Kamis, 14 Februari 2013

SANDS OF TIME


"Adik loe kenapa Ga?"tanya Dion seraya menunjuk ke arah Anne yang tertegun sendirian diatas pasir. Matanya menatap kosong ke arah pantai. Seperti sedang berpikir. Mungkin sedang melamun...

Ega menoleh ke arah adiknya. Ia dapat melihat keanehan pada gadis itu. Tidak biasanya Anne sependiam sekarang. Biasanya ia girang jika diajak berlibur. Ada apa dengannya?

" Gue suka adik loe..."tandas Dion kemudian. Mengejutkan Ega. Ia sama sekali tidak menduga jagoan taekwondo itu ternyata menyimpan perasaan untuk adiknya.

"Gue pergi dulu. Kasihan Anne, dia pasti kesepian sendirian......"pamit Ega sesaat kemudian. Mengundurkan diri dari gerombolan teman-temannya dan bergegas ke tempat Anne .

"Ne....... Kok nggak gabung sama kita-kita? Malah bengong sendirian. Ntar kesambet jin laut gimana?' tegur Ega bercanda. Tapi sayangnya candaannya tak membuat Anne tertawa. Gadis itu menatap sekilas ke arah kakaknya lantas beralih menatap ke laut lagi. Membuat Ega heran bercampur cemas.

"Sorry.. kalau liburan kali ini nggak menyenangkan. Biasanya kita kan pergi berdua....."tandas Ega menunjukkan penyesalannya. Mungkin karena itulah Anne merasa bosan.

"Bukan..."tukas Anne cepat." Entah kenapa saat melihat laut hatiku merasa aneh. Aku merasa sedih tanpa sebab." ucap gadis itu pelan. Tatapannya masih lurus ke arah laut.

"Makanya jangan bengong sendirian. Udah yuk, kita gabung sama temen-temen..."ajak Ega sembari menarik tangan adiknya. Dan Anne hanya bisa menurut saja.......

~~~~~~

Resort di tepi pantai itu tampak terang benderang. Ramai oleh obrolan yang sesekali diselingi canda dan gelak tawa.....

"Perut gue kenyang nih.' ucap Shandy seraya memegang perutnya. Tampaknya perutnya telah penuh oleh ikan dan udang bakar yang baru saja ia makan. Begitu juga dengan Leo dan Chikko, juga mengeluhkan hal yang sama.

"Makanya jangan makan banyak-banyak, tahu sendirikan akibatnya." tukas Dion setengah mengolok.

"Yeah.... Mumpung liburan , kapan lagi bisa makan besar plus gratis kayak gini..."timpal Shandy enteng. "Untung kita punya temen tajir kayak Ega, betul nggak?"

"Betul banget..."sahut Leo dan Chikko serempak. Mereka bertiga sepakat dengan ucapan Shandy.

Sementara Dion hanya bisa nyengir melihat kekompakan ketiga sahabatnya. Tapi bicara soal Ega, dimana anak itu?

"Ega mana?"tanya Dion seraya meneliti ke sekeliling.

"Duh..... Dion ini, nggak ngeliat kakak iparnya sebentar aja udah bingung. Tuh, dia lagi nemenin adiknya di kamar. Kasihan, kayaknya dia bosen tuh...."timpal Chikko.

Dion mati kutu. Semua teman dekatnya sudah tahu kalau ia menyukai Anne, tapi upayanya mendekati adik Ega itu malah belum menunjukkan perkembangan sama sekali. Bagaimana tidak, sejak tiba di resort gadis itu lebih banyak diam dan lebih sering berada di samping Ega. Bagaimana ia bisa mendekati gadis itu?

~~~~~~~

Sementara itu didalam kamar Anne......

"Aku lihat semenjak kita tiba disini kamu diam terus. Ada apa sebenarnya Ne? Kamu sakit?"tegur Ega seraya menyentuh bahu adiknya pelan.

Anne menghela nafas. Selama ini ia selalu berterus terang pada kakaknya apapun yang sedang ia rasakan. Karena ia dan kakaknya begitu dekat,dan hubungan keduanya sangat akur hampir tak pernah ada pertengkaran berarti.

"Entah kenapa setiap melihat laut aku merasa ada sesuatu yang aneh. Seperti ada sesuatu yang mengikatku dengan laut, tapi setiap aku mencoba untuk berpikir atau mengingatnya kepalaku selalu merasa sakit. Aku seperti kehilangan memori masa kecilku. Apa kakak tahu sesuatu?"

Ega terdiam mendengar penuturan adiknya. Lantas cowok itu mengembangkan senyum beberapa detik kemudian.

"Tahu apa maksudmu?"tanya Ega seraya tersenyum. "Sudahlah....... sebaiknya kamu istirahat. Besok pagi kita harus pulang."suruh Ega seraya mengusap rambut panjang milik Anne yang tergerai. Setengah acak-acakan....

Anne mendengus kesal. Percuma bicara jika Ega tak menanggapi serius ucapannya....batin Anne seraya menatap punggung kakaknya sampai menghilang dibalik pintu.

~~~~~~~~~

"Kalian lihat Anne? Dia nggak ada dikamarnya...." seru Ega pagi ini. Wajahnya tampak pucat karena dihantui rasa cemas. Ia celingak celinguk mencari keberadaan adik satu-satunya. Sementara kawan-kawannya yang baru saja keluar dari kamar masing-masing merasa kaget.

Namun disaat mereka tengah berpikir, tiba-tiba saja seorang petugas resort datang tergopoh-gopoh ke tempat itu. Ia membawa kabar kalau ada seorang pengunjung yang tenggelam di laut, dan dikhawatirkan jika orang itu adalah salah satu dari rombongan Ega.

Ega dan teman-temannya segera bergegas menuju pantai. Dan kecemasan Ega benar-benar terbukti. Anne telah terbujur kaku dengan tubuh basah kuyup. Pakaiannya masih sama dengan semalam. Tubuhnya tampak pucat. Gadis itu tak bergerak sama sekali. Apa ia sudah meninggal....?

Anne dibawa ke rumah sakit terdekat saat itu juga. Tak terbayangkan betapa cemas hati Ega saat ini. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Anne? Padahal orang tuanya sudah berkali-kali mengingatkan Ega untuk selalu menjaga Anne dimanapun ia berada. Gadis itu terlalu lemah fisiknya. Ia mudah sekali jatuh sakit dan tak boleh terlalu lelah. Lantas apa yang Ega perbuat dalam situasi seperti sekarang, bukankah Anne adalah tanggung jawabnya?

~~~~~~~

Ega hanya termangu di depan tubuh Anne yang terbaring lemah. Gadis itu tidak sadarkan diri dan belum siuman sampai detik ini. Detak nafasnya sangat lemah. Itupun harus dibantu dengan ventilator.

Kecemasan Ega pecah manakala orang tuanya datang...

"Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah ayah sudah berkali-kali memperingatkan kamu untuk selalu menjaga adikmu. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya?!" seru ayah Ega marah. Ia dan istrinya tampak cemas melihat keadaan Anne. Sementara Ega hanya bisa tertunduk menyesali semua yang menimpa Anne.

"Kejadian itu terulang lagi....."gumam ayah Ega beberapa saat kemudian. Ia menghela nafas berat. Pikirannya terseret ke masa beberapa tahun silam.....

"Dia sudah melewati masa krisis......"ucap seorang dokter yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar itu." Mungkin sebentar lagi dia sadar. Bapak dan ibu tidak perlu cemas."tandas dokter itu mencoba menenangkan mereka.
Penjelasan dokter itu cukup melegakan hati mereka, meski masih ada sedikit kekhawatiran yang menyelubungi hati ayah dan ibu Ega.....

~~~~~~~~~~

Semenjak peristiwa itu kelakuan Anne berubah total. Tak ada keceriaan yang biasa menghiasi wajah manisnya. Ia lebih pendiam dan sering mengurung diri di dalam kamar. Juga tampak sering melamun seraya menatap kosong keluar jendela.

Kedua orang tua Anne sangat cemas melihat keadaan putrinya. Mereka mencoba menghibur hati gadis itu, namun hasilnya nol. Ia tetap tak berubah kembali seperti semula. Ega pun sama cemasnya dengan mereka. Ia juga kerap merayu Anne, tapi gadis itu tetap tak berubah.

"Kita harus bagaimana Yah? Ibu cemas melihat keadaannya."tandas ibu Anne. Sementara suaminya tampak berpikir.

"Apa kita harus ke psikiater?" tanya istrinya kembali, karena suaminya masih belum menjawab.

"Untuk apa ke psikiater segala? Memangnya anak kita tidak waras?!"bentak suaminya. Kesal. "Dia hanya mengalami trauma Bu."

"Peristiwa itu pasti sangat berat untuknya" gumam ibu Anne kemudian. "Saat berumur sepuluh tahun dia harus kehilangan orang tua karena kecelakaan kapal. Ibu tidak bisa membayangkan peristiwa itu, bagaimana tubuh kecilnya harus berjuang melawan arus air......"ucap ibu Ega mengenang peristiwa sepuluh tahun yang lalu, dimana terjadi sebuah kecelakaan kapal yang menewaskan orang tua Anne.Sementara itu Anne selamat dan diadopsi oleh kedua orang tua Ega yang kebetulan adalah sahabat ayahnya. Pasca kecelakaan itu Anne mengalami trauma yang menyebabkan ia kehilangan sebagian memori masa kecilnya. Itulah sebabnya tiap kali ia menatap ke arah laut dan mencoba mengingat masa kecilnya, ia seperti masuk kedalam lubang hitam yang menyebabkan kepalanya sakit.

Anne terhenyak dibalik pintu. Gadis itu mendengar percakapan kedua orang tuanya tanpa sengaja. Jadi itu jawabannya? batinnya gusar. Air mata mulai menitik perlahan ke atas permukaan pipinya.

"Anne...."tegur Ega tiba-tiba. Memergoki keberadaan gadis itu. "Apa yang sedang kamu lakukan disini?"

"Kakak sudah tahu semuanya kan? Kenapa selama ini kakak nggak pernah berterus terang padaku?" tanya Anne seraya memandang mata Ega lekat-lekat. Biasanya tidak pernah ada rahasia diantara mereka berdua, tapi kenapa untuk masalah sebesar ini Ega justru menyimpannya rapat-rapat. "Aku kecewa Kak....."

"Anne..... Dengarkan aku," teriak Ega. Namun Anne terlanjur berlari meninggalkan tempatnya berdiri.....

~~~~~~~~

"Ne......."

Gadis itu masih belum menoleh ke arah kakaknya.Ia baru saja menyadari sesuatu yang selama ini ia rasakan. Kebaikan dan perhatian Ega padanya memang berlebihan dan membuatnya terlalu nyaman bersama kakaknya. Ia selalu bergantung padanya dan tak pernah berada jauh dari Ega. Perasaan itu bukan antara kakak dan adik, namun lebih dari itu. Harusnya perbedaan antara dirinya dan Ega ia sadari semenjak dahulu. Meski ia merasa lega memiliki perasaan itu pada orang yang ternyata bukan kakak kandungnya. Tapi pantaskah ia mencintai kakak angkatnya?
"Apa kamu kecewa karena kami bukan keluarga kandungmu?" tanya Ega pelan. Cowok itu duduk persis didepan Anne meski gadis itu tak sedang menatapnya kini."Karena aku bukan kakak kandungmu?"


Anne menggeleng pelan sekali. Selama ini ia merasa bahagia bersama mereka, dan tidak ada penyesalan sama sekali untuk itu. Tapi kenapa ia justru merasakan sakit didadanya manakala menatap wajah Ega usai mengetahui segalanya?

"Jangan bersikap seperti ini lagi, Ne.Kamu tahu, ayah dan ibu sangat mencemaskan keadaanmu."tutur Ega lagi.

"Apa kakak juga mencemaskanku?"tanya Anne lirih.

"Tentu saja."sahut Ega cepat."Karena kami semua menyayangimu....."

Tapi aku mulai mencintaimu , Kak....batin Anne.

~~~~~~~~~

"Kakak menyukainya?" tanya Anne. Tangannya menunjuk ke arah dinding kamar Ega yang terpasang sebuah poster besar bergambar penyanyi country berparas cantik, Taylor Swift.

Ega menatap ke arah yang ditunjuk Anne. Lantas mengiyakan tanpa kata. Hanya sebuah anggukan kecil. Lantas ia sibuk kembali dengan laptopnya.

"Kakak mencintainya?"tanya Anne lagi.

Ega tersenyum tipis. Pertanyaan Anne terdengar aneh di telinganya. Tidak biasanya ia menanyakan hal seperti itu. Namun dijawabnya juga pertanyaan Anne.
"Mengagumi dan mencintai adalah dua hal yang berbeda, Ne." tandasnya. "Tapi kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Nggak pa pa ."sahut Anne cepat."Hmmm.... Apa kakak punya pacar?"tanya Anne kembali. Kali ini Ega menderaikan tawanya. Anne benar-benar tak biasa.Apa anak itu salah makan? batinnya konyol.

"Nggak."sahut Ega. "Tapi ada seseorang yang aku suka sejak dulu."ucapnya kemudian. Membuat hati Anne langsung menciut.

"Siapa? Apa aku kenal dengannya?" cecar Anne penasaran. Meski sisi hatinya merasakan sakit karena cemburu.

Ega tertawa ngakak. Sementara Anne malah memasang tampang cemberut.

"Kamu aneh hari ini, Ne."ucap Ega masih sembari tergelak."Kenapa kamu tiba-tiba ingin tahu siapa pacarku? Nggak biasanya kamu seperti ini."tandasnya seraya mengusap rambut panjang milik Anne yang tergerai setengah acak-acakan.

Anne tak menyahut. Masih dengan muka ditekuk, gadis itu menepis tangan Ega lantas keluar dari kamar kakaknya.

Ega selalu memperlakukannya seperti itu, seolah ia adalah adik kecilnya yang manja. Anne merasa sakit hati kali ini...

~~~~~~~

Badan Anne panas. Sejak kemarin ia terserang demam. Padahal tidak ada angin atau hujan, tapi mendadak ia sakit. Dulu ia juga sering mengalaminya. Dan saat Ega memberinya sebatang cokelat pasti panasnya akan turun. Tapi umur Anne sekarang sudah dua puluh tahun. Apa hanya dengan sebatang cokelat lantas demamnya akan segera turun?

Semua orang cemas. Lebih-lebih Ega. Malam itu ia berbincang dengan Anne, dan gadis itu tampak aneh. Dan paginya Anne jatuh sakit. Apa ada hubungannya dengan sikap-sikap Anne yang dirasanya sangat aneh malam itu?

"Kamu kenapa Ne? Kamu ingin apa, biar kakak belikan. Atau kamu ingin cokelat seperti biasa?" bujuk Ega seraya mengusap tangan Anne yang dingin. Gadis itu memejamkan matanya. Namun bibirnya tampak bergerak-gerak seperti menggumam. Mengigau nama Ega terus menerus. Membuat Ega semakin bertambah cemas. Namun ia tak tahu apa yang mesti ia lakukan agar Anne sembuh.

Namun gadis itu tak jua membuka kedua matanya, hanya igauannya yang terdengar lemah.

"Kita bawa Anne ke rumah sakit saja Yah.."usul ibu Ega kemudian pada suaminya. Dan tampaknya ayah Ega menyetujui usul istrnya.

Ega turut menyetujui usul ibunya. Karena panas tubuh Anne tak kunjung berangsur turun meski sudah dikompres dan diberi obat. Padahal Anne sangat takut dengan jarum suntik, namun apa boleh buat. Semua demi kesembuhan Anne....

~~~~~~~~

"Ada apa Ne? Semenjak pulang dari rumah sakit aku lihat kamu selalu murung dan nggak mau bicara padaku. Apa kamu marah padaku?" teguran Ega menyentak lamunan Anne. Gadis itu diam sembari menatap keluar jendela.

Anne hanya menggeleng pelan. Tanpa menoleh.Membuat Ega merasa diacuhkan olehnya.

"Lantas kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Apa aku berbuat salah padamu?" desak Ega mulai geram. Ia mulai naik darah melihat sikap Anne yang demikian acuh tak acuh padanya. Padahal Anne selalu bersikap manja padanya, tapi sekarang.....

Anne menoleh. Ia bisa melihat kemarahan yang tersirat di wajah kakaknya. Ia memang sedikit merasa kecewa pada Ega, tapi tanpa diduga Ega akan semarah ini padanya.

"Apa kamu mulai membenciku sekarang?!"seru Ega lantang.

"Kak!!"teriak Anne kaget.

"Aku bukan kakakmu!" balas Ega seraya menepis tangan Anne yang hendak menyentuh lengannya. Anne hanya terperangah melihat sikap Ega yang benar-benar diluar kebiasaanya. Selama ini mereka tidak pernah bertengkar sama sekali, tapi sekarang justru Ega yang seolah-olah menyulut api pertengkaran.

"Ne... kamu nggak tahu betapa sedihnya aku saat kamu mengacuhkanku seperti ini...."tandas Ega lirih beberapa waktu kemudian. "Aku takut kamu membenciku karena aku bukan kakak kandungmu."

Anne terdiam. Ega masih mencemaskan hal itu dan mengabaikan perasaannya. Ia juga masih menganggapnya sebagai adik.....

"Aku sayang kamu, Ne.... Apa kamu nggak mengerti perasaanku juga?" tanya Ega lagi. Masih mendominasi percakapan.

Anne tahu. Kalau Ega menyayangi dirinya. Tapi bukankah ada perbedaan antara kata sayang dan cinta? Rasa sayang Ega padanya hanya sebatas antara hubungan adik kakak belaka , bukan yang lain.

"Kamu masih ingat percakapan kita malam itu?"tanya Ega. Dan Anne mengernyitkan keningnya sembari mengingat sesuatu. "Aku bilang dari dulu aku menyukai seseorang. Kamu ingin tahu siapa dia kan?" Ega menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengungkap rahasianya. "Dia punya wajah yang manis, tapi dia bandel dan manja. Setiap hari aku selalu menghabiskan waktu bersamanya. Bahkan saat malam haripun dia selalu mendatangi kamarku dan mengeluh nggak bisa tidur. Lalu aku akan meminjamkan bantalku padanya. Barulah dia bisa tidur. Dialah satu-satunya gadis yang membuatku jatuh cinta. Dialah cinta pertamaku...." tutur Ega panjang.

Anne terperangah tak percaya. Aku? batin gadis itu tak percaya. Jadi selama ini..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar