Minggu, 04 September 2016

I love you, I hate you...


Untuk pertama kalinya dalam hidup aku menemukan seorang pria yang begitu mengagumkan.Seseorang yang sanggup membuatku nyaris berhenti bernafas,mengganggu kestabilan denyut jantungku.Seolah waktu siap berhenti seketika itu juga saat aku menatapnya.Oh God, he's amazing for me!
"Hot chocolate with happines and ginger cookies for free,"ucap pria tampan berkemeja putih itu sembari meletakkan sebuah cangkir coklat panas kehadapanku.Juga beberapa keping kukis jahe.Sebuah celemek berwarna kuning gading menutup sebagian depan tubuhnya.Perfect!He's my type!
"Oh..."mulutku ternganga dibuatnya."Ginger cookies?"ulangku tak yakin.Kurasa aku tak tertarik dengan olahan yang berbahan dasar jahe.
"Yup,"sahutnya cepat dan ramah.Disertai senyum manis."Kado manis untuk pengunjung yang datang hari ini,"ucapnya menarik.
"Really?"tanyaku masih tak yakin."Apa cafe ini sedang berulang tahun?"
Dia menggeleng perlahan.Menebarkan sedikit pesona.Dan belum sepenuhnya pesona itu ia tebarkan.
"Hanya sedikit eksperimen kecil tadi,"jelasnya sembari tergelak kecil."Dan ketika kukis itu matang, kebetulan kau datang.And today is your lucky day.You're lucky girl,"ucapnya penuh bersemangat.
"And you're so sweet,"sambungku sembari menderaikan tawa.Kebahagiaan langsung meruah ke segenap penjuru hatiku.
"Try it,"suruhnya kemudian.
"Ok,"aku mencomot sekeping kukis jahe itu tanpa ragu.Tak peduli entah bagaimana nanti rasanya.
Aku mengunyahnya di detik-detik berikutnya.Sedikit memakai perasaan. Tapi eits..tunggu dulu!
"Ini enak!"ucapku hampir memekik kegirangan.
"Really!"pria itu melotot tak percaya padaku.
Aku mengangguk seperti robot rusak.
Pria itu tergelak kemudian.
"Yeah,I got it!"desisnya bersemangat."Akhirnya aku bisa membuat kukis itu dengan sempurna,"ucapnya penuh rasa syukur.
"You're great..umm,"ucapku memberi selamat.
"Dylan,"sahutnya cepat.Sepertinya dia tahu kalau aku sangat ingin menyebut namanya."My name's Dylan."
"Oh,nice,"sahutku terpana.
Dylan...
Nama yang bagus untuk sosok yang mengagumkan.Tinggi,putih,tampan,ramah,pandai memasak.Satu kata yang pas untuknya "perfect".
Tuhan,tolong jodohkan aku dengannya...doaku saat meninggalkan cafe itu satu jam kemudian.Meski aku ingin berlama-lama disana.Tapi Bianca,teman sekamarku menelpon berjuta-juta kali ke ponselku untuk mengabarkan kalau dia kelaparan dan ingin kubawakan sebungkus nasi goreng.Huh, merusak kebahagiaanku saja.

$$$$$

"Kau tahu siapa yang kutemui hari ini?"tanyaku sembari meletakkan bungkusan nasi goreng keatas meja yang langsung diserbu Bianca tanpa ampun.
"Dosen killer?Angga si jago panjat dinding? Bella si ratu kecantikan kampus? Atau pencuri yang maling dompetmu?"celutuk Bianca sekenanya.Mulut bawelnya belum sembuh juga.
"No!"sahutku kesal."He's more than Angga, Rangga or anyone else,"ucapku meredam amarah.Karena aku tak sabar ingin menceritakan tentang Dylan padanya.
"Trus?"tanya Bianca dengan mulut penuh.Gadis rakus itu melahap makanannya tanpa menawariku sedikitpun padahal aku yang membelikannya.Keterlaluan.
"Kamu tahu cafe Dream & Hope di sebelah gym kan?"tanyaku.
Bianca mengangguk dan cerita panjang lebar meluncur bebas dari mulutku tanpa henti.Bla bla bla...
Bianca meneguk minumannya setelah nasi goreng dihadapannya ludes.Barulah ia berkomentar.
"Are you sure you love him?"tanya Bianca penuh curiga.
"Absolutely yes,"sahutku yakin."He's my type Bi."
Bianca mendesah tak bersemangat.
"I think Angga or Rangga better than him,"cetus Bianca.
"Why?"aku bingung.
"Si Dylan itu terlalu sempurna buat kamu.So, pasti dia juga punya seseorang yang sama sempurnanya dengan dia.Mungkin dia udah punya kekasih diluar negeri atau kabar buruknya dia sudah menikah dan istrinya sedang hamil sekarang.Atau minimal dia sudah bertunangan dan sedang mempersiapkan sebuah resepsi pernikahan beberapa bulan lagi.Who knows?"
"Bianca!!!"
Aku melemparkan sebuah bantal ke wajah Bianca dengan cepat dan tanpa ampun.
"Hahahahahaha..."Bianca ngakak dan aku tidak memaafkannya kali ini.

$$$$$

Hot chocolate, ginger cookies and Dylan.Perpaduan kenangan yang sempurna.Ditambah lagi dengan alunan lembut tembang-tembang patah hati milik Adele menggema ke segenap penjuru cafe.Sore yang sendu dan tenang.
Aku lebih sering menghabiskan waktuku di cafe itu.Sembari mengerjakan tugas dari kampus dengan memanfaatkan sambungan wifi gratis ditambah lagi dengan penampakan indah disudut meja barista.Dylan dan seabrek kesibukannya meracik minuman untuk para pengunjung membuatku sesekali harus melirik kearahnya.Bukan sesekali tapi berkali-kali.Sikapnya yang ramah pada semua orang benar-benar membuatku jatuh hati pada pria itu.
Dan selama yang kutahu sampai detik ini tak ada seorang gadispun yang berlaku mencurigakan disekitarnya yang bisa disebut sebagai kekasih, istri ataupun tunangan Dylan.Itu semua hanya khayalan bodoh Bianca saja.Agar aku tak terlalu jatuh cinta pada Dylan.Huh...
"Hei..."
Pria tinggi tampan itu berdiri dengan mengagumkan dihadapanku dengan senyum terbaiknya."I think I have a new recipe, but not today."
Aku melongo dalam tiga detik lamanya demi mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.
"What?Oh,sure..."sahutku kaku.Kupikir aku telah mendapat sedikit tempat istimewa dihatinya.Buktinya dia ingin aku mencicipi resep barunya.Mengagumkan bukan?
"Thanks,you're my special customer.And I promise about that,"ucapnya senang."But I'm sorry,I have to go now.You know I'm the busiest man at here,"gelaknya sebelum pergi.
Aku mengangguk pelan sembari mengikuti gerakan punggungnya yang bergerak kembali ke meja barista.Sebagai owner cafe ini Dylan adalah orang paling sibuk disini.Meski dia memiliki beberapa asisten tapi tampaknya dia lebih suka meracik minuman untuk pelanggannya dengan tangan sendiri.
Dan aku suka pria seperti itu...
"Dylan,I love you."
Tanpa sadar aku mengetikkan kalimat itu dilayar laptopku.Duh,betapa gilanya diriku.Aku merutuki diri sendiri dan buru-buru menghapus tulisanku sebelum ada yang berhasil mengintip kelayar laptopku.
Terima kasih Dylan,telah memberi kebahagiaan dalam hidupku akhir-akhir ini,bisikku saat berjalan pulang.Aku melangkah dengan ringan sembari menghirup nafas dalam-dalam.
Aku membaca sebaris tulisan di papan depan cafe.
Dream & Hope...and Dylan!

$$$$$

Gerimis mendadak turun satu persatu senja ini tepat disaat aku melangkah keluar dari perpustakaan.Membuat sebagian rambutku basah dan sweater milikku juga tak luput dari sasaran gerimis.Oh malangnya diriku...
Sebersit ide tentang coklat panas melintas dengan cepat di otakku.Betapa sempurnanya jika aku bisa menikmati secangkir coklat panas ditemani beberapa keping kukis serta si pemilik wajah tampan itu,Dylan.
Betapa briliannya pemikiran seperti itu.Atau aku bisa meminum sesuatu yang lain.Tentu saja aku harus meminta saran terbaik dari Dylan.Semisal lemon tea hangat atau jasmine tea atau apalah...
Aku ingin mencoba sesuatu yang lain sore ini.Tapi ups!
Langkah kakiku terhenti persis didepan pintu gerbang cafe yang tertutup.Aku kaget sekaligus patah manakala mengetahui cafe tutup hari ini.Dan buyarlah semua ide dikepalaku yang baru saja kusebut brilian tadi.
Tapi aku tidak mau kecewa demi melihat mobil Dylan terparkir didalam garasi.Pasti dia ada didalam sana,batinku menduga.Apa ia sakit?
Aku menyeruak masuk kedalam pagar cafe yang kebetulan tidak terkunci.Mungkin Dylan lupa menguncinya.
Dari balik kaca cafe aku melihat bayangan Dylan didalam sana.Dan aku bersyukur ia baik-baik saja.Tidak kurang suatu apa.Dan seperti biasa sebuah celemek kuning gading melekat ditubuhnya.
Sepertinya ia sedang sibuk melakukan sesuatu.Mungkin sedang membuat sesuatu yang sering dia sebut sebagai eksperimen kecil.So sweet..
Aku hendak mengetuk pintu cafe yang terbuat dari kaca bening namun urung saat seseorang yang lain mendadak muncul dari dalam.Seorang pria bertubuh sedikit berisi dari Dylan.Tak lebih tinggi dan tak lebih pendek.Mereka nyaris sama tinggi.Hanya saja kulitnya sedikit lebih gelap ketimbang Dylan.
Pria asing itu tersenyum dan mengajak Dylan mengobrol.Tapi aku tak mampu menangkap pembicaraan mereka berdua.Sepertinya bercanda tentang sesuatu.Tapi ada yang sedikit berbeda dari mereka.Saat pria asing itu meletakkan tangannya dipundak Dylan,aku merasakan sesuatu yang ganjil.Dan keganjilan itu semakin menjadi-jadi manakala pria asing itu merangkul dan mulai memeluk tubuh Dylan dengan mesra.
Oh God!
Aku membalikkan tubuhku secepat kilat saat pria asing itu mencium pipi Dylan.Dan gilanya,Dylan membalas hal yang sama pula!
Its craziest thing I ever seen!jeritku dalam hati.Dipenuhi dengan amarah yang berkobar-kobar.
Tanganku mengepal geram.Ingin rasanya aku menghancurkan pintu kaca itu dengan sekali pukul lalu merobohkan seluruh bangunan cafe itu sampai tak bersisa.Sampai rata dengan tanah.Lalu aku akan membantai kedua makhluk terkutuk itu sampai mati.
Aku bahkan rela masuk penjara karenanya.Dasar gay!Homo!
Aku menyumpah-nyumpah seperti orang gila.Kenapa ada orang macam itu hidup didunia yang indah ini?
Hot chocolate, ginger cookies...
Perutku mendadak menjadi mual saat mengingat kedua hal itu. Aku bahkan bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kakiku di cafe itu lagi.Never!Forever!
Aku melangkah pulang meski hujan deras mengguyur tubuhku.Mungkin air hujan sedikit bisa membasuh kekecewaan dan rasa sakit di hatiku.
Aku tak akan pernah menceritakan apa yang baru saja kulihat tadi pada Bianca.Biar cerita itu kupendam sendirian sampai aku mati.
Dan setelah ini aku akan mencari cinta yang lain.Angga or Rangga...
Yang jelas,Angga or Rangga better than him!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar