Senin, 12 Desember 2016

FRESH BAKERY STORY part 3


Jangan mengasihaniku karena masa laluku yang kelam.
Sungguh aku tidak suka.
Dan aku baik-baik saja.


#
"Kenapa menatapku seperti itu?"tanyaku pada Nathan yang belum juga menyalakan mesin mobilnya.
"Kamu baik-baik aja?"
Pertanyaan aneh.
"Tentu,"sahutku cepat.Dan aku jadi teringat dengan mama Nathan yang berkunjung ke toko siang tadi.
Apa mama Nathan sudah menceritakan kisahku padanya?
"Aku nggak suka dikasihani,"tandasku kemudian.
Nathan tersenyum sedikit sinis.
"Begitukah?"sahutnya cepat."Ternyata kamu memang egois ya,"sambungnya sembari menyalakan mesin mobil.
Aku tak menyahut.Aku sedang tak ingin berdebat sekarang.
Aku memilih tutup mulut sepanjang perjalanan.Pemandangan diluar jendela lebih menarik ketimbang berbincang dengan Nathan.
"Tampaknya mamaku sangat menyukaimu,"ucap Nathan menyambung pembicaraan yang sempat terputus tadi.
Aku tersenyum pahit.
"Kamu beruntung punya mama seperti dia,"sahutku.
Nathan tersenyum.
"Apa kamu menyukai mamaku?"tanyanya.
"Terus terang aku menyukainya,"tandasku jujur.
Nathan tergelak.
"Kalian cocok kalau begitu,"ucapnya.
"Apaan sih..."


#
"Rotinya enak Lun?"tegur Lian sembari mengusap kepalaku berulang kali.
Aku merengut.
"Aku bukan kucing Lian,"sungutku kesal.
Lian tergelak keras.
"Aku malah berharap kamu adalah kucing meong meong..."Lian tergelak kembali dan bergaya menirukan tingkah kucing.
"Lian!"kali ini aku benar-benar menjitak kepalanya dengan bersemangat.
Awww...jerit Lian kesakitan.
Giliran aku yang terbahak penuh kemenangan.
"Luna!"
Aku dan Lian kaget dan menoleh kearah Nathan yang telah berdiri didepan pintu Fresh Bakery.
"Apa-apaan kalian ini!"bentak Nathan marah.Wajahnya sampai berwarna merah padam.
Entah kenapa aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Nathan menyeret tanganku dengan paksa menuju ke ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan kue.
Ia menatapku dengan tajam dan penuh dengan amarah.
"Bukankah aku sudah pernah bilang kalau aku nggak suka kamu sedekat itu dengan Lian?Karena kamu itu pacarku.Apa kata-kataku masih kurang jelas?"cetusnya geram.
"Tapi aku cuma pacar bohongan..."
"Bohongan atau nggak yang jelas aku nggak suka,"tandasnya."Kamu tahu,saat melihatmu bersama Lian,aku merasa dadaku sakit.Aku cemburu."
Hah?aku tercekat.
"Kenapa mesti cemburu?"tanyaku seraya tersenyum kecut.
"Tanyakan pada hatimu."
Aneh.Kenapa mesti tanya pada hatiku sendiri.
Setelahnya Nathan memberiku tugas membersihkan kamar mandi.Ada saja yang ia suruh untuk aku kerjakan.Padahal itu hal yang sama sekali tidak penting.
Tampaknya ia sengaja ingin menyiksaku.Mungkin ia ingin membalas dendam padaku atas kejadian tadi.


#
Huh,aku capek...
"Naiklah,"suruh Nathan yang sedang berdiri bersandar pada pintu mobilnya.
"Aku mau pulang sendiri,"sahutku sewot.
"Kamu marah padaku?"
Aku tersenyum pahit.Tentu saja,batinku.Setelah apa yang ia lakukan padaku hari ini.
Nathan mendekat.
"Maaf..."
Aku menatapnya.Apa ia baru saja meminta maaf?
"Kumohon akhiri sandiwara ini sampai disini,"ucapku.
Nathan menggeleng.
"Kenapa?"tanyaku cepat.
"Karena aku nggak ingin mengakhirinya,"tandas Nathan datar.
"Lalu sampai kapan kamu akan memainkan sandiwara ini?"desakku.
"Entahlah..."
Oh...aku hanya menyunggingkan senyum pahit.
"Kamu bertindak sesuka hatimu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain,"tandasku ketus.
"Kita menikah saja."
Hah?batinku tercekat.
"Apa kamu sudah gila?!"teriakku.
"Kamu yang sudah membuatku gila hari ini.Kamu dan Lian."
"Kok bisa?"gumamku bingung.
"Entahlah,"sahutnya.
"Nggak,"sahutku tegas."Aku nggak mau."
"Kenapa?"
"Karena aku membencimu."
Nathan terhenyak.
"Bisakah kamu memberiku kesempatan?"
Aku terdiam sesaat.
"Untuk apa?"
"Untuk meyakinkan hatimu."
"Nggak.Feli lebih baik ketimbang aku."
"Baiklah,jika itu maumu.Aku akan menikah dengan Feli.Agar kamu bisa melihatku menderita."ucapnya kemudian.Membuat dadaku mendadak berdebar.
Kulihat Nathan masuk kedalam mobilnya tanpa berpamitan.Ia melajukan mobilnya begitu saja tanpa membawaku ikut serta bersamanya.
Begitu marahkah ia karena ucapanku?
Aku hanya bisa terlolong ditempatku berdiri.


#
Semuanya berubah sejak malam itu...
Nathan jarang sekali berkunjung ke Fresh Bakery.Jikalaupun berkunjung itupun tak lama.Hanya sekedar memeriksa hasil penjualan,berbincang sedikit dengan Uncle Tan lantas pergi tanpa menyapaku.
Toko menjadi terasa mencekam ketika ia datang.Raut wajahnya yang berkabut membuat suasana tak nyaman.
Semua karena ucapanku saat itu...
"Tampaknya dia serius menyukaimu,"ucap Lian setengah berbisik.Nathan baru pergi beberapa detik yang lalu.Dan kejadian malam itu sudah kuceritakan semuanya pada Lian.
"Aku nggak yakin,"gumamku.
"Dia kecewa Lun,"sahut Lian."Aku nggak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Apa kamu menyesal telah membuatnya seperti itu?"desak Lian.
Aku mengangguk pelan.
"Sedikit,"jawabku."Aku hanya merasa canggung saat dia datang dan bersikap acuh seolah aku nggak pernah ada,"paparku.
Lian menghela nafas panjang.
"Bisa dipastikan kamu menyukainya sebanyak 30%,"ucapnya sok serius.
Hah?
Aku mencubit lengan Lian.
"Ngawur kamu,"olokku.
"Aku ngomong yang sebenarnya kok..."


#
"Kamu nggak masuk kerja Lun?"
Suara Keysha mengusik tidurku pagi ini.
"Iya.Tadi aku sudah sms Lian.Lagian weekday seperti ini toko nggak begitu ramai kok,"terangku padanya.
"Owh ya sudah kalau gitu,"sahutnya.Ia tampak sibuk berkemas hendak berangkat kerja.
"Terus kamu bilang apa sama Lian?Bolos kerja gitu?"tanya Keysha.Kupikir ia telah berangkat.
"Aku bilang sakit,"sahutku enteng.
"Emang lagi sakit apa kamu?"desak Keysha seraya merapikan rambutnya didepan cermin.
"Sakit hati."
Keysha terbahak keras.
"Sakit hati sama boss kamu itu?"celutuk Keysha.
"Bisa dibilang begitu,"sungutku sewot.
"Kenapa kamu nggak bilang sama dia,boss maafkan aku.Aku menyukaimu.Bolehkah kita memulainya dari awal lagi.Aku akan melakukan yang terbaik untukmu...hahaha..."
Keysha tergelak setelah mengajariku kata-kata itu.
Aku mendengus kesal.
"Sudah berangkat sana,ntar telat loh,"suruhku seraya melempar sebuah bantal kecil ketubuh Keysha.
"Ok ok aku berangkat.Daa Lun,jaga rumah baik-baik,"pamitnya kemudian.
"Iya iya,"sahutku cepat.


#
Aku terbangun mendengar suara ketukan dipintu kamar kos.Aku bergegas bangun dan membuka pintu.
Paling-paling juga ibu kos yang mau mengingatkan tanggal pembayaran sewa.
"Nathan?!"
Aku terbelalak didepan pintu.Entah bagaimana rupaku sekarang,karena aku tak sempat melihat cermin tadi.
"Kamu sakit?"tegurnya tampak cemas.
Oh,pasti Lian yang sudah memberitahunya.
"Aku sedikit nggak enak badan hari ini,"ucapku berdusta.
"Kamu membuatku khawatir tahu nggak,"ucapnya tampak serius.
Begitukah?
"Aku nggak pa-pa kok,"tandasku.
"Karena kamu aku meninggalkan mama sendirian dirumah sakit."
"Mamamu masuk rumah sakit?"tanyaku kaget.
"Iya.Tadi malam dia kena serangan jantung ringan.Tapi sekarang sudah mendingan,"tuturnya.
"Maafkan aku,"ucapku lirih.Penuh penyesalan.
"Aku juga minta maaf atas sikapku selama ini,"balasnya."Maukah kamu menjenguk mamaku sekarang?"
"Iya."


#
"Maukah kamu menikah dengan Nathan?"
Pertanyaan mama Nathan mengejutkan sekaligus membuatku shock.Aku melirik Nathan yang tersenyum.Pasti ini akal-akalan Nathan.
"Beri aku waktu untuk berpikir Tante,"pintaku.
"Berpikir apa?"desak mama Nathan.
Aku tidak tahu,batinku.Mungkin berpikir tentang banyak hal.
"Aku mau memberi dia waktu kok Ma,"kali ini Nathan yang menyahut."Tapi aku nggak mau menerima jawaban yang mengecewakan."
"Hei,kamu memaksaku?"protesku.
"Sedikit."
"Apa kamu selalu egois seperti itu?"
"Untuk masalah seperti ini iya.Tapi biasanya nggak,"jawabnya enteng.
"Aku nggak suka dipaksa tahu nggak,"cetusku kesal.
"Aku akan menunggu sampai kamu benar-benar siap menerimaku."
"Dengan kecemburuanmu itu?"
"Cemburu membuat dadaku sakit Lun.Mengertilah..."
"Kalian ini berantem terus,"potong mama Nathan.Membuat kami bungkam seketika."Baiklah,kalau begitu mama kasih waktu kalian tiga bulan saja.Setelah itu mama akan mempersiapkan pernikahan kalian.Nggak ada tawar menawar titik."
Nathan bersorak riang dan rasanya aku ingin menjitak kepalanya seperti yang aku lakukan pada Lian...

Tamat



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar