Jumat, 24 Mei 2013

DE JAVU ( REINKARNATION )


Bayangan besar berwarna hitam pekat itu tiba-tiba saja menyergap tubuh Ryoko. Lantas membekap mulut dan hidung gadis itu sehingga ia sulit untuk bernafas. Ia meronta sekuat tenaga yang dimilikinya, namun bayangan hitam itu lebih kuat dari yang ia kira. Ia hendak menjerit sekencang-kencangnya tapi percuma, karena suaranya tersendat di tenggorokan. Setelah berjuang sekian detik akhirnya ia pasrah. Tenaganya telah terkuras habis. Dan nafasnya berhenti perlahan.........
Tidakkkkk!!!!!!!
Ryoko terbangun dari mimpi. Bulir-bulir keringat dingin membasahi kening dan tubuhnya. Nafasnya tersengal seperti habis berlari ratusan meter.
Gadis itu baru sadar jika ia baru saja bermimpi dikejar bayangan hitam misterius.Dan ini adalah malam ketiga ia bermimpi yang sama.
Ia mencoba mengatur nafas dan menata perasaannya. Mimpi yang baru saja ia alami sangat mengerikan. Seperti kenyataan.
"Kau mimpi lagi?"
Teguran Hiroshi membuat Ryoko tersadar jika pria itu tengah duduk di tepian tempat tidur dan sibuk melepaskan dasi yang melilit lehernya. Pria itu baru saja pulang.
"Tiga kali ini kau terbangun dari mimpi seperti itu,"ucap Hiroshi seraya bangkit dan melepaskan kemeja putihnya.
"Kau baru pulang?"pertanyaan yang dilontarkan Ryoko mengalihkan topik percakapan Hiroshi.
Hiroshi tak menjawab.Bahkan pria kelahiran Hokkaido itu tak begitu mempedulikan apa yang baru saja dialami Ryoko.
Pria itu mengganti kemejanya dengan sebuah piyama berwarna biru tua.
"Jangan terlalu banyak berhalusinasi,"ujar Hiroshi masih mempertahankan topik pembicaraan."Sebaiknya kau pergi ke dokter besok,"suruhnya kemudian.Ia telah beralih ke atas tempat tidur dan merebahkan diri disebelah Ryoko.Namun ada beberapa inchi jarak yang terbentang diantar mereka berdua.
"Dokter?"ulang Ryoko tak percaya."Aku tidak gila.Aku baik-baik saja,"tandas Ryoko sedikit geram.Lucu sekali,batinnya.
"Aku tidak mengatakan kamu gila,"timpal Hiroshi membela diri."Aku hanya menyuruhmu berkonsultasi dengan psikiater terkait dengan mimpi burukmu.Apa aku salah?"tanya Hiroshi seraya menatap mata Ryoko tajam.
Ryoko tersenyum.Tawar.
"Aku rasa aku tidak perlu pergi ke psikiater,karena aku merasa baik-baik saja. Sebaiknya kau mengurusi pekerjaanmu dan tidak perlu mencemaskanku,"tegas Ryoko.Ia menarik selimut lantas bersembunyi dibawahnya.Ia sengaja membelakangi tubuh Hiroshi dengan maksud mengakhiri perbincangan malam itu.
Hiroshi menarik nafas dalam-dalam. Ia meraih sebuah buku diatas meja tak jauh dari tangannya. Seperti biasa ia selalu menyempatkan diri untuk membaca buku bertema bisnis sebelum tidur.
~~~~~~
Ryoko melangkah ragu. Namun ia berhenti juga didepan sebuah kios kecil ditengah-tengah pasar tradisional.
Apa ia harus masuk kedalam atau tidak. Namun sebagai orang yang hidup di zaman modern seperti ini rasanya tidak masuk akal dengan mendatangi seorang ahli nujum.
Tapi kemasyuran ahli nujum itu seolah menggelitik pikirannya.Sepertinya menarik untuk mendengar bualan seorang ahli nujum. Lagipula ia juga ingin membuktikan seberapa jauh kemampuan peramal itu.
Mungkin ia hanya akan menguji indera keenamnya atau...
"Masuklah..."
Seorang laki-laki tua bertubuh rapuh tiba-tiba muncul dari dalam kios kecil itu.Rambutnya telah berwarna putih dan ia masih menggunakan pakaian tradisional Jepang. Sebuah kipas lusuh dikibas-kibaskan di tangannya.
Hampir saja Ryoko terloncat karena kaget. Ia tergagap saat melihat penampakan laki-laki tua itu.
"Apa yang kau tunggu?!"sentak laki-laki tua itu karena Ryoko masih juga terpaku di tempatnya berdiri.
"I...iya,"sahutnya terbata.Ia melangkah masuk menyusul jejak laki-laki tua itu.
Ryoko disambut di ruangan sempit.Dua buah kursi kayu tua dan sebuah meja bulat tersedia disana. Laki-laki tua itu mempersilakan tamunya untuk segera duduk dihadapannya.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"laki-laki tua itu bertanya pada Ryoko terlebih dahulu.
Ryoko tak langsung menjawab.Hatinya masih diliputi sedikit keraguan tentang kemampuan laki-laki tua itu.
Laki-laki tua itu menyeringai melihat kliennya belum juga membuka suara.
"Kau ingin tahu sesuatu tentang mimpimu bukan?"sentak laki-laki tua itu tepat sasaran.
Ryoko tak terlalu terkejut dengan pertanyaan orang itu. Sebagai seorang peramal tidak heran jika dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ryoko.
"Apa arti mimpiku Kek?"tanya Ryoko memberanikan diri.Rasa ingin tahunya tengah ada di puncak sekarang ini.
Laki-laki tua itu terdiam sesaat seraya memejamkan kedua matanya.Lalu ia kembali membuka mata dan mengamati perawakan Ryoko.
"Kau benar-benar ingin tahu?"tanyanya. Dan Ryoko langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang.
Ahli nujum itu menghela nafas berat sebelum bicara.
"Di kehidupan sebelumnya, sekitar 300 tahun yang lalu kau terlahir sebagai seorang putri bangsawan. Kau dijodohkan dengan putra bangsawan.Kalian menikah namun tidak bahagia.Kau menyukai laki-laki itu,tapi sayangnya laki-laki itu tidak menyukaimu.Dan suatu saat tepat kau berumur 25 tahun lebih 3 bulan seseorang membunuhmu. Siklus reinkarnasimu berakhir sampai disitu,"papar peramal itu panjang.
Ryoko tercengang mendengar kisah itu.
"Siklus reinkarnasi selalu terulang setiap 300 tahun sekali,"lanjut peramal itu."Dan kehidupan seseorang selalu berakhir sama,kecuali dia pernah melakukan kebajikan di kehidupan sebelumnya. Mungkin di kehidupan selanjutnya nasib orang itu sedikit lebih baik.Tapi aku melihat kehidupanmu selalu berakhir sama."
"Apa ucapan kakek bisa ku percaya?"tanya Ryoko ragu.Ia merasa aneh mendengar penuturan kakek tua itu.
Peramal itu tersenyum kecut.Ia tahu gadis dihadapannya sedang berpikir bahwa ia hanya membual.
"Aku tidak memaksamu untuk percaya,"tandas kakek itu kemudian.Tangannya sibuk mengibas-ibaskan sebuah kipas lusuh."Kau bisa merasakan sendiri apa ucapanku benar atau hanya membual,"
Ryoko tak melanjutkan pertanyaannya.
"Besok lusa adalah malam purnama ketiga setelah kau merayakan ulang tahunmu yang ke-25.Berbuatlah sesuatu untuk dirimu sendiri.Bukan aku ingin mengatakan kematian bisa dihindari,tapi cobalah untuk merubah takdir siklus reinkarnasi.Karena aku kasihan melihat hidupmu,"ujar laki-laki tua itu kembali.
Ryoko tersenyum pahit.
"Aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang Kakek katakan,"Ryoko berdiri dari tempat duduknya.Gadis itu hendak pergi dari tempat itu.
"Aku tahu kau percaya,"timpal peramal itu dengan lagak tenang."Tentukan sendiri nasibmu,"serunya saat Ryoko bergerak meninggalkan tempatnya. Ia memandang kepergian Ryoko dengan tatapan iba."Kasihan gadis itu,"gumamnya sendiri.
~~~~~~
Langkah Ryoko tertatih dan nyaris menabrak pintu. Gadis itu kehilangan keseimbangan tubuhnya.
Hiroshi tampak kaget melihat istrinya yang baru saja masuk kedalam kamar. Tak biasanya ia pergi dan pulang selarut ini. Dalam keadaan mabuk pula.
Hiroshi mendekat dan membimbing Ryoko ke atas tempat tidur.
"Kau minum sake?"cecar Hiroshi seraya membantu Ryoko berbaring.
"Aku hanya minum sedikit,"gumam Ryoko tak begitu jelas.
Ryoko memang tidak pernah minum sebelumnya. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya,batin Hiroshi berpikir.
"Apa kau percaya pada reinkarnasi?"tanya Ryoko setengah menggumam.
Hiroshi urung mengambil buku di atas meja demi mendengar pertanyaan ganjil Ryoko.Pasti ia telah mabuk dan tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan.
"Apa yang kau bicarakan?"tanya Hiroshi datar.Ia tak begitu mempedulikan ucapan Ryoko.
Bibir Ryoko mulai berceloteh.Tentang kakek tua peramal yang ia datangi tadi siang di pasar.Tentang siklus reinkarnasi 300 tahun, tentang kehidupan sebelumnya bla bla.......
"Apa kau percaya?"tanya Ryoko tak sadar."Kakek tua itu pembohong besar kan?"
Ryoko mengoceh kesana kemari.Pikirannya tak bisa dikendalikan lagi. Ia telah mabuk berat.
Sementara Hiroshi tak merespon perkataan Ryoko.Namun ia mendengarkan setiap kalimat yang Ryoko lontarkan.
"Sebaiknya kau tidur,"suruh Hiroshi sembari menoleh ke arah Ryoko.
Ryoko sudah tak bergerak. Matanya telah terpejam.Bibirnya terkatup rapat.Hanya desah nafasnya yang terdengar berat.Ia terlalu letih untuk berceloteh lagi.
~~~~~~
"Apa yang ku bicarakan semalam?"
Ryoko menuang jus jeruk kedalam gelas Hiroshi. Kepalanya sudah lebih baik ketimbang beberapa menit yang lalu.
"Kau bicara tentang reinkarnasi,"sahut Hiroshi. Sedang tangannya sibuk dengan sebuah gadget.
Ryoko menghela nafas. Menyesali kebodohannya. Kenapa pula ia mengatakan perihal itu pada Hiroshi dengan keadaan mabuk.
"Maaf aku bicara ngawur semalam.Pasti aku sudah mabuk berat dan tidak sadar dengan apa yang ku bicarakan,"tandas Ryoko seraya menyajikan segelas jus jeruk ke hadapan Hiroshi.
Hiroshi hanya mendehem tanpa melontarkan tanggapan.Pria itu masih sibuk mengutak-atik gadget didalam genggamannya.
Peramal itu benar dalam beberapa hal. Ryoko melangkah ke dapur tanpa berniat menemani suaminya sarapan pagi.
Ia dan Hiroshi memang dijodohkan atas nama bisnis kedua orang tua mereka. Ia menyukai Hiroshi.Tapi seperti kata peramal itu,Hiroshi tidak pernah menyukai dirinya.Hidup Ryoko memang menyedihkan.
Jika reinkarnasi benar adanya,apa dikehidupan sebelumnya nasib Ryoko juga sama seperti di kehidupan sekarang? Apa siklus reinkarnasi dirinya harus selalu berakhir sama seperti kata peramal itu?
Dan malam ini adalah malam purnama ketiga setelah ulang tahunnya yang ke-25.Apa hari ini adalah hari terakhir bagi dirinya dapat melihat dunia ini?
Tentukan nasibmu sendiri!
Ucapan kakek tua itu terngiang di telinganya.Mungkin jika ia berjuang mengubah takdir siklus reinkarnasinya akan berubah. Tapi untuk apa dia melakukan itu?Sedangkan orang yang ia sukai tidak pernah menyukai dirinya.Hiroshi tidak mencintainya.
Jika saja ia bisa merubah perasaan Hiroshi....
"Aku akan berangkat sekarang,"
Ucapan Hiroshi mengagetkan Ryoko.Ia buru-buru membalikkan tubuh dan mengiyakan.
"Jangan minum sake lagi malam ini,"pesan Hiroshi sebelum pergi.
Ryoko hanya mengangguk pelan.
~~~~~~
Ryoko mengemudikan mobilnya pelan. Tak melebihi kecepatan rata-rata.Ia benar-benar waspada dan ekstra hati-hati hari ini.Entah kenapa tiba-tiba saja ia ingin berbuat sesuatu,semisal berjuang demi keselamatannya sendiri. Ucapan kakek tua itu sedikit mempengaruhi pikirannya.Meski ia tidak bisa melawan takdir, namun ia ingin berbuat sesuatu untuk merubah siklus reinkarnasinya.
Ryoko menginjak remnya tiba-tiba.
"Hampir saja,"gumamnya lega.
Saat ia mengemudi tadi mendadak seorang anak kecil muncul dari belokan dan untung saja ia bisa mengontrol kemudi. Maka selamatlah anak kecil itu dan dirinya.
Apa itu tadi termasuk dalam ucapan peramal itu?batinnya.Mungkin saja.Karena seandainya ia tidak segera menginjak rem,mungkin ia akan mengambil alternatif dengan membanting setir ke kiri dan ujung-ujungnya mobil yang ia kemudikan akan menabrak pagar beton dan usailah semuanya.
Gedung apartemen Ryoko telah nampak.Saat itu hari telah gelap.Hiroshi pasti juga belum pulang.
Ryoko telah memarkir mobilnya.Ia bergegas melangkah kedalam lift untuk menuju ke lantai 25 dimana apartemennya berada.
Ia harus segera sampai duluan sebelum Hiroshi datang.Ia juga harus menyiapkan makan malam...
Malam ini adalah malam purnama ketiga seperti perhitungan peramal itu.Tapi sejauh ini semua baik-baik saja,bahkan Ryoko hampir sampai dirumah.Mungkin upayanya untuk merubah siklus reinkarnasi telah berhasil.Buktinya ia terhindar dari kecelakaan maut beberapa saat yang lalu.
Ryoko menghela nafas lega.Ia hampir sampai...
Set!
Mendadak lift berhenti.Lampu didalam kotak lift itupun mengerjap seolah hendak padam.
Apa yang terjadi?jeritnya tersendat.
Ryoko berusaha menekan tombol darurat didekat pintu lift.Ia ingin menghubungi operator tapi sayangnya tak ada sahutan.
"Tolong aku!"teriak Ryoko panik.Ia ketakutan setengah mati.Ia kebingungan dan menekan semua tombol lift.Tapi sia-sia saja. Lift itu tak mau bergerak.Pintunyapun tak mau terbuka.
Ryoko letih dan jatuh terduduk di pojok kotak lift. Ia hampir kehilangan kesadarannya.Oksigen ditempat itupun nyaris habis.
Apa aku akan mati dan mengakhiri siklus reinkarnasi sampai disini,batinnya sedih.Ternyata ucapan kakek itu benar......
Perlahan Ryoko menutup matanya. Nafasnya tinggal satu-satu.Dan ia sudah tidak bergerak sama sekali.
"Ryoko!!"
Pintu lift terbuka dan teriakan Hiroshi bergema diseluruh penjuru kotak lift.Tapi gadis itu telah terkapar disudut ruangan dan tak bergerak sama sekali.
Hiroshi bergerak cepat.Ia segera melakukan pertolongan pertama pada istrinya.
"Bertahanlah Ryoko.Kau harus hidup,kau dengar itu?!"
Hiroshi berusaha menolong Ryoko dengan memberinya nafas buatan seraya berharap ia belum terlambat.
Dan....
Tiba-tiba saja Ryoko terbatuk.
Ia terbangun dan melihat Hiroshi telah berada dihadapannya dengan wajah pucat pasi.
"Hiroshi???"
"Ryoko!"teriak Hiroshi gembira.Dengan gerakan spontan ia langsung mendekap tubuh Ryoko."Kau masih hidup.Terima kasih Tuhan......."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar