Rabu, 06 November 2013

TWINS


Sebuah bayangan hitam tiba-tiba datang dan menyergap tubuh Isabel. Lantas membungkam mulut dan hidung gadis itu.
Isabel terkejut bukan kepalang dan tidak sempat lagi untuk menghindar dari sergapan bayangan hitam itu.
Isabel tak bisa bernafas. Lehernya seperti tercekik oleh bayangan hitam itu.
Gadis itu mencoba untuk berontak. Ia meronta sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bayangan hitam itu. Namun saat Isabel mencoba untuk menggerakkan tangan dan kakinya, ia sama sekali tak bisa melakukannya. Tangan dan kakinya serasa lumpuh dalam sekejap!
Tidak. Aku tidak mau mati.....
Isabel menjerit kecil dalam tidurnya. Lantas ia terbangun dengan keringat dingin yang telah membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Sementara nafasnya naik turun tak teratur.
Untuk beberapa detik lamanya Isabel hanya bisa tertegun. Lantas menyadari bahwa kejadian yang baru saja ia alami tidaklah nyata.
Mimpi yang sangat mengerikan itu datang lagi untuk kesekian kalinya. Mengusik tidur lelapnya dan menghantui malamnya menjadi malam yang menegangkan.....


"Makan sarapanmu, Isabel,"seru ibu Isabel ketika mendapati putrinya belum menyentuh sarapan paginya. Gadis itu hanya mempermainkan sendok dan garpu ditangannya sembari melamun.
Mendengar seruan ibunya, Isabel seolah tersadar dan langsung menyenduk makanan dari atas piring makannya dengan gerakan pelan. Tanpa suara.
Ibu Isabel mendesah pelan melihat sikap putrinya. Wanita itu telah terbiasa melihat perangai Isabel seperti itu dimeja makan. Gadis itu hanya akan makan jika ibunya yang menyuruhnya.
"Besok adalah peringatan sepuluh tahun kematiann Gaby,"ucap ibu Isabel tiba-tiba. Membuat gadis itu seketika menghentikan kegiatan makannya.
"Kita akan mengunjungi makamnya jam 9 pagi. Ibu harap kamu bisa ikut..."lanjut ibu Isabel seraya sibuk menyiapkan minuman untuk putrinya.
"Aku tidak mau pergi,"sahut Isabel tiba-tiba. Datar. Gadis itu segera bangkit dari kursinya.
"Aku berangkat,"pamit Isabel seraya menyambar tas miliknya dari atas meja makan.
Ibu Isabel tak menyahut. Wanita itu hanya menatap kepergian putrinya dengan tatapan kosong...


Semenjak Gabriella ditemukan tewas mengambang di danau di belakang rumah lama mereka sepuluh tahun lalu, sikap Isabel memang berubah.
Ibunya masih ingat betul, saat hari pemakaman Gabriella Isabel jatuh sakit. Tubuhnya menggigil.Ia terkena demam tinggi sehingga tidak bisa menghadiri pemakaman saudara kembarnya itu.
Dan setelah kejadian itu sikap Isabel jadi berubah total. Gadis itu menjadi pendiam dan tertutup. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya didalam kamar ketimbang bermain diluar bersama teman-temannya.
Tak jarang ibunya mendapati Isabel duduk di pojok kamar dengan pandangan kosong ke dinding.
Sikap gadis itu menjadi lebih pasif dari sebelumnya. Ia juga enggan bicara pada orang lain.
Bahkan setelah mereka pindah rumah sekalipun, tidak mengubah sikap Isabel sama sekali.
Mungkin saja gadis itu masih terguncang dengan kematian tragis Gabriella. Bukankah saudara kembar memiliki ikatan batin yang sangat kuat....


Sleep paralysis....
Benarkah mimpi mengerikan itu adalah gejala sleep paralysis? batin Isabel seraya menutup pintu loker miliknya.
Ia telah membaca buku yang menjelaskan berbagai macam penyakit gangguan tidur. Dan apa yang Isabel alami selama ini mirip dengan gejala penyakit sleep paralysis.
Tapi kenapa mimpi itu selalu sama dan kerap mengusik tidurnya.Seolah-olah bayangan hitam itu benar-benar datang untuk membunuhnya.
Isabel ingat betul saat pertama kali didatangi mimpi buruk itu. Tepat seminggu setelah kematian Gabriella. Berarti nyaris sepuluh tahun!
Tapi bagaimana jika suatu saat nanti ia mengalami mimpi mengerikan itu dan tidak bisa terjaga selamanya.
Dan entah sampai kapan ia akan bertahan menjalani hidup dengan dihantui mimpi yang sama setiap malamnya...
Isabel tersentak dari lamunannya tatkala bahunya bertubrukan dengan seseorang.
Entah siapa dan dari jurusan mana gadis sebaya dirinya yang baru saja ia tabrak itu. Namun tatapan matanya yang tajam seperti menghunjam kedalam jantung Isabel.
Gadis itu mengingatkan Isabel pada seseorang. Wajahnya yang dingin dan angkuh serta sorot matanya yang tajam mirip dengan seseorang yang ia kenal. Tapi siapa...
Astaga! pekik Isabel dalam hati.
Isabel membalikkan tubuh untuk melihat gadis yang ia tabrak tadi. Tapi tidak ada. Gadis itu telah menghilang di balik tikungan koridor.
Gaby, gumam Isabel bergetar. Gadis itu mengingatkannya kembali pada saudara kembarnya yang telah meninggal sepuluh tahun yang lalu . Wajah yang dingin dan angkuh, serta sorot matanya yang tajam adalah kepunyaan Gabriella.
Isabel mempercepat langkahnya keluar dari area kampus dan segera kembali ke rumah...


Entah bagaimana wajah Gabriella seandainya ia masih hidup sekarang. Seberapa mirip dirinya dengan Isabel...
Tidak ada satupun benda milik Gabriella yang tersisa. Semua foto masa kecil mereka berdua telah disingkirkan semenjak hari itu. Mainan, boneka dan pakaian miliknya juga telah disimpan di gudang belakang. Hingga tidak ada satupun benda kenangan yang mengingatkan Isabel akan saudara kembarnya. Seakan ia ingin mengubur kenangan Gabriella dalam-dalam.
Namun Isabel masih ingat betul kejadian sepuluh tahun yang lalu. Dimana hari itu ia bertengkar dengan Gabriella didekat danau dibelakang rumah lama mereka.
"Kenapa kau tidak mau meminjamkan bonekamu? Aku kan hanya ingin meminjamnya sebentar,"ucap Gabriella kala itu.
Sementara Isabel masih memegang erat-erat boneka itu ditangannya.
Isabel diam tak menyahut. Namun tatapannya menyorot penuh dendam pada Gabriella.
"Berikan padaku Isabel!"teriak Gabriella kemudian. Tak sabar.
"Tidak!"balas Isabel berteriak."Boneka ini milikku."
"Aku hanya ingin meminjamnya sebentar,Isabel.Kenapa kau tidak mau memberikannya padaku?"desak Gabriella kesal.
Tapi Isabel bersikeras mempertahankan benda kesayangannya.
"Karena aku sangat membencimu,"tegas Isabel mengejutkan saudaranya.
"Apa? Kau membenciku?"ulang Gabriella tak percaya."Tapi kenapa?"desaknya penasaran.
Tapi Isabel bungkam dan tak ingin menjawab pertanyaan saudaranya.
"Kenapa Isabel?"ulang Gabriella kemudian. Ia mengguncang tubuh Isabel kuat-kuat.
Merasa dirinya dipaksa untuk bicara, Isabelpun kehilangan kendali emosinya. Amarah gadis berumur 10 tahun itu meledak. Dan tiba-tiba saja ia mendorong tubuh saudaranya dengan sekuat tenaga.
Byur....
Tubuh Gabriella jatuh kedalam danau. Gadis itu mencoba menggapai-gapaikan tangannya ke tepian danau, tapi malangnya danau itu ternyata lebih dalam dari yang ia kira.
Gabriella berteriak meminta pertolongan pada Isabel. Berharap Isabel akan mengulurkan tangan untuk menolongnya. Tapi Isabel bergeming ditempatnya. Gadis itu terpaku beberapa detik lamanya seraya menatap kearah saudaranya yang tengah berjuang melawan arus danau yang siap menelan tubuh kecilnya.
Hingga akhirnya Gabriella tidak sanggup lagi berjuang untuk bertahan. Perlahan tubuh Gabriella tenggelam dan tidak pernah muncul lagi dipermukaan danau....


Isabel menatap kesekeliling. Gadis itu terperangah manakala mendapati dirinya berada ditempat yang tidak asing. Ia sedang berdiri di tepi danau!
Tidak. Ini tidak nyata. Ini hanya halusinasi. Ini adalah dimensi mimpi. Tapi bagaimana cara untuk keluar dari sini? tanya Isabel gelisah.
"Kenapa kau tidak menyelamatkan aku saat itu Isabel?"
Teguran itu mengusik kegelisahan Isabel. Ia tercekat saat menatap ke tepi danau.Seorang gadis yang mirip dengannya tengah berdiri disana. Sementara tangannya menggenggam sebuah boneka.
"Gaby..."gumam Isabel terbata. Tiba-tiba tubuhnya bergetar. Digerayangi ketakutan mendalam.
"Aku sangat sedih Isabel,"ucap Gabriella sembari menghampiri saudaranya yang sedang dilanda kecemasan."Kenapa kau diam saja saat aku berjuang melawan kematian? Apa kau sengaja melakukan itu padaku?"
Isabel terdiam kelu. Bibirnya tak sanggup untuk berucap sepatahpun.
Siapapun juga, tolong bangunkan aku sekarang!jerit batinnya.
"Apa kau sangat membenciku?"desak Gabriella kemudian. Tangannya yang dingin mencoba untuk menyentuh lengan Isabel."Tapi kenapa? Kenapa kau membenciku?Katakan Isabel!"teriak Gabriella keras.
"Karena kau lebih cantik,"sahut Isabel gemetar."Ayah dan dan ibu lebih menyayangimu. Apa kau tahu itu?"
"Isabel!"seru Gabriella terkejut.Ia tidak mengira saudaranya akan berpikir seperti itu tentangnya."Kenapa kau berpikir seperti itu? Mereka menyayangimu seperti mereka menyayangiku, Isabel!"
"Tidak!"teriak Isabel."Kau tidak tahu apa-apa,Gaby. Ayah dan ibu lebih memperhatikanmu ketimbang aku. Mereka pasti akan membelikan apapun yang kau mau. Tapi tidak jika aku yang memintanya. Dan jika kau tidak ada, mereka akan lebih memperhatikanku. Itu lebih baik bagiku."
"Astaga, Isabel!"
Gabriella terkejut mendengar pengakuan saudaranya. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan Isabel.
"Kau salah paham Isabel,"ucap Gabriella kemudian."Mereka tidak lebih menyayangi siapapun diantara kita,"jelas Gabriella. Namun penjelasan apapun kiranya tak bisa membuat Isabel mengerti.
"Aku benci mereka..."gumam Isabel lirih.
Gabriella mendesah berat.
"Aku tidak tahu kau sejahat ini Isabel,"ucap Gabriella pada saudaranya."Aku tidak tahu apa yang salah denganmu. Tapi apapun yang terjadi kau tetap saudaraku."
"Bawa aku bersamamu, Gaby,"pinta Isabel beberapa saat kemudian. Tangannya berusaha menggapai tangan Gabriella.
"Tidak Isabel,"tolak Gabriella."Kalau kau pergi, bagaimana dengan ayah dan ibu? Pikirkan perasaan mereka..."
Namun Isabel menggeleng. Menolak pernyataan Gabriella.


"Isabel! Isabel!"
Teriakan itu membuyarkan semuanya. Dalam sekejap saja semuanya berubah gelap dan Isabel segera membuka matanya.
Tidak ada Gabriella disisinya. Hanya ada ibunya yang berselimutkan rasa panik dan cemas melihat Isabel.
Gadis itu mencoba bangun. Tubuhnya yang basah kuyup terbaring diatas lantai kamar mandi.
"Ada apa?"gumam gadis itu bertanya.
"Kau sudah lupa apa yang baru saja kau lakukan?"ibunya membalas dengan pertanyaan."Kau sengaja ingin menenggelamkan diri di bath tube. Apa kau lupa itu?"
Astaga! Isabel terhenyak mendengar pengakuan ibunya.
"Apa sebenarnya yang terjadi denganmu Isabel?"desak ibunya khawatir."Apa kau baik-baik saja? Apa yang mengganggu pikiranmu? Coba katakan pada ibu,"suruh ibu Isabel.
Namun Isabel tak ingin bicara. Gadis itu bangkit dan berjalan ke kamarnya.
Ada sesuatu yang tidak beres dengan anak itu, batin ibu Isabel sambil menatap punggung putrinya.
"Besok kita ke dokter,"seru ibu Isabel seraya menyusul langkah putrinya."Kau harus konsultasi dengan psikiater, Isabel."
Psikiater?batin Isabel terkejut.
"Apa ibu pikir aku gila?"tanya Isabel dengan sinis.
"Tapi kelakuanmu aneh akhir-akhir ini Isabel,"ucap ibunya.
Isabel tak menyahut kali ini. Ia mengganti pakaiannya yang basah dengan gaun tidur. Lantas ia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur tanpa mempedulikan ibunya.


Ibu Isabel hanya bisa menatap putrinya dengan pandangan sayu. Kasihan Isabel..
Semenjak hari dimana ia mencoba bunuh diri, kelakuannya semakin bertambah aneh. Kini ia hanya melamun seharian dikamar tanpa berbuat apa-apa. Ia bahkan telah berhenti kuliah.
Keadaannya bertambah parah. Tubuhnya kian kurus dan wajahnya pucat. Ia juga tidak mau bicara bahkan pada ibunya sekalipun. Psikiaterpun tak bisa menangani Isabel.
Ibu dan ayah Isabel telah menyerah melihat keadaan putrinya. Hanya pada Tuhan saja mereka menyerahkan nasib Isabel....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar