ia sedang sibuk meracik kopi.
"Apa kau menyukai pemuda berpakaian kumal itu?"Jannet melanjutkan perbincangan beberapa saat kemudian.
Heather menggeleng.
"Aku hanya ingin tahu keadaannya,"gumam gadis itu.Sesungguhnya ia khawatir jika pemuda itu menghancurkan dirinya atau yang lebih parah bunuh diri.Dan Heather tidak mau itu terjadi.
"Oh ya,aku hampir lupa,"seru Jannet."Ada titipan di meja kerjamu.Sepertinya sebuah undangan.Entah dari siapa,"
Undangan?Heather beranjak ke meja kerjanya dan mendapati selembar kertas putih tergeletak disana.
Pameran lukisan?gumamnya heran.Seingatnya ia tidak punya kenalan pelukis.Tapi namanya jelas-jelas tertulis disana.
"Jannet,"teriaknya."Kau tahu siapa yang mengirimkan undangan ini?"tanya Heather.
"Tidak!"
Heather tertegun seraya memutar otak.Penasaran.
"Sebaiknya kau datang saja kesana agar pertanyaanmu terjawab,"usul Jannet."Lagipula besok kau tidak ada acara kan?"
Jannet benar,batinnya.
"Siapa tahu kau akan bertemu pangeran tampan dan kaya raya disana,"goda Jannet seraya tersenyum.
"Tapi aku bukan Cinderella..."sahut Hether seraya terbahak.
"Oho...aku akan mengubahmu jadi Cinderella!"seru Jannet seraya mengibaskan tangannya seolah ibu peri yang sedang mengayunkan tongkat sihirnya.
Dan meledaklah tawa mereka berdua.
~~~~%%~~~~
"Hai,Heather."
Gadis itu nyaris terlompat karena kaget mendengar teguran asing itu.Semula ia sibuk menatap sebuah lukisan yang terpajang dihadapannya.Karena tidak ada satupun orang yang ia kenal di tempat pameran.
Seorang pemuda tampan memakai jas cokelat berdiri dihadapan Heather.Ia menyunggingkan senyum terbaiknya untuk gadis itu.
Heather tersenyum kaku.Apa ia pangeran tampan dan kaya raya seperti harapan Jannet untuknya?
"Kau masih ingat aku?'tanya pemuda itu mencoba membuka ingatan Heather.
Heather terdiam berpikir.Mencoba mengingat sosok yang kini berdiri dihadapannya.
"Kau...."sepertinya gadis itu telah menemukan ingatannya tentang pemuda itu.
"Ya,ini aku,"ucap pemuda itu senang.
Heather tersenyum.
"Lama tak melihatmu.Apa kabar?'tanya Heather kemudian.
"Baik,"sahut pemuda itu."Kau sendiri?"
"Seperti yang kau lihat.Aku baik-baik saja,"ucap Heather bersemangat.
"Oh ya,selamat datang di pameranku.Kau suka?"Pemuda itu mengajak Heather berkeliling melihat hasil karyanya.
"Suka,"sahut Heather senang."Hm...tapi apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Boleh."
"Sampai sekarang aku belum tahu namamu,"tandas Heather seraya melirik pemuda disebelahnya.
Pemuda itu tertawa renyah.Ia baru menyadari jika ia melewatkan perkenalan dengan gadis itu.
"Maaf,"tuturnya."Perkenalkan,namaku Key.Aku tidak tahu apa yang dipikirkan orang tuaku saat memberiku nama itu.Mungkin saja ketika aku dilahirkan mereka kehilangan kunci rumah,"pemuda itu tergelak usai bercerita.Begitu juga dengan Heather.
"Tapi aku senang melihat keadaanmu jauh lebih baik dari sebelumnya,"ungkap Heather beberapa saat kemudian.
"Benarkah?"tanya Key seraya tersenyum.
"Tentu saja."
"Semua demi Lyn,"ucap Key."Terima kasih telah hadir dan menjadi penghubung diantara kami berdua."
"Sama-sama."
~~~~%%~~~~
Heather sangat antusias saat bercerita tentang Key dan pameran lukisannya pada Jannet.Bahkan matanya tampak berbinar .cerah saat menyebut nama Key.Gadis itu tak pernah seperti ini semenjak putus dari Ted.
"Harusnya kau ada disana,"tutur Heather bersemangat."Kau tahu,dia sangat berbeda dan dia tampan,"ucap Heather setengah berbisik.
Jannet hanya tersenyum tipis seraya melukis sosok seorang pemuda kurus berpakaian kumal di layar benaknya.
"Apa kau menyukai pemuda itu?"tanya Jannet sengaja memancing reaksi Heather.
"Apa?"ulang Heather tercekat.Ia tak menduga Jannet akan menembaknya dengan pertanyaan semacam itu.
"Kau tidak pernah bercerita tentang laki-laki dengan bersemangat seperti ini,Heather,"ucap Jannet mengingatkan sahabatnya.
"Benarkah?"tanya Heather seperti linglung.
Reaksinya malah membuat Jannet meledakkan tawanya.
"Kau tidak menyadarinya?"pancing Jannet.
Heather menggeleng.
"Bodoh,"maki Jannet seraya beranjak dari kursinya.
"Mungkin,"Heather meralat ucapannya secepat mungkin seraya menyusul pergerakan tubuh Jannet.
"Mungkin?"ulang Jannet seraya membalikkan tubuh dan menatap sahabatnya."Kau tidak yakin pada perasaanmu sendiri?'Jannet heran melihat tingkah Heather.Bukan pertama kali ini saja ia jatuh cinta.Kenapa ia tidak bisa mengenali perasaannya sendiri?Ini benar-benar aneh.
"Tapi kabar baiknya Key akan mentraktirku makan malam akhir pekan ini,"tutur Heather setengah bersorak.
"Benarkah?"Jannet mendelikkan matanya.Tak percaya.
"Apa mataku sedang berbohong?"timpal Heather sembari mendekatkan wajahnya ke arah Jannet.
"Kupikir tidak,"sahut Jannet seraya menggeleng.Gadis itu segera meraih tubuh sahabatnya."Selamat,Heather.Semoga kau menemukan pasangan yang tepat,"ucapnya menepuk pundak Heather.
"Semoga begitu,"
~~~~%%~~~~
Jannet tersenyum bahagia melihat Heather dan Key tengah berbincang disudut coffe shop.Sesekali mereka bercanda dan tertawa lepas.Mereka sedang dilanda kasmaran!
Jannet senang, akhirnya Heather menemukan belahan hatinya.Dan ia merasa Key sangat cocok untuk Heather.Begitu juga sebaliknya.Hether memang layak mendapatkan kebahagiaan.Karena gadis itu baik dan sudah sepantasnya ia mendapatkan apa yang ia ingnkan.
"Jannet!"
Jannet terloncat kaget karena tiba-tiba saja Heather memeluk punggungnya dari belakang.Tingkahnya persis seperti anak kecil.
"Kau ingin aku mati mendadak karena serangan jantung?"celutuk Jannet kesal.Ia memasang wajah cemberut.
"Hei,maaf.Aku tidak bermaksud seperti itu,"tandas Heather menyesal."Coba kau tebak,apa yang dikatakan Key padaku tadi,"ucap Heather dengan wajah berseri.
"Memang apa?"
"Dia mengajakku untuk menikah,"seru Heather berbunga-bunga.
Jannet melongo.Tak percaya.
"Benarkah?"tanya Jannet antusias.
Heather mengangguk girang.
"Dan kau menjawab apa?"tanya Jannet lebih lanjut.
"Aku menjawab iya,"kedua sahabat itu berpelukan beberapa saat kemudian.Jannet juga turut bahagia mendengar pengakuan sahabatnya.
"Oho...akhirnya kau akan menikah juga,"ucap Jannet seraya tersenyum senang.
"Ya, akhirnya,"ucap Heather."Setelah setahun berlalu,akhirnya kami akan menikah.Kau tahu,ini seperti mimpi.Dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi karena terlalu bahagia."
Heather tak lepas tersenyum karena terlalu bahagia membayangkan kebahagiaan yang bakal diraihnya bersama Key.Setelah menjalin cinta selama setahun akhirnya Key melamar gadis itu.
~~~~%%~~~~
Heather mematut dirinya di cermin.Ia nyaris tak percaya jika gadis yang sedang mengenakan gaun pengantin itu adalah dirinya.
"Kau benar-benar cantik,"
Pujian itu terdengar dari balik punggung Heather.Gadis itu terkejut namun langsung menyunggingkan senyum termanisnya.Key langsung mendaratkan sebuah kecupan di pipinya.
"Aku gugup,Key,"keluh Heather jujur.Sesaat lagi mereka akan melangsungkan ikrar suci pernikahan.
"Apa kau pikir aku juga tidak gugup?"tanya Key seraya menyentuh pipi gadisnya."Dua orang gugup lebih baik daripada gugup sendirian,kau tahu itu?"
Heather tersenyum mendengar ucapan Key.
"Terima kasih,"ucap Heather kemudian.
"Kenapa berterimakasih?"tanya Key seraya mengerutkan dahinya."Apa aku memberimu sesuatu?"
Dasar Key.Disaat seperti ini ia masih sempat bercanda,batin Heather.
"Terima kasih karena kau telah memberiku kesempatan untuk merasakan saat-saat tegang seperti ini,"ucap Heather serius.Namun justru membuat Key meledakkan tawanya.
"Kenapa tertawa?"tanya Heather sewot.
"Aku tidak tertawa,"sahut Key cepat meredakan tawanya.
"Lantas apa itu bukan tertawa namanya?"tanya Heather sembari menimpuk pundak Key dengan mesra.
"Hei,apa yang sedang kalian lakukan?!"
Teriakan Jannet mengacaukan kemesraan itu.Heather buru-buru menepis tangan Key yang melingkar di pinggangnya.
"Acaranya akan segera dimulai.Cepatlah,"suruh Jannet setengah berteriak.
"Kita harus cepat kesana,"ucap Heather pada Key.Namun mendadak gadis itu merasakan sesuatu yang menusuk diperutnya.
"Kau kenapa Heather?"tanya Key panik manakala melihat gadis itu memegangi perutnya seraya merintih kesakitan.Wajahnya berubah pucat seketika.
"Perutku...."
Tiba-tiba tubuh Heather ambruk ke lantai.Rupanya rasa sakit yang menusuk di perutnya semakin menjadi dan ia tak kuasa untuk menahannya.
"Heather!"
~~~~~%%~~~~
Tubuh Heather masih terbaring di atas tempat tidur.Sebuah selang infus terpasang ditangannya.Ia tertidur dan tidak merasakan kesakitan lagi di perutnya.
Key berdiri terpaku didepan pintu kamar Heather.Dari balik kaca ia melihat gadisnya terbaring lemah.
Dada pemuda itu terasa sesak.Rasanya sulit untuk menghirup nafas dalam-dalam.
Pernikahan mereka tertunda karena Heather harus dilarikan ke rumah sakit secepat mungkin.Bahkan pemuda itu masih mengenakan tuxedo.
Dokter telah memberi tahu diagnosa penyakit Heather padanya.
Kanker usus....
Kejadian ini seperti kembali mengarungi waktu ke enam tahun yang lalu.Lyn juga pernah terbaring disana.Dengan penyakit yang sama.Dan beberapa bulan kemudian ia meninggal.
Apa salahku,Tuhan?gumam Key.Kenapa orang-orang yang kucintai harus menderita penyakit yang sama?Ini sungguh tidak adil.
Sebutir air bening jatuh ke permukaan lantai.Airmata Key.
Berjuta penyesalan mulai menyerang dirinya bertubi-tubi.Kutukan atau hukumankah ini?
Apakah ia akan kehilangan gadis yang ia cintai untuk kedua kalinya?
"Tidak!!"jeritnya seraya mengepalkan jemarinya ke tembok.Takdir tidak boleh merenggutnya begitu saja.Takdir tidak boleh berhenti sampai disini.
Heather tidak boleh mati! Bagaimanapun caranya dan semahal apapun biayanya gadis itu harus sembuh.
"Heather kau harus sembuh,"isak Key ."Kau harus terus hidup dan menjadi ibu dari anak-anakku.Kau dengar itu?"
Pemuda itu jatuh terduduk ke atas lantai dengan uraian air mata yang merembes dipipinya......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar