Kamis, 06 Juni 2013

GUE BUKAN BANCI !!!


Vicky nampak terbirit-birit menuju ke perpustakaan.Kepalanya celingak-celinguk begitu sampai disana.Otaknya mulai mengabsen satu-persatu pengunjung perpus.
Akhirnya makhluk yang sedang dicarinya ketemu juga.
Vicky bergegas menghampiri seorang cewek yang sedang berdiri disudut perpus.Ia bersandar pada rak buku seraya sibuk membaca sebuah novel.
"Nayna..... "seru Vicky memanggil nama cewek itu."Gue cariin kemana-mana, nggak tahunya lagi mojok disini.Lagi baca apa sih?"tanya Vicky ingin tahu.Ia ikut-ikutan menyandarkan punggungnya pada rak buku seperti yang Nayna lakukan.
"Biasa...Gue lagi baca novel,"sahut Nayna tanpa mengalihkan matanya dari lembar-lembar novelnya.
"Nay...."
"Apaan sih?"
"Gue mau curhat nih..."ucap Vicky setengah berbisik.
"Mau curhat kok kayak kebelet gitu,"tukas Nayna seenaknya.Ia belum juga mengalihkan matanya ke arah Vicky.
"Gue serius nih,"timpal Vicky agak kesal.
Nayna melirik ke arah sahabatnya.Ia melihat ekspresi wajah Vicky lebih dari ekspresi orang kebelet.
"Seserius apa sih?"tanya Nayna seraya menutup novel ditangannya.
Vicky mengedarkan pandangan ke sekeliling.Ia tak mau ada orang lain yang ikut mendengar perbincangan mereka berdua.Setelah ia merasa aman,barulah ia mengeluarkan unek-unek yang sedari tadi mendera pikirannya.
"Apa gue mirip banci?"bisik Vicky seraya mendekatkan bibirnya ke telinga Nayna.Dan dengan spontannya, Nayna meledakkan tawanya dengan keras.Membuat Vicky menutup mulut cewek itu dengan telapak tangannya secepat kilat.
"Ssssssttt....."bisik Vicky.Barulah ia melepaskan tangannya saat Nayna berjanji tidak akan tertawa melalui isyarat tangannya.
"Gue serius Nay,"ulang Vicky kemudian.Dan ekspresinya benar-benar serius.
Nayna menatap raut wajah Vicky dalam-dalam.Dia memang melihat ekspresi itu terlukis disana.Juga ada sedikit rasa takut tersembunyi disana.
"Emang siapa yang bilang?"tanya Nayna berlagak santai.Cewek itu mengembalikan novel di dalam genggamannya ketempat semula.
"Semua,"sahut Vicky cepat."Rendy juga."
Nayna tersenyum tipis.
"Terus loe ngerasa loe banci atau bukan?"desak Nayna.
Dengan gerakan perlahan Vicky menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan.
"Kalau loe ngerasa bukan banci,kenapa loe bingung?"sentak Nayna seraya menyunggingkan senyum pahit.
Vicky terdiam.Namun ia buru-buru melangkahkan kakinya untuk menyusul Nayna yang telah lebih dulu pergi meninggalkan perpus.
"Nay tunggu!"teriak Vicky memburu langkah Nayna.
"Kenapa loe mikirin mereka?"tanya Nayna kemudian.Ia memperlambat langkah kakinya agar Vicky tak kerepotan mengejarnya."Kalau loe enjoy dengan diri loe sekarang,ya udah.Nikmati aja hidup loe tanpa mempedulikan omongan orang lain."
"Gue tahu gue nggak senormal anak cowok lain,"ucap Vicky lirih.Ia menghentikan langkahnya agar lebih leluasa bicara dengan Nayna.
Nayna ikut-ikutan menghentikan gerakan sepatunya.Ia menoleh ke arah Vicky dan bertanya.
"Terus?"pancing Nayna.
Vicky terdiam sesaat mengatur nafas.
"Gue dibesarin didalam keluarga yang mayoritas cewek semua.Loe tahu itu kan?Mungkin karena itu gue cenderung sensitif dan bersikap seperti cewek,"tandas Vicky."Gue mau berubah.Bantu gue,Nay,"ratap Vicky memelas.
Nayna mengerti.Ia mengakui ada sifat feminin dalam diri sahabatnya itu.Tapi Vicky bukan banci,batinnya.
"Loe mau gue ngapain?"tanya Nayna.
"Gue pingin jadi cowok seutuhnya,Nay,"jawab Vicky tegas."Gue nggak mau dikatai banci sama mereka lagi."
Nayna menarik nafas dalam-dalam.
"Ok.Gue akan bantu,"sahut Nayna mantap.
"Thanks Nay,loe emang sobat gue yang paling baik sedunia,"puji Vicky seraya tersenyum manja.Kemayu.
"Eit,tapi ini nggak gratis lho,"potong Nayna cepat.
"Nay!"seru Vicky kesal.
"Gue becanda,"tukas Nayna."Jangan bertingkah manja kayak gitu kalau nggak mau dibilang banci,"ujar Nayna setengah mengancam.
"Sorry gue lupa,"sahut Vicky terburu-buru memperbaiki sikapnya.
~~~%%~~~
"Pertama, loe ubah cara bicara loe,"ujar Nayna seperti memberi les privat pada sahabatnya."Liat orang-orang disekitar loe dan perhatiin gimana mereka ngomong.Yang pasti bukan cewek lho..."
Vicky mengangguk lantas menulis keterangan yang diberikan Nayna pada sebuah buku kecil mirip agenda.
"Yang kedua,cara berjalan dan berpakaian."Nayna melanjutkan ucapannya."Loe mesti menghindari warna-warna feminin,misal...pink,merah,ungu atau kuning.Cowok nggak lucu pakai warna-warna tersebut.Loe ngerti?"Nayna melotot ke arah Vicky yang tampak serius mendengarkan ceramahnya.
"Ya,gue ngerti,"sahut Vicky cepat."Terus?"
Nayna terdiam.Cewek itu sibuk mondar-mandir seraya berpikir.Kira-kira apa tips berikutnya?
"Ha!Loe ikut aja olahraga,misalnya futsal atau karate.Itu kan olahraga yang identik dengan cowok..."ucap Nayna tiba-tiba.
Vicky nyengir.
"Tapi gue takut bola,Nay,"sahut Vicky pelan."Gue juga takut kena pukul,"imbuhnya dengan raut wajah ketakutan
Nayna nyaris terloncat mendengar pengakuan Vicky.
"Loe cowok atau bukan?!"bentak Nayna seraya mendelikkan matanya.
"Co...cowok,"jawab Vicky setengah ngeri melihat mata Nayna yang melotot seperti ingin melompat ke arahnya.
"Kalau loe cowok,loe nggak boleh takut apalagi cuma sama bola,"tandas Nayna tegas dan dengan suara lantang.Toh halaman belakang rumahnya sepi dan percakapan mereka tidak akan ada yang mendengar.
Sementara itu Vicky masih tekun menyimak penjelasan yang diberikan Nayna.
"Loe anggap aja bola itu musuh loe.Loe harus mengendalikan, menggiring dan menendang bola itu sekuat tenaga loe.Seolah-olah itu bola udah menghina loe, jadi loe harus balas dendam sama bola itu.Loe paham?"tanya Nayna bersemangat.
"Apa loe nggak terlalu ngawur,Nay?"tanya Vicky ragu-ragu.Ia takut jika Nayna akan marah mendengar pertanyaannya.
Nayna mendengus kesal mendapat pertanyaan seperti itu.
"Memang sih, agak ngawur sedikit,"sahutnya mengakui."Tapi ini semua demi loe,Vic.Loe nggak mau kan dianggap banci sama mereka?"
"Nggak,"jawab Vicky sembari menggeleng.
"Makanya,loe nurut aja apa kata gue,"ucap Nayna.Cewek itu menghapus keringat yang mengucur dari dahinya.Ia pasti terlalu bersemangat tadi.
Nayna mengambil tempat duduk di sebelah Vicky.Ia mengipas-ipaskan sebuah majalah ke tubuhnya yang gerah.
"Gue haus nih..."keluh cewek itu beberapa saat kemudian."Vic,tolong ambilin jus dikulkas bentar gih,"suruhnya pada Vicky.
"Kok gue yang disuruh sih?"protes Vicky sewot."Kan ada pembantu loe,"
"Udah,cepetan ambilin gih.Gue nggak tahan nih,"Nayna mendorong tubuh sahabatnya agar segera beranjak ke dalam rumah dan mengambiil segelas jus segar untuknya.
Vicky beranjak dari tempat duduknya dengan malas.
"Ambil juga buat loe,"ucap Nayna seraya tersenyum penuh kemenangan."Oh ya jangan lupa ambil cemilan juga ya!"
Vicky menggerutu.Dia datang kerumah Nayna untuk belajar menjadi cowok seutuhnya,bukan untuk dijadikan pembantu.Dasar sial,makinya dalam hati.
~~~%%~~~
"Loe apa-apaan sih?!"seru Nayna mengajukan protes.Tentu saja cewek itu akan mengajukan protes karena tiba-tiba saja Rendy menarik lengannya dengan paksa saat ia keluar dari perpus.
Namun Rendy masih belum menjawab sampai ia berhasil menyeret cewek itu ke tempat yang aman.
Barulah Rendy melepaskan cekalan tangannya ketika mereka tiba di belakang gudang.Disana sepi dan mereka bisa berbincang tanpa ada satupun yang mendengar.
"Ada apa sih?"tanya Nayna tak sabar.
"Gue pingin ngomong sesuatu,"ucap Rendy.
"Ngomong apaan sih,pake ngumpet di belakang gudang segala,"sahut cewek itu sewot.
Rendy menarik nafasnya dalam-dalam.
"Gue nggak suka loe deket-deket sama Vicky,"tutur Rendy mengungkapkan isi hatinya.
Namun ucapan Rendy malah disambut senyum pahit oleh Nayna.Cewek itu tahu apa maksud Rendy sebenarnya.Karena cowok itu menyukai Nayna.Bahkan seisi sekolah tahu hal itu.
"Emang kenapa kalau gue deket sama Vicky?"pancing Nayna seenaknya.Ia sengaja menguji perasaan cowok itu.Karena sampai sekarang Nayna belum juga menerima pernyataan cinta Rendy meski cowok itu telah berulang kali menyatakan perasaannya.
"Loe jealous?"tanya Nayna lagi.
"Ya,"sahut Rendy cepat.
Tapi Nayna malah terbahak mendengar pengakuan Rendy yang terbuka.
"Gue serius,Nay,"ucap Rendy berusaha meyakinkan cewek dihadapannya."Loe tahu kan kalau Vicky itu...."
"Banci?"potong Nayna cepat."Gitu kan maksud loe?"
"Dia itu nggak normal,Nay,"ujar Rendy kemudian.
"Ren......"ucap Nayna kemudian."Dia itu sahabat gue.Apapun dirinya dia tetep sahabat gue.Dan loe nggak berhak ngelarang gue berteman dengan siapapun juga.Lagian loe bukan siapa-siapa gue.Jadi loe nggak berhak mengatur hidup gue."Nayna berkata tegas kali ini.
"Gue ngerti,"sambung Rendy."Gue emang bukan siapa-siapa loe.Tapi gue sayang banget sama loe,Nay."
Nayna tersenyum sinis.Sudah puluhan kali ia mendengar kalimat itu terucap dari bibir Rendy.Tapi entah kenapa ia belum mempercayai perasaan cowok itu terhadap dirinya.
"Apa loe nggak punya sedikitpun perasaan ke gue?"tanya Rendy ingin tahu.
"Nggak,"jawab Nayna tegas.Ia membalikkan tubuhnya dan melesat pergi meninggalkan tempat itu.
Tinggallah Rendy terbengong ria setelah cewek yang dicintainya pergi.
"Susah banget naklukin hati loe,Nay,"gumamnya sendirian."Padahal gue sayang banget sama loe."
~~~%%~~~
Nayna berlari sekencang-kencangnya menuju belakang sekolah.Suara teriakan dan makian lantang terdengar diiringi sorak sorai anak-anak entah dari kelas mana.
Anak-anak tengah berkumpul mengerumuni sesuatu begitu Nayna sampai disana.Cewek itu menghambur mendekat.
Nayna menyeruak masuk kedalam kerumunan dengan paksa.
"Apa yang kalian lakukan?!!"
Teriakan lantang Nayna menghentikan gerakan anak-anak yang tengah melempari Vicky dengan telur dan tepung.Bahkan ada yang melemparinya dengan telur busuk.Sementara Vicky terduduk bersandar pada tembok seraya tangannya berusaha menutupi kepala untuk menghindari lemparan anak-anak.
"Kalian keterlaluan,"ucap Nayna dengan bibir gemetar."Kalian kejam!!"teriaknya dengan suara serak.Ia menatap satu-persatu wajah anak-anak yang telah menyiksa sahabatnya.Ia akan mengingat wajah-wajah itu selamanya.
"Dia juga manusia sama seperti kalian!"lanjut Nayna masih berteriak."Apa kalian tidak punya hati dan perasaan sampai kalian tega menyiksa orang yang tidak pernah menyakiti kalian.Sebenarnya kalian manusia atau bukan?!!"teriak Nayna histeris.
Wajah cewek itu merah padam karena amarah.Matanya melotot penuh rasa dendam.Nafasnya bergerak naik turun berpacu dengan luapan emosi yang meledak-ledak.
Namun anak-anak itu diam melihat kemarahan Nayna.Tak ada satupun yang berani menentang kemarahannya.
Sebenarnya mereka bukan takut pada Nayna.Namun keberanian dan jiwa Nayna yang telah membungkam mulut mereka.
Seorang sahabat mempertaruhkan segenap jiwa raganya demi melindungi kehormatan sahabatnya.Begitu mulia hati Nayna....
"Maafkan kami,Nay.."
Salah seorang dari mereka maju dan meminta maaf pada Nayna.
"Jangan minta maaf sama gue,"ucap Nayna seraya menunjuk pada Vicky yang masih terduduk di belakang tubuh Nayna.
Satu demi satu anak-anak yang sesaat tadi melempari dan memaki Vicky maju dan meminta maaf pada cowok itu.
Nayna lega melihat kejadian itu.Semoga dengan kejadian ini,tidak akan ada lagi yang berani yang mengatai Vicky banci lagi.
"Loe baik-baik aja?"tanya Nayna usai anak-anak pergi dan hanya tinggal mereka berdua disana.
"Thanks Nay,Loe udah nolong gue,"ucap Vicky seraya tersenyum.
"Itulah guna sahabat,Vic.Selalu ada saat yang lain membutuhkan,"tandasnya.
Nayna membantu Vicky berdiri dan pergi dari belakang sekolah untuk membersihkan seragamnya.
~~~%%~~~
"Nyari buku apa,Nay?"
Teguran Rendy menghentikan gerakan tangan Nayna yang hendak menjangkau sebuah novel best seller terbaru.
Hari Minggu seperti ini ia kepergok tengah jalan sendirian ke toko buku di dalam pusat perbelanjaan oleh Rendy.Sebenarnya tidak masalah,tapi hal ini benar-benar melukai harga diri Nayna.
"Ini...gue iseng aja nyari novel,"sahut Nayna berusaha serileks mungkin."Loe sendiri?"ia balik tanya.
"Gue nyari buku pelajaran,"
Oh,rajin sekali,batin Nayna memuji.Jarang banget cowok jalan-jalan ke toko buku hanya untuk nyari buku pelajaran.
"Loe udah dapet novelnya?"tanya Rendy lagi.
"Udah,"sahut Nayna tergagap.Cewek itu kepergok lagi bengong.
"Kita cari makan yuk,"ajak Rendy kemudian.Namun langsung disambut penolakan oleh Nayna.
Cewek itu menggeleng pelan.
Rendy tersenyum tipis melihat reaksi Nayna.
"Kenapa?Loe malu jalan bareng gue?"tanya Rendy.
"Nggak,bukan gitu..."
"Terus?"Rendy mengejar cewek itu dengan pertanyaan yang memojokkannya.
Nayna tak berkutik.Alasan apa yang ia harus berikan pada Rendy?
"Ayolah,Nay..."ajak Rendy memohon.Cowok itu terburu menarik lengan Nayna sebelum cewek itu sempat menolak untuk yang kedua kalinya.
Nayna hanya menurut saja manakala Rendy menyeretnya pergi ke area food court yang berada didalam gedung pusat perbelanjaan itu usai membayar buku yang mereka beli.
Rendy memilih resto yang menyediakan masakan Italy,karena ia ingin mentraktir Nayna spaghetty favoritnya.
"Spaghetty disini enak lho..."bisik Rendy ketika mereka telah memilih tempat duduk didalam resto.
Namun Nayna tak merespon.Ia malah melempar pandangan kesudut resto tanpa berkedip.Entah apa yang sedang menyita perhatiannya.
"Loe ngeliat apa sih,Nay?"tanya Rendy penasaran.Cowok itu ikut-ikutan melempar pandangannya ke sudut resto seperti yang Nayna lakukan.
Ya Tuhan.....desis Rendy.Cowok itu buru-buru menutup kedua mata Nayna dengan menggunakan telapak tangannya agar cewek itu tidak terus terpaku menatap kesudut sana.Meski terlambat karena Nayna telah melihat semuanya.
"Kita makan ditempat lain aja,Nay..."
Rendy bergegas menarik tangan Nayna dan menyeret cewek itu pergi dengan paksa dari tempat itu.
Bahkan Nayna masih juga tertegun dengan tatapan kosong saat mereka turun menggunakan eskalator.Pemandangan yang baru saja dilihatnya disudut resto tadi benar-benar mengejutkan dirinya.
"Gue mau pulang,Ren.Loe mau nganter gue pulang kan?"tanya Nayna lirih.Suaranya terdengar serak.Tak bersemangat.
"Ok,"sahut Rendy cepat.
Nayna benar-benar shock.Tapi matanya tak mungkin berbohong.Sosok disudut resto yang baru saja dilihatnya tadi memang Vicky,sahabatnya.Dan ia tidak sedang sendiri.Ia bersama seorang laki-laki berumur 30 an.
Mereka bercanda dan tertawa lepas.Bahkan mereka tak segan-segan berpegangan tangan mesra layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran.
Oh Tuhan!jerit hati Nayna perih.
Kenapa ini mesti terjadi pada dirinya.Sahabat yang selalu ia bela kehormatannya ternyata....
Padahal gue sayang loe,Vic,batin Nayna hampir menangis.Loe sahabat gue yang terbaik,tapi kenapa loe justru mengkhianati gue?Bukannya loe pernah bilang "gue bukan banci,"...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar