Jumat, 09 Desember 2016

FRESH BAKERY STORY part 1


Desember dan hujan...
Mereka datang bersamaan.

#
Titik-titik air mulai berjatuhan dan kian menderas.Bahkan hingga selarut ini ia tetap tercurah.Seolah masih banyak lagi yang ingin ia tumpahkan dari langit.
Dingin,sepi dan membuatku sedikit khawatir.Keysha belum pulang dari tempat kerjanya.Mungkin terjebak hujan atau yang lebih parah lagi terjebak banjir.
Aku memeluk lutut tanpa berselimut.Memohon agar hujan segera mereda beberapa menit lagi.Asal jangan lebih lama.
Duaarrr...!
Suara petir menyambar dengan keras seiring padamnya lampu didalam kamarku.
Aku terloncat.Terguncang kaget.
Kenapa mesti terjadi saat Keysha tak ada?batinku meratap.
Tuhan,jangan sampai aku mengalami sesuatu yang buruk...


Ibu,jangan lakukan ini padaku...
Aku benci ruang gelap.Aku sungguh takut...
Karena kegelapan pasti akan mencekikku.Membuat dadaku sakit dan tak bisa bernafas...
Tak bisa bernafas...


#
"Luna!Luna!"
Tubuhku terguncang dengan keras.Teriakan Keysha begitu keras sampai kealam bawah sadarku.Menghentikan rohku yang hendak melesat pergi kelubang hitam.
Aku membuka mata dan mendapati sahabatku itu tampak pucat.Matanya sedikit basah.Ia memelukku kemudian.
"Syukurlah kamu selamat Lun,"ucapnya seraya melepaskan tubuhku."Maaf tadi aku terjebak hujan jadi nggak bisa langsung pulang."
Aku mengatur nafas baik-baik.
"Aku nggak menyangka akan mengalami hal itu lagi,"gumamku.
Listrik sudah menyala saat itu.Entah berapa lama padam.Dan entah berapa lama aku pingsan tadi.
"Kita harus ke dokter Lun,"saran Keysha kemudian.
Aku menggeleng seketika.Aku tidak mau.
Aku dan Keysha sama-sama berasal dari panti asuhan.Sama-sama berpenghasilan pas-pasan.Satu kamar kos.Senasib seperjuangan.Mana ada uang lebih untuk membayar dokter.
"Aku baik-baik aja Key,"tandasku."Selama kita sama-sama aku akan baik-baik saja."
Keysha mendengus.
"Kita nggak separah itu Lun,"ucapnya."Sekali waktu kamu harus ke dokter.Aku masih punya sedikit tabungan kok,"tawarnya.
Untuk memeriksakan kondisi kejiwaanku?batinku pahit.Aku sudah lebih baik ketimbang beberapa tahun yang lalu.Lagipula kejadian seperti tadi tidak terjadi setiap hari.Aku masih bisa mengatasinya.
"Dasar keras kepala!"
Keysha menggerutu sendirian.Ia melepaskan jaket yang masih membungkus tubuhnya.Sementara hujan sudah benar-benar berhenti.Entah sejak kapan.



#
Aroma kue langsung menyentuh syaraf penciumanku.Harum dan benar-benar menggiurkan.Apalagi kue-kue itu masih hangat.Ditambah secangkir kopi panas,lengkap sudah sarapan impianku.Ditambah gerimis ringan dan seorang pangeran tampan.
Aku memang hebat jika disuruh mengkhayal...
"Hey,ngelamun apa Non?Kok senyum-senyum sendiri?"tegur Lian,rekan kerja sekaligus sepupu si empunya toko roti tempatku bekerja.Berdarah Tionghoa,tinggi,putih dan sipit.Tapi baik dan ramah.
Sedang pamannya juga bekerja di toko roti ini.Kami biasa memanggilnya Uncle Tan.Beliau yang biasa memanggang kue dan seorang chef turut membantunya.
Jadi,ditoko roti ini ada empat orang pekerja.Hanya aku yang berdarah pribumi.Tapi mereka tak pernah mempermasalahkan hal itu.Dan aku senang bisa menjadi bagian dari toko ini.
Sedang si empunya toko ini konon sedang berada di Taiwan.Mengurusi bisnis keluarga dan jarang pulang ke Indo.Jadi semua urusan toko diserahkan ke tangan Uncle Tan.
"Apa sih Lian?"sungutku.Aku kembali menata kue-kue hangat itu keatas rak kaca tanpa menghiraukan Lian.
"Luna!Lian!"teriakan Uncle Tan terdengar dari arah dapur."Sarapan dulu!"
"Yes!"sahut Lian senang.
Dasar,batinku.Tiap hari sarapan roti yang tak layak jual saja begitu gembira.Seperti tak pernah makan roti saja.
"Ayo Luna sarapan dulu,"tegur Uncle Tan yang telah berdiri dibelakangku.
"Iya Uncle..."sahutku segera menyusul langkah riang Lian.
"Kamu harus makan roti yang banyak Lun,"seru Lian yang sudah sibuk dengan sebuah roti ditangannya."Kamu itu terlalu kurus tahu nggak,"ceplosnya.
Aku mendesah.
"Sini biar aku makan bagianmu sekalian kalau begitu,"aku berusaha merebut roti ditangan Lian.Tapi sia-sia.Lian lebih lihai melindungi roti didalam genggamannya.
Dan ia terkekeh melihat aku kalah.



#
"Fresh Bakery...selamat datang!"
Aku meluncurkan kalimat sakti itu ketika pintu toko terbuka dan muncullah seorang pengunjung.
Seorang cowok berpostur tinggi,atletis dan berkacamata hitam.Memakai tshirt polo putih dan bercelana jeans hitam.Semuanya branded.Kesimpulannya adalah dia orang kaya.Perpaduan sempurna.Tampan dan kaya.
"Silakan..."ucapku saat dia mendekat dan mulai mengamati cake,muffin dan puding yang tertata rapi didalam etalase kaca nan bening.
Setelah itu dia beralih mengamatiku.Menatapku dengan pandangan aneh.
"Kamu karyawan disini?"tanyanya.
Tentu saja.Aku memakai celemek dan berada dibelakang etalase.Yang benar saja.
"Iya,"jawabku dengan sopan.Meski amarahku sedikit meluap.
Lian muncul.Memperhatikan pengunjung itu beberapa detik.Lantas...
"Koko Nathan!"pekik Lian keras.Ia berlari dan menubruk sang pengunjung misterius yang ia panggil siapa tadi?
Lian memeluk cowok itu dengan gembira.Sementara aku hanya bengong ditempat melihat kejadian itu.
Muncullah Uncle Tan.Dan adegan berpelukan seperti dalam film kartun Teletubbies terjadi sudah.
Beberapa menit kemudian ketiganya berkumpul disebuah meja.Bercanda begitu akrab.Sepertinya mereka lama tak bertemu.Sebenarnya siapa dia?
"Luna!Ambilkan kue dan minum dong buat boss kita!"teriak Uncle Tan membuyarkan lamunanku.
Boss?cekatku.Dia boss kami?Apa dia yang konon berada di Taiwan itu?Dan sekarang dia kembali?Bla bla...
Aku menyuguhkan kue dan minuman sesuai perintah Uncle Tan.
"Dia Luna,pegawai disini juga.Baru dua bulan bekerja tapi dia rajin,"jelas Uncle Tan memperkenalkan diriku dan sedikit menyanjung.
Si boss sedikit mengerutkan keningnya.Lantas berbicara dalam bahasa Mandarin kepada Uncle Tan.Sedikit berdebat tampaknya.
Meski aku buta bahasa Mandarin aku bisa menyimpulkan kalau si boss angkuh itu tidak menyukaiku.Apa karena aku seorang pribumi?
Huhhh....



#
"Benarkah dia boss kita?"bisikku pada Lian.Sedang Uncle Tan sedang berbincang dengan boss angkuh itu dimeja yang tadi.
"Dia itu sepupuku,"jelas Lian."Dia balik ke Indo atas permintaan mamanya.Karena dia anak satu-satunya dan mamanya takut papanya menahan Nathan disana lebih lama lagi,"jelas Lian sambil berbisik pula.
"Kenapa?"tanyaku antusias.
"Karena mereka sudah bercerai,"ungkap Lian dengan suara rendah nyaris tak terdengar."Mamanya takut Nathan memilih tinggal bersama papanya."
Aku mengangguk.Paham.Orang kaya selalu punya sisi kelam dalam hidupnya.
"Apa yang mereka bicarakan tadi?"tanyaku kemudian."Apa benar dia nggak menyukaiku?"
Lian terkekeh.Ia menjitak kepalaku.
"Ngomong apa sih kamu,"cetus Lian."Sudah kerja sana,ntar boss marah kalau kita bergosip."
Dasar Lian bodoh!gerutuku kesal.
"Apa?"Lian melotot."Kamu ngomong apa tadi?"
Busyet nih anak,apa dia bisa membaca pikiran orang.
"Siapa juga yang ngomong,aku nggak ngomong kok,"sungutku kesal.



#
Hujan gerimis turun tepat saat aku menutup pintu kamar kos kami.
Selamat,batinku bersyukur.
Keysha sudah terlebih dulu datang.Beberapa batang lilin tergeletak diatas meja kecil bersebelahan dengan sebuah korek.
Persiapan sempurna.Keysha benar-benar sahabat sejatiku.
"Kamu sudah makan?"tegur Keysha begitu melihatku datang.Ia selalu baik dan perhatian.Selalu.
"Iya makan roti tadi,"sahutku sembari merebahkan tubuh disebelahnya.Usai mengganti pakaian tentunya.
"Makan roti mana kenyang,"celutuknya."Aku beli nasi goreng tadi.Tuh diatas rak,"tunjuknya.
"Iya ntar.Aku masih kenyang,"sahutku sambil beringsut membelakanginya.Punggungku sedikit penat tadi.
"Apa ini masih sakit Lun?"
Aku mendehem.
"Apa?"sahutku pelan.Mataku terpejam.
"Luka-luka ini,"sahut Keysha.Tangannya sedikit menelusuri bekas-bekas luka dipunggungku.
Aku menghela nafas.
"Itu kan hanya bekas Key,"jawabku pelan."Terkadang masih ngilu saat aku kedinginan.Tapi aku baik-baik aja kok,"ungkapku.
"Maaf,"ucap Keysha berikutnya.
Pasti ia sedikit merasa bersalah karena bertanya tentang bekas luka dipunggungku.Bekas luka yang dilakukan ibuku beberapa tahun lalu.Penyiksaan-penyiksaan yang kualami bertahun-tahun.Juga trauma itu,ibukulah penyebabnya...
"Aku lapar,"aku bangkit dan bergegas menyantap nasi goreng yang dibeli Keysha.Dan melupakan bekas luka dipunggungku.
Lain kali aku tak boleh memakai tank top atau semacamnya agar orang lain tak melihat bekas luka ini...


#
Aku melihat sosok si boss dari balik kaca.Pantas saja perasaanku tidak enak tadi.
"Aku belum terlambat kan?"aku menutup pintu toko perlahan.
Si boss menoleh.Kali ini ia memakai kemeja putih bersih nan licin.Dipadu dengan celana hitam berbahan katun.Tampak mahal pastinya.
Aku menyimpulkan kalau dia penyuka warna putih dan pribadi yang rapi.Elegan.
Ia menatap jam ditangannya lantas menatapku sekilas.
"Memang belum.Tapi kalau kamu tetap berdiri disana lima menit lagi,kamu terlambat,"tandasnya tegas.
"Iiya boss,"aku bergegas masuk dan menaruh tasku diloker.Memasang celemek dan melakukan tugasku seperti biasa.
Aku masih sempat mendengar Uncle Tan menegurnya.Dan mereka berbincang dalam bahasa Mandarin seperti dalam drama televisi.Pasti mereka sedang membicarakanku.
Si boss itu benar-benar membenciku.Maksudku kaum pribumi sepertiku.Apa dia pikir derajatnya lebih tinggi daripada kami bangsa prubumi.Dasar sombong!
"Pelan-pelan kalau ngelap kaca sayang,"tegur Lian setengah geram.Dia mengedikkan bahu kanannya kearah boss angkuh itu.Ada boss,maksud kodenya.
Aku mengerti.
Tapi Lian dan Uncle Tan sangat baik padaku.Dan itulah perbedaan mereka.



#
"Apa boss nggak menyukai pribumi seperti aku?"tanyaku seraya menyesap teh hangat dari cangkir kaca.Aku dan Lian sedang beristirahat saat itu.
Sedang hujan dan toko sepi.Tak ada pengunjung.Dan boss angkuh itu sedang pergi.Mungkin tak akan kembali karena cuaca manis ini.
Tentu saja pembicaraan kami sepelan mungkin supaya Uncle Tan tidak mendengar percakapan kami.
"Siapa bilang?"tanya Lian bermaksud menyangkal."Memang kamu tahu darimana?"
"Nggak usah bilangpun aku sudah tahu,matanya yang bilang begitu kok,"ucapku sewot.
Lian terbahak.Ia mengacak rambutku seolah aku adiknya sendiri.
"Sok tahu!"oloknya membuatku kesal.Aku serius tapi ditanggapi becanda olehnya.
Huh,aku mendengus geram.Ingin rasanya menjitak kepala Lian dan menjambak rambutnya yang mulai tumbuh gondrong itu.
"Kamu nggak bermaksud ngapa-ngapain rambutku kan?"celutuk Lian seraya mengusap kepalanya.Sepasang matanya menatapku penuh kecurigaan.
Duh...anak ini,batinku bertambah kesal.Jangan bilang kalau Lian punya indera keenam.
"Kalau iya memang kenapa?"sahutku sewot.
"Awas kalau berani...."
Ucapan Lian terhenti seketika saat pintu Fresh Bakery terkuak.
Seorang gadis cantik bak bidadari tanpa sayap muncul.Berpostur ideal,putih dan berpakaian minim mendadak menyita seluruh perhatian Lian.Cantik dan anggun.
"Hai Lian..."sapanya dengan senyum terselip diujung bibirnya
Aku hanya melongo.Gadis itu mengenal Lian?Siapa dia?
Mereka saling sapa dengan akrab.Seperti teman lama...
"Apa Nathan ada?"tanya gadis itu seraya menyusuri seluruh toko dengan sepasang matanya yang indah itu.
"Nggak,dia lagi keluar tadi.Mungkin nggak balik kesini.Sebaiknya kamu hubungi dia,"saran Lian.
Oh,aku manyun sendiri dan mengarang khayalanku.Gadis cantik itu pasti kekasih boss angkuh itu.Pasangan yang sempurna bukan?
"Oke,"gadis itu menggigit bibirnya yang berwarna merah muda."Aku balik dulu deh,"pamitnya kecewa.
"Nggak mampir bentar dulu?"Lian berusaha menahan gadis itu."Mencicipi roti dulu mungkin..."
Gadis itu menggeleng.
"No,"sahutnya tegas."Aku harus ke kantor papi sore ini."
"Baiklah..."Lian pasrah.
Dan beberapa detik kemudian aku dan Lian hanya bisa memandangi tubuh gadis itu dari balik kaca toko.Ia berlari kecil kearah mobilnya sembari menutupi kepalanya menggunakan tas ditangannya.
"Siapa dia?Kekasih boss?"gumamku setelah mobil gadis itu melesat pergi.
Lian tak menyahut.Ia masih bengong padahal gadis itu sudah tidak tampak lagi dalam pandangannya.
"Lian!"kali ini aku benar-benar menjitak kepalanya.Karena geram pastinya.
Awww...Lian meringis kesakitan.Ia beralih melotot padaku.
"Apa-apaan sih Lun,cewek kok galak banget,"gerutunya.
Aku cekikikan melihat reaksinya.Akhirnya pembalasan dendamku berhasil juga.
Lian kembali duduk ditempatnya.Lantas meneguk habis isi cangkirnya.
"Ceritain gih,siapa cewek itu,"suruhku penasaran."Kayaknya ada sesuatu deh,"tebakku sambil berpikir.
"Sesuatu apa?"seloroh Lian."Dia itu Felicia.Aku nggak tahu mereka sudah jadian atau belum.Tapi setahuku mereka dekat.Keluarga mereka juga dekat,"tutur Lian langsung membuatku paham.
"Owh...begitu,"sahutku."Tapi sepertinya kamu menyukai gadis itu.Bener nggak?"
Awww..kini giliranku yang meringis kesakitan.Lian balik menjitak kepalaku saat aku lengah.
"Ngawur kamu,"bentak Lian.
"Ngaku aja deh,aku tahu dari cara kamu memandang dia, kamu mencintainya kan?"tebakku lagi.
Lian tak menggubrisku.Dia bangkit saat pintu toko terbuka.Dan seorang pengunjung masuk...
"Fresh Bakery...selamat datang!"



#
Aku berhenti didepan pintu Fresh Bakery.
Closed.
Toko tutup?batinku bingung.
"Luna!"
Lian muncul mendadak dan meneriakkan namaku dengan volume tinggi.
"Hari ini kita libur!"pekiknya kemudian seraya mengguncang bahuku dengan keras saking senangnya.
Aku masih bengong ditempat namun begitu mendengar kata-kata libur,aku langsung tersadar.
"Yang bener?!"tanyaku ingin memastikan.
"Iya,"sahut Lian bersemangat.
"Tapi kenapa?Seingatku hari ini bukan tanggal 15..."
Setiap tanggal 15 Fresh Bakery tutup karena setiap tanggal itu toko dibersihkan.
"Dasar bodoh,"maki Lian kesal."Boss lagi ultah hari ini dan kita diliburkan.Dan kita bisa bersenang-senang hari ini,"ucap Lian antusias.Cowok itu melambaikan beberapa lembar tiket bioskop ditangannya.
Bioskop?batinku.
"Kita akan nonton hari ini,"tandas Lian."Setelah itu Boss akan mentraktir kita.Koko Nathan memang baik..."
Owh...
"Kalian udah siap?"
Nathan tiba-tiba muncul membuyarkan kegembiraan Lian.
"Siap Ko!"teriak Lian penuh semangat."Loh,mana Uncle Tan dan chef?"
"Mereka nggak mau ikut,"tandas Nathan datar."Dipaksapun mereka nggak bakalan mau.Kita berangkat bertiga aja."
"Selalu deh..."gerutu Lian kesal."Mereka pasti nggak mau ikut kalau diajak bersenang-senang.Yuk Lun,kita berangkat,"ajak Kian sembari merangkul bahuku mengikuti langkah Nathan menuju mobilnya.
Akhirnya kami hanya bertiga yang pergi...


#
Bioskop???
Terus terang aku belum pernah pergi ke tempat itu.Karena disana sedikit gelap.Dan aku sedikit takut...

Bersambung












Tidak ada komentar:

Posting Komentar