Senin, 27 Mei 2013

I'M GONNA MISS YA......


Tiba-tiba mataku beralih ke sudut kantin.Mengabaikan makan siangku.
Tak biasanya perhatianku teralih kepada seorang gadis sebaya denganku yang tengah sibuk menikmati makan siangnya di sudut sana.
Namanya Emy.Tapi kami sering menyebutnya si kacamata kuda.Atau yang lebih parah kami menyebutnya dungu,bodoh dan makian-makian kasar yang lain.
Perawakan gadis itu kurus.Rambutnya panjang dan kusam.Ia sering mengikat rambutnya kuat-kuat dengan tali karet.Wajahnya tak terlalu cantik.Bahkan cenderung biasa-biasa saja.Sebuah kacamata tebal bertengger manis diatas hidungnya.Sama sekali tak ada yang istimewa dari penampilan fisiknya.
Emy sekelas denganku.Ia duduk di bangku paling belakang.Tapi prestasinya cukup bagus.Dan aku akui aku sama sekali tak bisa dibandingkan dengannya dalam mata pelajaran apapun.Ia lebih unggul.
Kami menganggap Emy gadis yang aneh.Ia jarang bicara dengan orang lain.Ia cenderung menutup diri dari pergaulan.Mungkin karena ia merasa miskin dan tidak selevel dengan kami.Bea siswa-lah yang bisa membawanya bersekolah di sekolah elite seperti ini.
Kami selalu menganggapnya sebagai musuh atau bahan ejekan.Tapi setiap kali ia di ejek Emy selalu diam dan menundukkan wajahnya.Ia takkan mampu melawan kami.Kalaupun ia berani kami akan lebih kejam padanya.
Usai menghabiskan makan siangnya,gadis itu pasti akan segera berlari kekamar mandi.Menurut berita yang beredar,Emy pasti akan memuntahkan kembali makanannya usai makan siang.Anoreksia.
Aku tidak tahu apa kekurangan pada tubuh gadis itu.Ia lebih kurus dariku,tapi ia takut gemuk.Ia benar-benar aneh.
Perbincangan Debby dan Gina kulewatkan begitu saja karena terlalu asyik memperhatikan Emy.Bahkan aku tidak tertarik saat mereka membahas tentang Leon,cowok paling keren di sekolah ini.Dan sudah lama aku mengincarnya,tapi nyatanya cintaku bertepuk sebelah tangan.
"Roseline.....bagaimana menurutmu?"pertanyaan Debby menyentak lamunanku.Dan membuatku gelagapan seketika.
"Apa?"tanyaku terbata.
"Kau melamun?"tanya Gina sembari menautkan kedua alisnya.Mereka berdua tampak heran melihat aku yang biasanya paling antusias membahas soal cowok,kini hanya terdiam bahkan kehilangan konsentrasi.
"Ada apa?Kau sakit?"desak Debby serius.
Aku menggeleng sembari tersenyum.
"Aku baik-baik saja,"sahutku berusaha rileks."Kalian lanjutkan saja makannya,aku sudah kenyang,"pamitku kemudian.
"Tapi kau hanya makan dua sendok saja,bagaimana mungkin kau kenyang?"seru Gina.
Aku tak menyahut,dan hanya melambaikan tanganku seraya melangkah pergi dari kantin.
Aku bermaksud kembali kekelasku. Di koridor aku sempat bertemu dengan Emy, dan gadis itu sama sekali tak berani menatap mataku.
Disekolah ini semua siswa menghormatiku.Mereka segan padaku.Karena sekolah ini berdiri di atas tanah milik kakekku.Bisa dikatakan aku punya sedikit "kekuasaan" di tempat ini.Dan itulah alasan kenapa aku merasa berhak sombong di sekolah ini.
Semua siswa berlomba-lomba ingin jadi sahabatku.Bahkan cowok-cowok tak malu untuk meraih simpatiku.Kecuali Leon.Padahal aku hanya menyukai cowok itu.
Leon seperti sengaja menjaga jarak denganku.Padahal harusnya ia bangga jika ia menjadi kekasihku.Tapi nyatanya Leon bukan orang seperti itu.Dan sikapnya yang dingin justru membuatku semakin menggilainya.
~~~~~~
Rumah tampak sepi ketika aku pulang.Mom dan Dad tak tampak.Tak seperti kemarin. Aku melihat mereka bertengkar serius di ruang tamu. Beberapa buah guci keramik pecah berantakan di lantai.Makian dan cacian keluar dari mulut mereka berdua.
Aku sudah terlampau sering melihat mereka berdebat, namun kemarin adalah puncak dari semua pertengkaran.Bahkan bekas-bekas pertengkaran mereka masih tersimpan disudut benakku.
Aku melempar tas dan ponselku ke atas tempat tidur begitu saja lantas merebahkan punggungku disana.Hati dan pikiranku penat.
"Nona Roseline mau makan sekarang?"
Teguran seorang pelayan membuatku urung untuk memejamkan mata.Aku menggeleng sebagai jawaban.
"Nyonya pergi ke Singapura hari ini,"beritahunya kemudian.
Aku tidak heran mendengar kepergian Mom ke kampung halamannya.Wanita itu selalu melarikan diri saat tertimpa masalah.
"Daddy?"tanyaku.
"Tuan di kantor.Mungkin pulang malam,"jawabnya.
Aku tersenyum pahit.Klasik.Problema seperti ini banyak dialami keluarga kelas atas seperti kami.Dan yang selau menjadi korban adalah anak.Orang tua selalu bersikap egois dan lebih mementingkan perasaan mereka sendiri tanpa menyadari ada buah hati diantara mereka berdua.
Dulu hidup kami tak seperti ini.Kami bahagia. Mom dan Dad selalu punya waktu untukku.Tapi aku sudah lupa saat-saat bahagia itu.Karena saat itu umurku masih 7 tahun.
Huh....
Mungkin kehidupan Emy yang tampak aneh itu lebih membahagiakan daripada hidupku sekarang.
~~~~~~
Lapangan basket sepi.Tim basket sedang tidak ada jadwal latihan hari ini.Begitu juga dengan kelompok cheerleaders-ku.
Aku duduk dibangku penonton sendirian dan hanya ingin melamun.
Aku akui aku memang sedikit menjadi pendiam akhir-akhir ini.Dan juga sering mengasingkan diri dari genk-ku.Entahlah,mungkin karena permasalahan orang tuaku sedikit banyak membebani pikiranku.
"Roseline!"teriakan Debby dan Gina bergema kesekeliling telingaku.
Mereka tampak berlari menghampiri tempat dudukku.Akhirnya mereka menemukan tempat persembunyianku juga.
"Apa yang kau lakukan disini?Kami mencarimu kemana-mana,"cerocos Gina sembari mengambil tempat duduk disebelahku.
"Hari ini kan tidak ada jadwal,"timpal Debby menambahi."Leon juga libur kan?"
"Ada apa kalian mencariku?"tanyaku menghindari interogasi mereka berdua.
"Kau tahu anak-anak sedang menyiksa Emy dikelas,"tutur Gina.
Berita seperti itu sudah sering kudengar.Dan tak jarang aku juga melakukan hal yang sama pada gadis itu.Tapi kali ini perasaanku lain saat mendengar berita itu.
"Emy tidak sengaja menabrak Clara dan kau sendiri bagaimana akibatnya.Dia menjadi bulan-bulanan anak-anak,"tutur Debby menjelaskan permasalahan yang sesungguhnya.
Aku bergegas bangkit dari tempat dudukku usai mendengar cerita kedua sahabatku.Langkah-langkahku terburu menuju ke kelas.Sementara Gina dan Debby menyusulku dari belakang.
"Hentikan!"
Aku berteriak lantang didepan kelas.Saat itu Clara dan teman-temannya hendak menendang tubuh Emy yang sudah jatuh terduduk di atas lantai.
Clara dan teman-temannya kaget melihat aksiku.Bahkan seisi kelas juga tidak akan menduga aku bisa melakukan ini.Mereka tak akan percaya seorang Roseline bisa turun tangan menolong si pecundang Emy.Mereka pasti mengira aku sudah gila atau apa.Mungkin saja ada kesalahan dalam otakku.
Tapi aku tidak peduli dengan pemikiran mereka.Aku membantu Emy berdiri dan memapah gadis itu menuju ke ruang kesehatan sekolah.Bahkan aku sendiri yang mengoleskan obat merah ke atas lukanya.
Aku memang telah berubah.Dan ini semua diluar kendaliku.Tapi aku merasa lebih baik saat aku bisa melakukan hal ini.Terutama pada Emy.Aku sudah terlalu banyak menyakitinya.
"Terima kasih,"ucap gadis itu saat aku sudah selesai mengobati lukanya.Dan aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Saat aku keluar dari ruangan itu,Gina dan Debby sudah menantiku didepan pintu.Seperti dugaanku,mereka protes akan sikapku yang mungkin bagi mereka sok seperti malaikat kesiangan.
"Apa yang kau lakukan?Dia itu kan pecundang..."ucapan Gina terhenti saat aku menatap matanya dengan melotot.
"Aku tahu apa yang aku lakukan,"sahutku kalem.
"Tapi kenapa kau melakukannya"desak Debby seraya mengejar langkahku.
"Aku tidak tahu,"jawabku tegas.
"Roseline....."
Mereka kewalahan mengejar langkahku.
~~~~~~
"Roseline,"
Suara Mom terdengar berat dari ujung telepon.Sepertinya ia habis menangis.
"Kau sudah dewasa dan pasti tahu apa yang terjadi diantara kami."
Pasti tentang pertengkaran hebat kala itu,batinku menebak.Tapi bibirku terkatup rapat tanpa mengajukan pertanyaan sama sekali.
"Mommy akan bercerai,"tandasnya kemudian.Persis seperti dugaanku.
"Aku tahu,"sahutku pelan.Dan Mom pasti lebih lega mendengarnya karena aku sudah memahami konflik mereka berdua tanpa perlu ia jelaskan.
"Kau sudah dewasa,Roseline.Kau bisa memilih ikut Mom atau Dad."
Aku menggeleng meski aku tahu Mom tidak akan bisa melihat gelengan kepalaku.
"Aku tidak akan memilih,"tandasku."Aku akan tinggal sendiri dan hidup mandiri."
"Tapi sayang..."
"Aku sudah dewasa,Mom,"timpalku."Aku bisa menentukan sendiri hidupku,"tegasku.
Mom terdengar mendesah pelan.
"Mom merindukanmu,sayang,"ucapnya kemudian.Entah itu hanya luapan kesedihan hatinya ataukah ia benar-benar merindukanku setelah meninggalkanku.
Aku menutup telepon tanpa mengucap salam perpisahan.Aku merasa begitu jauh dengan Mom.Seolah aku bukan putri kandungnya.
Aku bangkit dan melangkah ke garasi.
Sebenarnya Dad tidak pernah mengizinkanku untuk menyetir sebelum usiaku 17 tahun.Tapi mobil itu adalah hadiah ulang tahunku yang ke 16 tahun kemarin.Sebuah mobil sport berwarna merah impianku terparkir di garasi dan belum pernah kupakai sama sekali.Padahal dulu aku sangat ingin memakainya kesekolah.
Suara musik rock menghentak-hentak di telingaku.Sengaja kutambah volumenya saat aku meluncurkan mobil itu keluar dari garasi.Seorang penjaga pintu gerbang kaget saat aku membunyikan klakson keras-keras.Dan seperti terhipnotis ia pun bergegas membuka pintu gerbang lebar-lebar.
Aku menambah kecepatan speedometer saat meluncur di jalanan.Dari dulu aku memang ingin sekali ngebut di jalan raya seperti seorang pembalap.Jika Mom dan Dad tahu aku sekarang sedang meluncur di jalan dengan kecepatan tinggi pasti mereka akan sangat marah.
Namun aku hanya bisa membayangkan raut wajah mereka saat marah.Toh mereka tidak tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang ini.
~~~~~~
Aku meneguk minuman cola ditanganku seraya menatap lurus ke pantai.Matahari tampak membulat merah indah.Sebentar lagi ia akan menghilang dibalik garis horison pantai.
Ternyata menikmati senja di tepi pantai sedikit membuatku lebih baik.Beberapa pengunjung juga melakukan hal yang sama denganku.Namun ada juga yang berdua dengan pasangan menikmati senja oranye ini.
"Kau disini?"
Teguran itu hampir saja membuatku terlompat kaget.Kejutan luar biasa bisa bertemu dengan Leon di tempat seromantis ini.
"Kau sendiri,apa yang kau lakukan disini?"aku balik tanya.
"Ini,"sahutnya seraya menunjukkan sebuah papan selancar."Setiap waktu senggang aku pasti datang kesini.Tapi baru kali ini aku melihatmu,"ucapnya.
Aku tersenyum pahit.
"Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa berada disini,"jawabku.
Aku menyodorkan sebotol minuman cola padanya.Rasanya aku telah kehilangan minat untuk mengejar cinta Leon.Aku merasa ia lebih layak menjadi seorang sahabat ketimbang kekasih.Karena sikap ramah dan hangatnya tampak terkesan menawarkan sebuah persahabatan padaku.
"Aku sudah mendengarnya,"tandasnya usai meneguk minuman kaleng yang ku berikan padanya.
"Apa?"tanyaku tak mengerti.
"Sikapmu pada Emy."
Oh,batinku.Jadi berita tadi siang di sekolah sampai juga ke telinganya.
"Aku suka perubahanmu,"ucapnya seraya tersenyum.Ia melirikku sekilas.
Aku tertawa kecil.Tidak berarti ia menyukaiku kan?
"Aku tidak tahu kenapa aku berubah seperti ini,"ucapku.
"Tapi itu lebih baik,Roseline..."
Benarkah? batinku tak percaya.Leon yang selama ini ku kejar dengan susah payah nyatanya sedang duduk disebelahku sekarang.Dan kami sedang menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah dan romantis.Wow!
~~~~~~
"Dad tidak suka kau menyetir Roseline!"
Teriakan Dad menyambut kepulanganku ke rumah.Aku tidak menduga Dad pulang lebih awal hari ini.
"Kau pasti ngebut kan?"desaknya lagi.Ia tampak kesal akan ulahku kali ini.
Aku diam.Namun dalam hatiku geram mendengar teriakan Dad.
"Kau masih dibawah umur, dan jika kau tertangkap polisi bagaimana?Daddy juga yang harus menanganinya,"celoteh Dad.
"Jadi Dad peduli?"aku mulai angkat bicara."Kupikir selama ini Dad hanya peduli pada bisnis Dad saja,"sindirku sinis.
Namun kata-kataku rupanya telah menyinggung perasaan Dad.Dan....
Plak!
Sebuah tamparan keras melayang ke pipi kiriku. Memaksaku mundur dua langkah kebelakang.
Aku menatap Dad geram.Seumur hidup baru kali ini Dad memukulku.
"Daddy egois!"aku berteriak sekencang-kencangnya."Daddy hanya memikirkan hidup Daddy sendiri tanpa pernah memikirkanku dan Mom,"ucapku.
"Roseline..."Dad tampak menyesali perbuatannya.
"Semoga hidup Daddy bahagia,"ucapku sebelum berlari menaiki tangga menuju kekamarku.
"Roseline,maafkan Dad sayang..."
Seruan maaf dari Dad ku abaikan.Hatiku terlanjur hancur olehnya.
Aku membanting pintu kamarku keras-keras dan menangis dibaliknya.
Biasanya aku tak secengeng ini.Tapi perlakuan Dad sama sekali tak bisa kuterima. Hatiku terlalu pedih...
~~~~~~
"Namanya Tim.Mulai hari ini dia akan menjadi pengawal pribadimu,"ucap Dad memperkenalkan seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap padaku."Daddy akan melakukan perjalanan bisnis ke Eropa dan tidak bisa mengawasimu setiap saat,makanya Daddy menyewa seorang bodyguard untuk menjagamu,"ulasnya kemudian.
"Dad!"teriakku marah."Aku bukan anak kecil lagi yang harus diawasi setiap saat.Aku bisa menjaga diriku sendiri,"tegasku penuh emosi.
"Siapa yang bisa menjamin kamu tidak berbuat sesuka hatimu sendiri?"tanya Dad sengaja ingin melumpuhkan pembelaan diriku.
Aku tersenyum sinis.Muak akan keputusan yang diambil Dad.
"Dad sayang padamu,Roseline,"ucap Dad kemudian.Ia bergerak mendekat dan menyentuh pundakku perlahan.
"Dad tidak bisa menjagamu setiap saat.Dengan seseorang disampingmu Dad akan merasa tenang,"imbuhnya lagi berusaha merayuku.
"Tapi aku tidak suka Dad melakukan ini tanpa persetujuanku,"aku masih ngotot.
Aku menepis tangan Dad dan seperti yang aku lakukan sebelumnya,aku berlari menaiki tangga menuju kamarku.
"Daddy melakukan ini demi kebaikanmu,sayang,"teriaknya.Tapi aku sudah terlanjur marah padanya.
Bodyguard?Lucu sekali.Aku bukan anak-anak yang mesti dijaga 24 jam.Aku hampir 17 tahun dan aku sudah dewasa.Tapi Dad masih menganggapku sebagai anak kecil.
~~~~~~
"Sudah pagi,Nona,"
Aku seperti mendengar suara yang memanggilku.Tapi bukan suara pelayan yang biasa melayaniku.
Astaga!pekikku kaget.
Seorang laki-laki tengah berdiri disamping tempat tidurku begitu aku membuka mata.Oh Tuhan,aku hampir saja lupa jika Dad membayar orang itu untuk menjadi bodyguardku.Konyol!
"Apa kau tidak mau bangun?Bukankah kau harus sekolah hari ini?"desaknya dengan nada tidak sopan.
"Memangnya kau siapa,berani menyuruhku?"tanyaku menentang.
"Aku sudah mendapat kepercayaan penuh dari orang tuamu.Jadi sebaiknya kau bangun sebelum aku memaksamu,"ucapnya lagi setengah mengancam.
"Kau mengancamku?"tanyaku geram."Memangnya apa yang akan kau lakukan jika aku tidak mau bangun?"tantangku menguji keberaniannya.
Kupikir ia tidak akan berani memaksakan kehendaknya padaku,tapi nyatanya aku salah.Laki-laki itu membuktikan ancamannya.
Ia membuka selimutku lantas menyeret tanganku turun dari tempat tidur.Lantas ia mendorong tubuhku masuk kedalam kamar mandi.
"Cepat mandi dan berpakaian.Jangan sampai terlambat,"suruhnya sebelum menutup pintu kamar mandi.
Sial!makiku kesal.
Berani-beraninya ia melakukan ini padaku.Memang dipikirnya ini latihan militer.Awas! Aku pasti akan mengadukan ulahnya pada Dad jika ia kembali nanti.
~~~~~~
"Siapa dia ?Apa dia kekasihmu?"desak Gina dan Debby bergantian."Penampilannya keren dan dewasa.Aku suka cowok seperti itu,"
Aku hanya tertawa sinis mendengar ucapan mereka berdua tentang Tim,bodyguard baruku.Jika saja mereka tahu tentang sepak terjang laki-laki itu,aku yakin mereka akan menarik kembali ucapan mereka.
"Kalian menyukainya?"pancingku.
"Tentu saja,"sahut Gina dan Debby serempak.
"Kalian tahu umurnya 10 tahun diatas kita,"ucapku setengah berbisik."Apa kalian menyukai cowok yang usianya jauh diatas kalian?"
"Aku tidak masalah,"sahut Debby cepat.
Aku juga,"sahut Gina tidak mau kalah.
Aku nyengir mendengar jawaban mereka yang kompak.Dan aku seperti pecundang saja rasanya.
"Kalian bisa mengatakan menyukainya karena belum tahu siapa dia,"gumamku.Sengaja memancing rasa penasaran sahabat-sahabatku.
"Memang ada apa dengannya?"tanya Gina terpancing ucapanku.
"Kalian tahu,orang itu sangat kejam,"tuturku."Tadi pagi saja ia menyeretku dari atas tempat tidur dan mendorongku kekamar mandi.Apa itu tidak kejam namanya?'
Gina dan Debby saling berpandangan.Mereka pasti tidak percaya dengan penuturanku.Tapi itu memang kenyataan.
"Apa benar seperti itu?"tanya Debby tampak ragu.
"Memang selama ini aku pernah membohongi kalian?"tanyaku meyakinkan.
Aku tersenyum penuh kemenangan.Mau tak mau mereka akhirnya mempercayai ucapanku.
~~~~~~
"Kau tahu,teman-temanku menyukaimu,"ucapku membuka suara.
Tim sedang sibuk mengemudi,sementara untuk mengisi kekosongan aku berceloteh sendiri meski tak ada sahutan dari bibir bodyguardku itu.
"Untuk penilaian fisik,kau memang sedikit tampan.Dan punya tubuh bagus.Tapi untuk kepribadian kurasa kau harus diberi nilai nol,"ucapku dengan nada menyindir.
"Jika mereka tahu kau sangat kejam,aku yakin mereka akan menarik kembali ucapan mereka,"celotehku kembali.
"Memang berapa banyak Dad membayarmu untuk menjadi bodyguardku?"tanyaku kemudian.Tak peduli ia akan menjawab pertanyaanku atau tidak."Pasti sangat banyak.Kurasa Dad sangat boros.Lebih baik uang sebanyak itu diberikan padaku.Lumayan untuk membeli pakaian atau aksesoris,"sambungku bergumam.
"Kita sudah sampai,"
Ucapan Tim membuatku menuntaskan khayalan singkatku.Aku segera turun dari atas mobil,namun aku menutup pintu dengan membantingnya keras-keras.
"Pecundang bodoh,"gumamku kesal.
"Cepat makan dan istirahat,"serunya sebelum aku masuk kedalam rumah.
Huh,gerutuku kesal.
Memangnya aku anak kecil yang harus di ingatkan jam makan dan istirahatnya?batinku.Lama-lama ia mirip baby sitter saja.
~~~~~~
"Tunggu!"
Teriakan Tim tak ku gubris.Aku berlari ke garasi dan hendak mengambil mobil sport kesayanganku.
"Roseline, kau tidak boleh menyetir!"ia masih berteriak seraya berlari mengejar langkahku.
Aku tak peduli.Sore ini aku ingin pergi ke pantai dan bertemu dengan Leon.Tapi bodyguard bodoh itu pasti tidak akan mengizinkanku pergi.Lagipula aku tidak suka jika ia mengikuti kemanapun aku pergi.Apa kata Leon jika tahu hal ini.
"Kau tidak boleh menyetir sendirian.Itu pesan orang tuamu,"
Laki-laki itu menerobos masuk ke dalam mobilku sesaat setelah aku berhasil duduk di jok belakang kemudi.
Aku heran.Ia berhasil mengejarku meski aku telah berupaya meloloskan diri darinya.
Aku menyalakan mesin tanpa mengacuhkan peringatannya.
"Roseline,"ia menyentuh setir mobil dengan maksud mencegahku pergi.
"Singkirkan tanganmu,"seruku dengan nada marah.
"Tidak,"timpalnya cepat."Sebelum kau turun,"tandasnya.
Aku tersenyum kecut.Meremehkan ucapannya.
Aku bergegas meluncurkan mobilku keluar dari garasi.Tak peduli ia masih bertahan di jok samping.Aku ingin memberinya "pelajaran".
Dan inilah saatnya aku beraksi!
Mobilku melaju kencang dijalanan menyalip mobil-mobil lain.Musik rock kupasang untuk mengiringi aksiku,tapi hanya bertahan tiga detik saja.Karena bodyguard bodoh itu langsung mematikan cd playerku.
"Roseline,hentikan."
Seruannya tak membuatku terpengaruh.Mobilku masih melaju dengan kecepatan tinggi.
"Hentikan!"ia berteriak keras untuk yang kedua kalinya.
Aku terkesiap.Dan seperti orang terhipnotis aku menuruti ucapannya.Entah kenapa lengkingan suara laki-laki itu serta merta membuatku ketakutan.Bahkan ia lebih kasar dari Dad.Dan selama ini tidak ada seorangpun yang berani berteriak sekeras itu padaku.
"Turun,"suruhnya setelah aku menepikan mobil.
Tim mengambil alih kemudi beberapa detik kemudian.Dan tanpa kata-kata ia melanjutkan perjalanan kami.
"Kita mau kemana?"tanyaku bingung.
Tim membawa mobil yang kami tumpangi melewati daerah pemukiman kumuh yang terletak di pinggiran kota.Rumah-rumah tidak layak huni dan kotor berdesak-desakan memenuhi area itu.Sementara anak-anak kecil tampak bermain tanpa alas kaki.Dan menurutku mereka sangat menjijikkan.
"Maksudmu apa membawaku kesini?"tanyaku setengah protes."Tempat ini sangat kotor dan bau.Aku ingin muntah,kau tahu?"
Tapi laki-laki bodoh itu diam.Ia sama sekali tak membuka suara untuk menjawab pertanyaanku.Entah apa yang ada didalam pikirannya.
~~~~~~
Aku duduk ditepian kolam renang sembari menerawangkan pandanganku ke langit malam.Padahal tak ada satupun bintang yang tampak di atas sana.Mungkin mereka sedang tertutup segerombolan awan.
Aku merindukan Mom dan Dad.Aku merindukan keluarga kami yang harmonis. Entah apa aku masih ada dalam hati mereka atau tidak.Apa dalam hati mereka masih ada rindu tersisa untukku?
Bukankah malam bisu?Begitu juga langit.Mereka hanya diam dan tak bisa menjawab pertanyaan batinku.
"Kau tidak belajar?"
Pertanyaan itu terdengar ditelingaku tiba-tiba dan memporak-porandakan segenap khayalan yang kubangun dengan rapi.
Huh,lagi-lagi bodyguard bodoh itu,batinku kesal.
Tim mengambil tempat duduk disebelahku tanpa meminta izin dariku terlebih dahulu.Sejenak ia menatap langit yang tadi baru saja kupandangi.Lantas ia menatap ke arahku.
"Kau ingin tahu kenapa aku membawamu ke tempat kumuh tadi?"
Aku menoleh begitu mendengar pertanyaannya.Aneh.Padahal tadi sore mulutku hampir berbusa menanyakan hal itu padanya.Tapi sekarang,saat aku tidak bernafsu untuk mengetahuinya,ia justru ingin memberitahuku.
"Kau tahu,kau jauh lebih beruntung daripada anak-anak itu,"tandasnya memulai penjelasan."Mereka tinggal ditempat yang kotor dan kumuh,jauh dari kata layak.Mereka makan seadanya.Terkadang mereka hanya makan sekali dalam sehari,bahkan tak jarang mereka tidak makan seharian.Mereka harus mengais sampah hanya demi bisa makan.Dan lihat dirimu.Mestinya kau bersyukur atas apa yang kau punya.Itulah kenapa aku membawamu kesana,"tuturnya.
Aku mendengar penuturan Tim baik-baik.Aku tak menyangka ada seseorang yang menyampaikan hal seperti itu padaku.
Aku tertunduk merenungkan semua kebenaran yang baru saja terlontar dari bibirnya.Seolah-olah ia ingin menyadarkanku dari sikap-sikapku yang salah selama ini.
"Kau memang benar,"gumamku nyaris tak terdengar.
Sebutir air mata jatuh ketika aku hendak menatap wajah laki-laki dihadapanku.
Aku baru tahu jika hatinya begitu tulus dan putih.Ia bak sesosok malaikat tak bersayap yang jatuh dari langit.
"Kau menangis?"tegurnya kalem.
Aku menggeleng sembari tersenyum.Menyembunyikan keharuanku saat mengenang kata-katanya.
"Hapus air matamu dan masuk ke kamarmu,"suruhnya kemudian."Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi,"
~~~~~~
Happy birthday,Roseline.....
Ucapan selamat dari Mom telah kuterima via sms.Dad juga hanya mengirim selembar kartu pos dari Paris dan berjanji akan memberiku hadiah sepulangnya nanti.
Padahal tahun lalu hari jadiku dirayakan dengan megah dan meriah.Semua teman-temanku datang dan hadiah untukku melimpah ruah.Tapi hari ini sangat jauh berbeda.Tak ada kue ataupun hadiah untukku.
Aku tidak menuntut sebuah perayaan yang sama dengan tahun lalu.Aku hanya ingin sedikit perhatian dari mereka.Tak lebih.
Aku tersentak manakala mendengar pintu kamarku diketuk dari luar.
"Siapa?"seruku malas.
Tak ada jawaban.Namun pintu kamarku terkuak beberapa saat kemudian.Tim?
Laki-laki itu menyeruak masuk.
Kupikir ia akan protes karena sampai detik ini seragam sekolahku belum juga kulepas.Tapi nyatanya dugaanku salah.
"Selamat ulang tahun..."
Aku terpana beberapa detik lamanya seraya menatap raut wajah laki-laki dihadapanku itu.
"Aku tidak tahu hadiah apa yang kau suka,tapi pelayan toko itu menyarankanku untuk membeli ini,"ucapnya sembari menyodorkan sebuah boneka puddle berwarna cokelat kepadaku."Kuharap kau menyukainya,"imbuhnya.
Aku segera menyambar benda itu dari tangannya.
"Terima kasih,"ucapku riang.
Entah kenapa aku begitu bahagia menerima hadiah darinya.Ternyata dia memang orang yang begitu misterius dan susah ditebak.
"Kau suka hadiahnya?"tanyanya kurang yakin.
"Tentu saja,"aku menimpali."Maaf aku pernah mengataimu bodoh,"sesalku kemudian.
Tim tersenyum.
"Mari kita tiup lilinmu,"
Ia menarik tanganku keluar dari kamar.Dan sebuah kejutan telah menantiku diruang makan.Semua pelayan berkumpul disana menunggu kehadiranku.Sementara sebuah kue tart berukuran jumbo telah tersedia disana.
Aku bahagia.Meski kebahagiaanku tidak lengkap tanpa Mom dan Dad,tapi aku bersyukur bisa merayakan ulang tahunku bersama mereka.
~~~~~~
"Kau suka naik roller coaster?"
Aku mendorong tubuh Tim usai membelikannya selembar tiket untuk wahana yang menguji adrenalin itu.
"Kau tidak ikut?"tanyanya seperti kebingungan.
Aku menggeleng seraya mengedipkan sebelah mataku.Dan ia baru saja menyadari jika telah kujebak.
Aku tak bisa menahan tawa manakala melihat ekspresi wajahnya saat telah turun dari roller coaster.
"Apa kau baik-baik saja?"tanyaku sambil menahan tawa.Tampaknya ia masih gamang setelah naik benda mengerikan itu.
"Kau berhasil menjebakku,"gumamnya seraya menatapku.
"Maaf..."sahutku kalem.
"Harusnya kau yang naik tadi,"ucapnya.Sementara tangannya berhasil mengacak-acak rambutku.
"Tapi kau sangat menikmatinya kan?"seruku menggodanya.
"Menikmati apanya,"gerutunya.Sementara aku hanya bisa tertawa melihatnya.
Sewaktu akan pulang dari taman hiburan aku membelikannya sebuah es krim cokelat sebagai tanda permintaan maafku sekaligus sebagai rasa terima kasih karena telah menemaniku seharian ini.
"Kenapa tertawa?"tanya Tim padaku.
"Karena kau lucu,"sahutku sembari mengamati gerak geriknya yang tengah sibuk menjilati es krim ditangannya.
"Lucu kenapa?"desaknya tak mengerti.
"Aku tidak akan mengatakannya,"timpalku bermain rahasia.
"Kau merahasiakannya dariku?"
Aku tak menyahut.
"Terima kasih untuk hari ini,"ucapku mengalihkan percakapan.
"Sudah menjadi tugasku untuk menjagamu,"tandasnya.
Tapi aku merasakan hal yang lain saat bersamanya.Aku merasakan nyaman dan damai saat duduk sedekat ini dengannya.Dan moment seperti ini ingin selalu kualami setiap hari.
~~~~~~
"Daddy?!"
Aku tertegun saat mendapati Dad sedang duduk diruang tamu sembari sibuk dengan lembar-lembar surat kabar pagi.
"Kapan Dad tiba?"tanyaku heran.Aku melangkah pelan menuruni tangga.
"Baru saja,"sahutnya santai.Seolah kami tidak bersitegang sebelum ini."Dad sudah membeli hadiah untukmu.Bukalah,"suruhnya seraya menunjuk pada sebuah bungkusan yang tergeletak diatas meja.
Ada yang aneh pagi ini,batinku gusar.Bukan tentang kedatangan Dad yang tiba-tiba.Juga bukan tentang hadiah itu.
Biasanya pagi-pagi seperti ini Tim yang menyambutku diruang tamu,lantas menyuruhku untuk segera sarapan dan berangkat ke sekolah.Tapi aku belum melihatnya sejak tadi.
"Roseline,Dad rasa...Dad dan Mom akan mempertimbangkan lagi keputusan kami untuk bercerai,"ungkap Dad kemudian.
"Mana Tim?"tanyaku tak menggubris pemberitahuan Dad yang harusnya menjadi sebuah berita menggembirakan buatku.
"Oh ya,Dad lupa memberitahumu,"timpal Dad cepat."Mulai hari ini dia sudah tidak bekerja lagi disini,karena Dad sudah kembali.Lagipula dia harus kembali ke camp militer,"jelas Dad membuatku tercengang.
"Apa?!"tanyaku kaget.
"Apa dia tidak memberitahumu?"tanya Dad curiga.
Aku menggeleng pelan.
Kenapa dia tidak memberitahuku sebelumnya?batinku penuh penyesalan.Tiba-tiba saja dadaku seperti ditusuk sepotong besi panas.Sakit sekali.
"Dia tidak pamit padaku,"gumamku seperti orang linglung.
Dad menghela nafas melihat reaksiku.
"Kau menyukainya?"desaknya kemudian.
"Iya,"sahutku pelan.
"Setahu Daddy,dia sudah menikah,"beritahu Dad sekali lagi mengejutkanku.
Tidakkkkkk!!!!!!!!jeriku tertahan.Aku ingin pingsan seketika itu juga.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar