Jumat, 30 September 2016

ORANGE STRAWBERRY chapter 1


"Maiko!"
Maiko mendongakkan kepala begitu suara Mister Simon terdengar lantang menyebut namanya.
"Ini pelajaran Biologi bukan pelajaran menggambar kamu tahu?!"hardiknya kasar.Kedua matanya melotot.Merah dan marah.
Maiko meletakkan pensil dengan malas.Gambar seorang gadis anime masih berupa sketsa diatas kertas putih didepannya.Dan Maiko terpaksa menutupnya demi redamnya emosi Mister Simon yang nyaris meledak itu.
Beberapa teman tampak berbisik disertai tawa kecil demi melihat insiden itu.Sementara yang lain acuh tak acuh.Karena kejadian serupa bukan kali ini saja terjadi.
Dan untungnya Mister Simon segera melanjutkan pelajaran sebelum jam istirahat tiba.

#####

Maiko tertegun menatap lapangan basket yang ramai.Gadis itu melenguh.Konsentrasinya pecah.Gambar anime yang sedianya ia selesaikan saat istirahat,batal diselesaikannya.Gara-gara suara ramai dari arah lapangan basket cukup mengganggu konsentrasi Maiko.Gadis itu butuh suasana tenang untuk menyelesaikan gambarnya.Dan tak ada tempat yang tenang disekolah ini.Sedang murid tidak diizinkan diam dikelas sementara jam istirahat berlangsung.
Perpustakaan?Maiko tak suka berada disana.Tempat itu dekat dengan tempat pembuangan sampah.Kalau tidak berbau busuk,pasti berbau asap pembakaran.Bukan pilihan yang bagus.
Gadis itu menutup buku gambarnya.Percuma dipaksa juga.Gambar itu tak akan selesai seperti yang diharapkan jika ia memaksakan diri.
Maiko lebih suka mengasingkan diri.Maka dari itu dia tidak punya teman.Dan memang ia tidak suka berteman.
Dua tahun sekolah ditempat ini ia bahkan baru menyadari jika ia sekelas dengan Benedict,satu-satunya cowok terpopuler di sekolah.Sebenarnya ada beberapa yang populer tapi tak sepopuler Benedict.Beberapa diantaranya bahkan se-genk dengan Benedict.
Dikelasnya yang sekarang juga ada Prilly,Quinna dan Anissa.Mereka adalah sederet nama cewek cantik nan populer disekolah.
Dan Maiko baru menyadari jika kelasnya begitu istimewa.Kemana saja kau selama ini Maiko bodoh?Kenapa kau baru menyadarinya sekarang saat kau butuh ketenangan untuk menggambar?

#####

Maiko melangkah gontai keluar dari kelas.Perutnya sempat bernyanyi sebentar tadi.Lapar.
Uh...gadis itu bergumam kecil saat bahunya ditabrak dari belakang.Sedikit sakit namun tak mengapa.
"Sorry..."
Hanya ucapan itu yang keluar dari bibir si penabrak.Benedict!
Payah,gumam Maiko kesal.
Maiko hanya bisa menatap punggung cowok itu tanpa bisa melempar makian atau apa.Hanya sekedar meluapkan kekesalan hatinya.
"Tunggu Ben!"
Maiko meringis.Kali ini bahunya tak selamat.Prilly,sang ratu kecantikan itu tampak buru-buru mengejar Ben.
Maiko sempat mendengar jika Prilly mengejar Benedict mati-matian,namun tampaknya Benedict tidak punya perasaan yang sama dengan Prilly.Semacam kasih tak sampai,begitu yang ia dengar secara tak sengaja dari teman-temannya.Karena Maiko tak suka bergosip!
Maiko melangkah lagi.Melanjutkan langkah gontainya.Perutnya sudah tak sabar ingin segera diisi nasi .
Namun langkah itu terpaksa berhenti didepan gerbang sekolah.
Seorang cowok tampan,tinggi,putih dan berpenampilan sempurna tampak melambai kearah Maiko.Sebuah kaca mata hitam menutupi area matanya dari sengatan matahari.Ia bersandar pada sebuah mobil mewah berwarna putih.
Sosok itulah yang membuat Maiko terpaksa menghentikan langkahnya.
Gadis itu sempat terkejut namun tak serta merta ia gembira.Ia malah memasang wajah cemberut.Masam.
Kenapa Maiko?

#####

Maiko melahap nasi soto didepannya dengan nikmat.Rasa lapar telah membuatnya gila.Waduh...
Ryu hanya menatap Maiko dengan tatapan takjub.Bagaimana mungkin seorang cewek bisa makan dengan kecepatan super seperti itu?Padahal makanan itu masih panas.
"Maiko!"Ryu memanggil nama Maiko dengan nada tinggi.
Maiko masih acuh.Gadis itu meneguk es teh usai menghabiskan satu porsi nasi soto.Bahkan Ryu belum menyentuh makanannya sama sekali.
"Sudah makannya?"tanya Ryu sedikit ketus.
Maiko mengangguk.Perutnya kenyang sekarang.
Ryu menggeleng-geleng heran.
"Kamu itu...kakakmu datang dari tempat yang jauh masa kamu nggak seneng sama sekali?Kita sudah lima tahun nggak ketemu loh..."ucap Ryu mengungkapkan rasa kekecewaannya.
Maiko terdiam sesaat.Ryu benar.Sudah lima tahun mereka tidak bertemu.Dan selama itu ia kehilangan sosok seorang kakak.Karena komunikasi diantara mereka tak begitu intens.
Maiko menatap wajah kakaknya yang sekarang sudah tampak dewasa.Ia tampan.Perpaduan gen yang sungguh sempurna.
"Kamu sudah besar Maiko..."
Maiko tersenyum.Untuk pertama kali dihadapan kakaknya.
"Kakak juga,"sahut Maiko lirih."Kakak sangat tampan.Pasti banyak cewek Jepang yang suka pada kakak,"sambungnya kemudian.
Ryu terbahak mendengar ucapan adiknya.
"Tebakanmu tepat,"sahutnya kemudian."Tapi aku nggak mau menikah sebelum kamu menikah."
"Kenapa?"Maiko mengerutkan alisnya.
"Kakak ingin kamu bahagia Maiko.Itu saja,"sahut Ryu.Tapi pasti bukan itu alasan sesungguhnya,batin Maiko.
"Apa ayah menyuruhmu untuk membawaku ke Jepang?"tanya Maiko kemudian.Pertanyaan itu memukul-mukul kepalanya semenjak pertama kali ia melihat Ryu datang ke sekolah.
Ryu menggeleng pelan.
"Aku yang ingin datang kesini.Kebetulan aku punya urusan bisnis dengan temanku disini,"jelas Ryu namun ditanggapi senyum dingin Maiko.
Maiko tak menyahut.Sampai matipun ia tak akan sudi pergi ke tempat kelahiran ayah kandungnya.
"Bahasa Indo kakak lancar banget,"ucap Maiko beberapa detik kemudian.Memecah ketegangan yang sesaat lalu muncul diantara keduanya.
Ryu tersenyum.
"Aku sering nonton sinetron Indo di internet.Makanya aku lancar berbahasa Indo.Lagian aku juga lahir disini.Sama sepertimu.Aku cinta Indo,Maiko."
Maiko ikut tersenyum.
"Tuh sotonya dimakan kak,"suruh Maiko kemudian.

#####

Tok tok...
Maiko meletakkan pensil dan segera menutup buku gambarnya sebelum Ryu menerobos masuk kedalam kamarnya.
"Lagi apa?"
Ryu membuka pintu kamar Maiko dan melongok kedalam.
"Ya ampun!"teriak Ryu sembari membuka pintu kamar Maiko lebar-lebar."Ini kamar atau kapal pecah sih?Kamu itu cewek Mai,bisa rapi dikit nggak sih?"Ryu mengeluarkan omelan begitu melihat isi kamar adiknya yang berantakan.
Maiko hanya nyengir karena ketahuan kamarnya berantakan.Dan itu tergolong parah.
"Nanti aku suruh Mbak Mi untuk membereskan..."
"Kok Mbak Mi sih?"protes Ryu.”Kenapa nggak kamu aja yang beresin?Ini kamar kamu kan,bukan kamar Mbak Mi,"ucap Ryu ngotot.
Maiko mendengus.Sewot.Selama ini tidak ada yang protes dengan kondisi kamarnya.Tidak oma sekalipun.
"Iya nanti aku beresin,"ucap Maiko akhirnya.Malas.
"Apa ini?Kamu bisa menggambar komik?"Ryu keburu melihat buku gambar milik Maiko.
Maiko berusaha merebut buku gambar miliknya,tapi Ryu sudah terlanjur melihat semua hasil karyanya.
Ryu menatap adiknya dalam-dalam.
"Ayah begitu merindukanmu Mai,"ucap Ryu sembari memegang bahu adiknya."Seberapapun besar kebencianmu pada ayah,dia tetap ayahmu.Sampai kapanpun."
"Kak..."Maiko berusaha melepaskan tangan Ryu dari atas bahunya.Tampak sekali jika ia tidak nyaman dengan topik pembicaraan Ryu.
"Maiko,"Ryu melepaskan tangannya dari atas bahu Maiko."Ayah tidak sepenuhnya salah.Kamu yang membuatnya terbebani rasa bersalah jika kamu terus bersikap seperti ini,"tandas Ryu meneruskan pembicaraan.
Maiko menghela nafas.Menghindari sorotan mata Ryu yang terus mengejarnya.
"Ibu dan ayah tidak pernah berniat untuk berpisah,Mai,"tandas Ryu menjelaskan."Saat itu ayah terpaksa harus pulang ke Jepang karena ibunya sakit.Dan beliau tidak bisa kembali kesini karena ibunya melarang.Kamu bisa membayangkan bagaimana perasaan ayah kala itu.Dia terjebak dilema,Mai."
Maiko hanya menatap kearah tembok.Bersikap seolah tak mendengar ucapan kakaknya.Seolah tak peduli.
"Dan..."lanjut Ryu kembali."Saat ayah ingin kembali lagi ibu telah meninggal dan oma melarang ayah untuk kembali kesini.Dan kamu juga menghukum ayah dengan kebencianmu,padahal ayah sangat merindukanmu."
Maiko bergeming.
"Maiko!Ryu!"
Maiko bersyukur dalam hati.Kedatangan oma merupakan sebuah pertolongan besar untuknya lepas dari topik pembicaraan tentang ayah.
"Kalian nggak makan?"tegur oma yang mendadak muncul diambang pintu."Oma sudah masak perkedel kentang kesukaan Maiko dan sayur bening kesukaan Ryu,"beritahu oma.
"Kamu masih suka perkedel kentang?"tanya Ryu seolah takjub.Dari kecil sampai sekarang Maiko masih menyukai makanan itu.Ayah juga.Dan karena di Jepang tidak ada perkedel,ayah sering membuatnya sendiri.Kata ayah,dulu ibu sangat sering membuatkannya perkedel.
Apa Maiko tahu hal itu?

#####

"Benar kamu nggak ingin ketemu ayah?"Ryu melirik Maiko yang duduk terdiam semenjak mereka meluncur kejalan raya.Gadis itu menatap kedepan.Kearah lalu lintas yang merayap padat di jam sekolah seperti sekarang.
"Kamu sadar nggak,kamu benar-benar mirip dengan ayah.Secara fisik dan psikologis kamu nyaris mewarisi semua sifat ayah.Ayah juga begitu keras kepala,dingin namun berhati lembut.Ayah..."
"Stop!"Maiko berteriak.Memotong percakapan kakaknya."Kakak bisa diam nggak?Aku ada ulangan hari ini,"ucap Maiko menahan geram.
Ryu diam sesuai permintaan adiknya.Sampai mereka tiba di gerbang sekolah,barulah Ryu membuka mulutnya
"Nanti aku jemput jam berapa?"tegur Ryu saat Maiko hendak membuka pintu mobil.
"Aku bisa pulang sendiri,"sahut Maiko sedikit ketus."Lagian selama ini aku terbiasa naik bis..."
Gerakan tubuh Maiko terhenti.Tangan Ryu telah mencekal lengannya.
"Apa kamu juga membenciku karena aku menerima tawaran ayah untuk sekolah di Jepang?Benarkah seperti itu Mai?"tanya Ryu memojokkan Maiko.
Maiko tak menyahut.Gadis itu membungkam mulutnya.
"Aku akan menjemputmu nanti siang,"Ryu melepaskan lengan Maiko beberapa detik kemudian.
Maiko beranjak dari tempat duduknya lantas membanting pintu mobil Ryu dengan keras.Bahkan ia tak sempat melihat ekspresi wajah Ryu yang begitu khawatir melihat dirinya.
Ryu merasa iba dengan keadaan adiknya.Sampai kapan Maiko mau membuka pintu hatinya untuk ayah dan dirinya?


To be continued....

































Tidak ada komentar:

Posting Komentar