Kamis, 22 Desember 2016

Pernikahan Tanpa Cinta


"Jadi kamu menikahi Oliver tanpa cinta?!"Lizzy melotot kearah Bella."Pria mapan,tampan,populer dan punya banyak fans.Kurang sempurna apa lagi dia hah?Kamu udah gila ya Be?"
Kali ini Lizzy menjitak kepala Bella sampai gadis itu meringis kesakitan.

"Kamu apa-apaan sih,"gerutu Bella sambil mengusap kepalanya yang baru saja dijitak sahabatnya.

"Kamu itu yang apa-apaan,"cetus Lizzy.Dia benar-benar kesal dengan kelakuan sahabatnya.

Bella menyesap "dark chocolate with extra sugar" miliknya.Tak begitu mempedulikan ucapan sahabatnya.

"Bisa-bisanya kamu menipu Oliver seperti ini,"gumam Lizzy kemudian.Ia membiarkan cammomile tea miliknya mendingin.

"Hei,aku nggak menipu Oliver,"celutuk Bella membela diri."Aku menikahinya, dan aku melakukan tugasku sebagai istri dengan baik.Aku nggak pernah mengkhianatinya,"tandas Bella kemudian.

Lizzy tersenyum kecut.
"Kamu sadar nggak,kalau kamu itu cuma memanfaatkannya?"tegur Lizzy kemudian.

Bella menghela nafas.Menikmati aroma kopi yang bertebaran disetiap sudut cafe.

"Aku nggak punya pilihan Liz,"gumam Bella akhirnya.Ia beralih menatap lantai kayu dibawah kakinya.

"Jangan bilang kamu nggak punya pilihan Be,"sela Lizzy cepat."Belajarlah untuk mencintainya."

Bella menatap wajah Lizzy lekat-lekat.
"Sudah ratusan kali aku mencobanya Liz,bahkan sebelum kami menikah.Tapi aku nggak bisa."

Lizzy mendesah pelan.
"Kamu memang keras kepala Be,"olok Lizzy geram."Apa kamu akan hidup seperti ini selamanya?Hidup dengan orang yang nggak kamu cintai."

Bella enggan menjawab.Jawaban apa yang mesti ia katakan.Ia belum menjalani seluruh hidupnya dengan Oliver.
"Kamu tahu kan kenapa aku menikah dengan Oliver,"ucap Bella kemudian."Karena aku miskin Liz.Dan aku selalu dikecewakan oleh pria-pria yang kucintai.Aku hanya ingin merubah takdir."

Lizzy mengangguk.Ia menyesap cammomile tea miliknya dengan santai.Lantas mencomot jamur crispy yang sudah benar-benar dingin.Dan Bella sudah tidak berselera lagi untuk memakannya.
"Bagaimana jika dia tahu kamu nggak pernah mencintainya?"

Bella tertunduk.Pasrah.
"Aku nggak tahu,"gumamnya."Aku memang matrealistis,tapi aku menjalankan semua kewajibanku dan menempatkan Oliver pada prioritas utama hidupku."

"Tapi itu saja nggak cukup."

"Aku bisa berpura-pura mencintainya seumur hidupku."

"Gila kamu Be!"Lizzy setengah berteriak.Setengah dari pengunjung cafe menoleh kearah mereka.
Lizzy menutup mulutnya.Ia benar-benar tidak mengerti cara berpikir Bella.
Sahabatnya itu memang pernah beberapa kali jatuh cinta namun ia dikecewakan.Dan akhirnya ia menyerah dan menerima cinta Oliver.
Bella tak bisa sepenuhnya disalahkan.Ia hanya korban dari permainan takdir.

Bella diam.Tak tertarik untuk melanjutkan perbincangan.Ia menyesap kembali minumnya sampai tak bersisa.

"Belanja lagi yuk,"ajak Bella beberapa menit kemudian.Ia sudah memasang wajah ceria sekarang.Bersemangat untuk melanjutkan perburuan mereka.

"Siap,"sambut Lizzy riang."Ntar bayarin ya..."

"Ok."

Mereka bergegas meninggalkan cafe dan melanjutkan berkeliling mal.Masuk keluar butik mencari pakaian, sepatu, tas atau apapun yang menarik perhatian mereka.

Dua jam kemudian...

"Cari makan yuk Be,aku lapar nih,"ajak Lizzy.Gadis itu tampak lelah dan benar-benar lapar.

"Aku juga lapar,"sahut Bella.

"Tapi aku ke toilet dulu ya,tolong bawain belanjaanku dan ntar bayarin makanannya,"pesan Lizzy sebelum melarikan diri dari hadapan Bella.

Bella tak sempat menjawab karena Lizzy keburu pergi.Gadis itu menyandarkan punggungnya pada tembok tak jauh dari pintu toilet.

"Bella?"

Gadis itu tertegun saat seseorang menyebutkan namanya.Ia menoleh dan segera mendapati seseorang yang sangat dikenalnya.Sosok yang pernah menjadi bagian kecil dari masa lalunya.

"Hai,"sapa Bella kemudian.Seraya menyunggingkan senyum termanisnya.

"Apa kabar?"tanya laki-laki itu.Gio.

"Seperti yang kamu lihat,"sahut Bella cepat."Aku sangat baik.Kamu sendiri?"

"Baik,"balas Gio.

Bella memang terlihat sehat dan sedikit gemuk dibanding dua tahun lalu.Ia tampak berbeda.Bella yang sekarang bukanlah Bella yang ia kenal dulu.Bella kini bukanlah Bella si gadis biasa.Ia terlihat cantik dan berkelas.Wajah yang terawat sempurna, pakaian, sepatu dan aksesoris yang melekat ditubuhnya bukan barang murahan.Gadis itu benar-benar telah menaikkan status sosialnya.Dan Gio sempat takjub sesaat tadi.

"Kamu sudah berubah banyak Be,"ucap Gio setelah puas memperhatikan penampilan Bella.

Bella tersenyum.Sedikit bangga dengan dirinya.
"Bukankah setiap orang harus berubah Gi,"tandas Bella.

"Hidupmu pasti sangat menyenangkan,"ujar Gio.Entah memuji atau menyindir.

Bella terkekeh.
"Tentu saja,"sahut Bella senang."Aku sudah menemukan orang yang benar-benar mencintaiku apa adanya.Dan dia tahu cara memperlakukan wanita dengan baik.Mungkin aku harus berterima kasih karena kamu telah mencampakkanku dulu."

Gio tersenyum pahit.Ucapan pedas Bella benar-benar mengena dihatinya.
"Kamu dendam padaku?"tanya Gio kemudian.

"Dendam?"Bella tersenyum pahit."Untuk apa menyimpan dendam?Toh,semua perbuatan pasti ada balasannya bukan?"

Seorang gadis tampak mendekat kearah Gio.Mungkin istri atau kekasih Gio.Tapi yang jelas gadis itu tampak biasa-biasa saja.Tak lebih cantik dari Bella.Pakaiannya pun biasa.

"Selamat ya,kamu sudah menemukan penggantiku,"bisik Bella cepat.Sebelum gadis itu benar-benar mendekat kearah Gio."Semoga kamu nggak menyakitinya seperti yang kamu lakukan padaku.Karena patah hati itu sangat menyakitkan,Gio."

Bella beranjak dari tempatnya berdiri manakala ucapannya selesai.Meninggalkan Gio yang masih tertegun kaku ditempatnya.Karena Lizzy sudah tampak keluar dari toilet.

"Kamu bicara dengan siapa Be?"tegur Lizzy.Keduanya beriringan berjalan ke arah lift.

"Gio."

"Gio?!"pekik Lizzy kaget."Kok bisa ketemu dia sih?"

"Takdir Liz,"sahut Bella tenang.

"Kamu masih sakit hati sama dia?"tanya Lizzy penuh selidik.

Bella tertawa.
"Hidupku sangat sempurna Liz.Nggak ada gunanya menyimpan sakit hati meskipun itu pernah membuatku ingin mati,"tandas Bella.

"Itu bagus Be,"sahut Lizzy.

Keduanya masuk kedalam lift dan meluncur ke lantai food court.

#

"Be..."

Oliver menyeruak masuk kedalam kamar dan mendapati kantung-kantung belanjaan milik Bella masih tercecer diatas lantai.Sedang sipemiliknya tampak berbaring diatas tempat tidur.

"Kamu tidur sayang?"sapa Oliver setelah mendekat dan mengusap kepala Bella.Ia mengecup kening Bella dengan lembut.

"Oh...kamu sudah pulang?"Bella terbangun dan berusaha duduk."Kepalaku pusing sepulang dari mal tadi.Tapi aku sudah memasak untukmu.Sup jagung dan udang goreng tepung.Tapi aku nggak bikin sambal, kamu tahu kan sambal nggak baik buat lambung kamu,"jelasku.

"Iya sayang,"sahut Oliver."Kalau kamu sakit mestinya kamu nggak usah repot-repot memasak untukku.Aku kan bisa membeli makanan sepulang dari kantor."

Bella tersenyum.
"Aku nggak suka kamu beli makanan diluar.Makanan diluar kan nggak higinis sayang,"ucap Bella.

"Iya aku tahu,"sahut Oliver sembari tersenyum.Ia menyentuh pipi Bella dengan lembut."Kamu sudah makan dan minum obat?"

Bella menggeleng.
"Aku cuma butuh tidur aja,"tandas Bella."Ntar bangun tidur,sakitnya hilang sendiri kok."

"Kalau begitu kamu tidur aja,aku mau mandi dan ganti baju,"ucap Oliver kemudian.

"Iya."

Bella merebahkan kembali tubuhnya sementara Oliver bergegas masuk kamar mandi.

Seperti itulah Oliver.Baik dan perhatian.Bahkan Bella pun tak sanggup menyakiti laki-laki yang telah memperlakukan dirinya dengan begitu istimewa.Bahkan jika dia harus berpura-pura untuk mencintainya,seumur hidup pun Bella akan melakukannya.

#

Tangan Bella gemetaran.Sampai-sampai ponsel ditangannya nyaris jatuh jika saja ia tak bisa menguasai dirinya.
Seseorang telah dengan sengaja mengirimkan artikel ke media sosialnya.Berita tentang kedekatan Oliver dengan seorang wanita.Bagaimana bisa ini terjadi padanya?

"Kamu kenapa sayang?"
Oliver mendekat.Ia hendak berangkat kekantor pagi ini.Namun ia mendapati Bella tertegun dimeja makan.Tak seperti biasanya.

Bella menyodorkan ponselnya kepada Oliver.

"Apa berita itu benar?"tanya Bella beberapa detik kemudian.

Oliver menggeleng pelan.
"Nggak,itu nggak benar Be,"sangkal Oliver."Kamu tahu bagaimana aku bukan?Aku nggak mungkin berkhianat dari kamu.Aku nggak mungkin menyukai wanita lain selain kamu Bella,"tandas Oliver berusaha meyakinkan istrinya.

Bella terdiam.Merenung.

"Be..."

"Aku ingin istirahat,"ucap Bella.Ia bangkit dari kursinya."Kepalaku pusing,"gumam Bella.Ia melangkah masuk kedalam kamar lantas menutup pintunya.

"Bella..."
Oliver mencoba mengetuk pintu kamar Bella perlahan.

"Aku ingin istirahat Oliver..."

"Tapi kamu harus percaya padaku Bella.Aku nggak seperti dalam berita itu.Aku mencintaimu Be,percayalah..."

Bella tak menyahut.Ia terdiam diliputi pemikiran-pemikirannya sendiri.

"Baiklah,aku akan berangkat kekantor,"ucap Oliver kemudian.Pasrah.Bella pasti sangat sakit hati dengan pemberitaan itu.Kasihan dia.

"Hati-hati..."

Oliver menoleh.Bella telah berada diambang pintu kamarnya.

Oliver tercekat.Ia menyunggingkan senyum kemudian.
"Kamu mempercayaiku kan?"

Bella tersenyum.
"Aku selalu mempercayaimu."tandas Bella."Bahkan jika kamu mengkhianatiku sekalipun, aku tetap mempercayaimu.Aku akan selalu memaafkanmu."

"Nggak Be,"Oliver menghampiri Bella lantas memeluk tubuhnya erat-erat."Aku nggak akan pernah mengkhianatimu.Aku janji..."

Bella tak menyahut.Hanya membalas pelukan Oliver dan menyimpan janjinya didalam hati.

#

"Kamu mempercayai Oliver?"tanya Lizzy diseberang telepon.Rupanya Lizzy sudah membaca artikel itu.

"Tentu saja,"sahut Bella yakin."Aku sangat mempercayainya."

"Oh...syukurlah kalau kalian baik-baik saja.Aku sempat khawatir loh..."

Bella tergelak.
"Kami sudah melewati banyak hal,kamu tahu itu."

"Hmmm...iya aku tahu,"sahut Lizzy."Oh iya,aku punya kabar bagus nih,"ucap Lizzy membuat Bella penasaran.

"Kabar apaan?"tanya Bella antusias.

"Akan segera menikah Be!"

"Wow..benarkah?"sambut Bella girang."Selamat Lizzy!Aku senang mendengarnya.Sepertinya kita harus merayakan ini,"ucap Bella penuh semangat.

"Tentu saja,"sahut Lizzy tak kalah semangat.

"Oh iya,"Bella menyela."Sepertinya aku sudah menemukan sesuatu yang membuat hidupku lebih menarik."

"Apa?"

"Sebenarnya aku belum yakin,tapi aku berharap firasatku benar,"ucap Bella terdengar ragu-ragu.

"Iya tapi apa?Jangan bikin penasaran dong..."

"Sepertinya aku hamil..."

"Benarkah?Kamu sudah bilang Oliver?"

"Belum.Karena aku belum yakin,"ucap Bella pelan.

"Kalau begitu kita pastikan saja,terus kita pergi makan untuk merayakannya,"usul Lizzy lansung mendapat sambutan dari Bella.

"Ok.Satu jam lagi aku jemput kamu..."

"Siap!"




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar