Jumat, 30 Oktober 2015

My Neighbour


Tak ada yang berbeda dari biasanya.Rumah diseberang tampak sepi nyaris seperti tak berpenghuni. Pemiliknya adalah seorang wanita paruh baya yang tinggal disana bersama seekor anjing kesayangannya.Wanita itu tampak sangat menikmati hidupnya.Mengasingkan diri dari kehidupan sosial dan lebih memilih tinggal berdua saja dengan hewan piaraannya.
Tapi kehidupan seperti itu tampak tidak normal seperti kelihatannya.Aku mendengar desas desus jika wanita itu sering melakukan hubungan intim dengan anjing piaraannya.Hhh...aku bergidik jika membayangkan hal itu.
Kenapa ada orang seperti itu didunia ini?
Sementara rumah disebelah rumah wanita itu yang berjarak sekitar sepuluh meter tampak terbuka pintu gerbangnya.Dan beberapa menit yang lalu seorang laki-laki tampak keluar dari sana dengan wajah merah penuh amarah.Sudah bisa dipastikan ia baru saja bertengkar dengan istrinya.Aku sudah hafal dengan kejadian seperti itu.Sementara kedua anak mereka yang masih kecil hanya bisa meraung-raung melihat kedua orang tua mereka bertengkar.Kasihan anak-anak tak berdosa itu...

"Miley..."
Selembar selimut menutup kedua pundakku yang terbuka dengan tiba-tiba.Angin yang masuk melalui jendela dihadapanku sudah membuatnya nyaris beku karena dingin.
Jay beralih menutup daun jendela setelah itu.
"Berhentilah mengawasi mereka,"tandasnya seraya mengamati wajahku sekilas.
"Mereka punya kehidupan sendiri dan kitapun sama,"imbuhnya lantas mendorong kursi rodaku beralih ketempat tidur.
Aku sudah tahu.Bahkan sudah ratusan kali ia mengatakan hal yang sama.
"Kehidupan seperti apa yang aku punya?"gumamku."Bahkan aku tak lebih dari seorang zombie."
Roda kursiku berhenti mendadak.
"Kenapa tak berhenti mengeluh dan mencoba melakukan sesuatu yang lebih baik untuk memperbaiki hidupmu?"
Nada bicara Jay terdengar kesal.Laki-laki itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya diruang sebelah dan langsung menemuiku.Namun aku sudah melontarkan kata-kata yang sedikit banyak pasti melukai hatinya.
"Aku tidak ingin melakukan apapun.Aku hanya ingin mengakhiri semua penderitaan ini,"ucapku geram.
"Miley!"
Teriakan Jay tertahan.Jika saja aku sedang tegak berdiri dihadapannya pasti sebuah tamparan keras sudah mendarat dipipiku sekarang.Tapi sayangnya aku hanya teronggok tak berdaya diatas kursi roda sialan itu.
"Aku tak akan bisa berjalan lagi selamanya Jay! Terimalah kenyataan itu!"aku setengah berteriak meski suaraku tak bisa terdengar lantang.
"Berhentilah mengutuk apapun tentang hidupmu,"tandasnya."Masalah ini sudah sering kita bahas dan aku tidak mau lagi membahasnya sekarang atau kapanpun.Apa kau paham?"
Jay mengangkat tubuhku dan membaringkannya dengan kasar.Tak sehalus biasanya.Membuat punggungku yang penat seharian duduk diatas kursi roda terhempas keatas tempat tidur.
"Jangan berpikir apa-apa dan lekaslah tidur,"suruh Jay.Tangan-tangannya cekatan menata selimut untuk menutupi separuh tubuhku.
Tanpa menatapku sama sekali.
Kenapa masih bertahan untuk mengurusi mayat hidup sepertiku? Jay yang bodoh!
Tapi sekeras apapun batinku berteriak Jay tidak akan pernah bisa mendengarnya.Karena ia tak punya kekuatan super untuk mengetahui isi hatiku.
#####

"Kenapa mengkhianatiku Ben? Apa kekuranganku dibanding gadis itu?!"aku berteriak lantang diantara suara musik yang mengalun pelan dari tape mobil milik Ben.Tapi laki-laki itu tetap diam pada tempatnya.Tangan kokohnya erat mencengkeram kemudi.Mengabaikan pertanyaan-pertanyaan gusarku.
"Ben!"aku berteriak kembali.Setengah gila."Jangan tinggalkan aku atau aku akan melompat keluar dari mobil ini!"
Ancamanku tepat sasaran.Tanganku yang semula hendak membuka handle pintu mobil tertahan seketika.Meski itu hanya gertakan bodoh tetap saja Ben mencegah kenekatanku.
"Jangan gila Miley!"
Teriakan Ben membuatku sedikit bergembira atas kemenanganku.Namun itu hanya berlangsung dua detik saja. Detik selanjutnya terjadi begitu cepat.Karena tangan Ben berusaha meraih tanganku yang hendak meraih handle pintu membuat kemudi yang ia pegang sedikit tak terarah.Sedang dari arah berlawanan sebuah truk melaju dengan kencang.Dan waktu serasa terhenti pada sekian detik sesudah itu....

"Ben..."
Aku hanya bisa mengerang lemah saat terjaga dari mimpi buruk itu.Mimpi yang sama setiap malam.Dan selalu menghantui tidur malamku.
Kecelakaan setahun yang lalu itu masih membekas kuat di ingatanku.Tak pernah bisa aku lupakan meski sudah ribuan kali aku mencobanya.Menyisakan kematian Ben dan mematikan seluruh syaraf dikedua kakiku.
Tempat disebelahku kosong tanpa tubuh Jay yang biasa berbaring disana.Mungkin ia sudah terlalu lelah mendapati aku yang selalu terjaga ditengah malam buta.Terbangun dengan mimpi yang sama.
"Jay..."gumamku tersendat.Tenggorokanku kering.Dan tanganku tak mampu menjangkau gelas di ujung meja.Jay tadi menaruhnya terlalu jauh dari jangkauan tanganku.
Pyaar!!
Gelas itu terjatuh ke lantai begitu ujung jariku menyentuh dinding gelas.Memaksaku untuk menyesali keadaan yang menimpaku.
Aku tak akan menangis hanya karena insiden seperti ini.Kejadian seperti sudah berulang kali terjadi dan semua karena kakiku tak bisa digerakkan.Sial!
"Astaga Miley!"seruan Jay memecah kesunyian malam.Mengoyak pikiran dan lamunanku.
Laki-laki itu tergopoh mendekat.Memeriksa kedua tanganku untuk memastikan semuanya baik-baik saja dan tidak tergores sedikitpun.
"Maaf, aku tadi terlalu lelah dan ketiduran dimeja kerjaku,"jelasnya meski aku tak bertanya.
"Bukan karena kau lelah menjagaku?"tanyaku dengan menyunggingkan senyum pahit.
Sepasang mata milik Jay membulat tegang.Menatapku seperti hendak menerkamku.
"Jangan bicara seperti itu lagi, kumohon," pintanya memaksa.
"Aku tidak mau kau terpaksa merawatku hanya karena iba melihat keadaanku,Jay.Aku tidak berguna sama sekali.Dan aku tidak lebih baik dari seonggok sampah..."
"Ssstt..."Jay meraih tubuhku tiba-tiba kedalam dekapannya."Aku menikahimu bukan karena kasihan atau rasa kemanusiaan tapi karena aku mencintaimu Miley.Apapun adanya dirimu, kau sudah tahu itu kan?"
Air mataku meleleh tiba-tiba.Aku sudah pernah mendengar kalimat ini jauh-jauh hari sebelumnya.Tapi entah mengapa kalimat ini terdengar lain dari sebelumnya.
Aku sadar jauh dilubuk hati aku adalah wanita yang rapuh.Mungkin terapuh didunia.Terpuruk dan menderita.
"Aku sudah menghubungi dokter ternama yang biasa menangani penyakit seperti yang kau derita sekarang.Kita bisa mencoba pengobatan lagi,Miley"ucap Jay sejurus kemudian.
Tapi aku diam tanpa mengajukan protes seperti yang sudah-sudah.Percuma.Apapun upaya yang dilakukan hasilnya akan tetap sama.Tidak ada perubahan sama sekali.Aku tidak akan pernah bisa berjalan lagi.Selamanya...
"Kau sudah tidur?"Jay mengguncang tubuhku pelan.Aku menyahutinya dengan gumaman kecil.
Aku tidak ingin mendengar apa-apa Jay.Aku hanya ingin tidur sekarang.Didalam pelukanmu...

#####
Ah...
Aku tersentak dari tidur kecilku.Dan tersadar jika aku masih berada diatas kursi rodaku.Ponsel yang semula berada diatas pangkuanku terjatuh bersamaan dengan terbukanya mataku.
Baterai ponselku terlontar dari tempatnya.Dan benda itu serupa serpihan tak berguna.
Uh seharusnya aku berhati-hati tadi.Harusnya aku tidak menjatuhkannya...
Oh...laki-laki diseberang rumah tampak keluar dengan membawa sebuah koper besar dan tergesa-gesa pergi.Sementara sang istri tidak tampak mengejar kepergian laki-laki itu.Mungkin ini adalah akhir dari kebersamaan mereka berdua.Menyedihkan.
Lantas bagaimana dengan anak-anak mereka kelak?
Untuk beberapa detik perhatianku teralihkan dari serpihan ponselku. Jay membekaliku benda itu selama ia pergi keluar untuk berbelanja beberapa kebutuhan pokok.Mengantisipasi jika sesuatu terjadi padaku.
Malam telah merayap namun Jay belum kembali.Tak biasanya ia pergi selama ini.Kenapa aku merasakan ada sesuatu yang terjadi padanya.Jay...
Ohh...
Tubuhku terjatuh dari atas kursi roda saat tanganku hendak menjangkau ponselku.Tanganku tak mampu menjangkau benda itu,sial.
Tangan kananku sakit.Mungkin terkilir saat aku berusaha menjangkau ponselku.
Lap!
Oh Tuhan...pekikku tertahan.Listrik diruangan itu mendadak padam.Padahal tak ada angin ataupun hujan.
Padahal aku sangat benci dengan kegelapan.
Tanganku berhasil meraih ponsel tapi aku tak bisa memasang baterai yang telah terlepas tadi.Tanpa bantuan cahaya mataku sulit untuk melihat.
Perasaanku mendadak aneh.Angin dingin bertiup dibelakang tengkukku.Apa ini gerangan?Hantukah atau halusinasiku karena tak bisa melihat dalam kegelapan.
Jantungku serasa berhenti berdetak saat itu juga.Sesuatu yang dingin entah itu apa tapi yang pasti merayap dari ujung kakiku dan bergerak keatas.
Jay...gumamku gemetar.Tolong aku!
Namun ia tak berhenti disitu.Ia bergerak terus sampai keleherku dan perlahan berhenti disana.
Aku terbatuk.Dan nafasku mulai sesak saat tangan misterius itu mencekik leherku.
Aku tak melihat apapun kecuali gelap.Tanganku juga tak bisa menyentuh apapun sesuatu yang menyerangku itu.Tanganku hanya bisa menggapai tak tentu.
Tolong aku Jay! Mungkin ini permintaanku yang terakhir sebelum tangan-tangan misterius itu berhasil menghabisiku perlahan-lahan.
Tubuhku nyaris tak berdaya.Nafasku juga tinggal satu-satu.Mungkin ini adalah akhir penderitaanku...
#####

Jay!!!
Aku memekik kuat-kuat namun tertahan di tenggorokan.Tanganku tak menangkap angin kosong belaka.
Tanganku mencengkeram erat-erat lengan Jay.Sementara tangan kokoh itu masih menyentuh leherku meski bukan lagi berbentuk sebuah cekikan.
Apa yang kau lakukan padaku Jay? tanya batinku.Namun hanya pergerakan bola mataku saja yang bisa mengatakan pertanyaan itu.
"Kau ingin membunuhku?"meski sedikit tersendat akhirnya bibirku bisa mengatakan sebuah pertanyaan pada Jay.
Jay menghembuskan nafas.Antara gelisah dan kacau.Tangannya telah tersingkir dari leherku beberapa detik lalu.
Laki-laki itu tampak bingung.
Dan sikapnya telah memberiku jawaban atas pertanyaan yang kuajukan tadi.
"Kenapa tidak kau lakukan saja?"gumamku gemetar.Aku sadar apa yang baru saja kukatakan padanya.
"Tidak Miley..."
"Kenapa Jay?!"aku berteriak histeris."Kau sangat tahu aku sudah lelah dengan semua ini.Kenapa tidak menghabisiku sekalian.Biar aku tidak merasakan penderitaan ini seumur hidupku.Bunuh aku Jay..."
Kedua tanganku mencengkeram kerah jaket ditubuh Jay seraya mengguncangnya keras-keras.
Tangisku pecah tak tertahan saat itu juga.Sementara Jay malah menarikku kedalam pelukannya meski aku berontak sekuat tenaga untuk menghindarinya.
"Bunuh aku Jay..."aku bergumam dalam tangisan.
#####
Tubuhku meringkuk dibalik selimut tebal yang diletakkan Jay beberapa waktu yang lalu.Kedua mataku masih basah sementara Jay mengusap kepalaku perlahan secara berkala.Laki-laki itu berbaring dibelakang punggungku tanpa suara.
Entahlah.Bukan hangat dan nyaman yang kudapati sekarang.Melainkan rasa takut dan gelisah terus melanda dadaku.
Aku seperti berbaring didalam dekapan sayap iblis yang siap menghunjamkan maut kedalam dadaku kapan saja.Padahal selama ini aku telah menganggapnya seperti seorang malaikat yang sempurna namun tanpa sayap.Jay...
"Aku tidak bermaksud seperti itu,"gumamnya disertai kecupan ringan keatas keningku.
Ia terbukti mencekikku tapi masih bisa mengatakan tidak bermaksud melakukan itu padaku.Sudah gilakah dirinya?
"Aku tahu kau lelah menjagaku Jay,"aku balas bergumam."Kalaupun aku mati ditanganmu, aku tidak akan pernah menuntut dosa padamu."
"Miley..."laki-laki itu memeluk punggungku kemudian.Lantas samar-samar kudengar isakan tangis dari belakang telingaku.Jay menangis?batinku tak percaya.
Sebenarnya apa yang bergejolak dipikirannya saat ini?tanya hatiku gelisah.Kenapa aku sama sekali tidak bisa menduganya?
Tinggal bersamanya selama setengah tahun terakhir membuatku perlahan menyukai Jay.Kepribadian dan kebiasaannya sudah begitu akrab dipikiranku.Dan aku berhasil menumbuhkan cinta dihatiku padanya.
Tapi saat ini aku lebih merasa laki-laki itu menjadi sosok terasing yang pernah kukenal.Bahkan aku nyaris tak mengenali karakter dan kepribadiannya saat ini.
"Maafkan aku Miley..."desahnya sejurus kemudian.Setelah ia berhasil meredakan isak."Akulah orang yang paling bertanggung jawab atas apa yang menimpamu."
Aku sedikit terhenyak mendengar ucapannya.Dan aku juga tidak mengerti maksudnya.
"Apa maksudmu?"tanyaku.
Tapi bukan jawaban yang ia berikan.Jay hanya mempererat pelukannya ke tubuhku.Desah nafasnya berhembus hangat kewajahku.
"Kau kenapa Jay?Aku merasa tak mengenalimu lagi sekarang.Kau bukan Jay yang biasanya.Ada apa sebenarnya?Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"aku bertanya kembali.
Beberapa detik telah berlalu namun hanya sepi yang mengisi kamar kami.Mencekam.
"Akulah yang telah merencanakan semua ini dengan Ben,Miley..."
Aku tertegun sejenak.Kemana arah pembicaraan ini sebenarnya?
"Aku tidak mengerti apa..."senyum pahitku tersendat.
"Ben dan aku hanya memanfaatkanmu Miley,"tandas Jay bergetar.Laki-laki itu melepaskan tubuhku lantas duduk bersandar pada tumpukan bantal.Kini aku bisa melihat betapa kacaunya wajah Jay.
Dan aku masih diam ditempat menunggu penjelasan berikutnya.
"Kami bertaruh untuk mendapatkanmu saat itu hanya demi sepasang sepatu olah raga.Mulanya aku hanya bercanda.Tapi Ben menanggapinya dengan serius,"papar Jay berterus terang.Sedang aku hanya melongo tanpa ekspresi ditempatku.
"Tapi kau lebih menyukai Ben.Ben yang cerdas, mapan dan keren.Ben memang selalu begitu.Digilai cewek-cewek.Berbeda denganku yang sederhana dan biasa-biasa saja,"sambungnya kembali."Dan perlu kau ketahui jika Ben sudah punya kekasih saat itu.Dan kau menduga Ben-lah yang berselingkuh.Padahal kaulah selingkuhan Ben."
"Dan kecelakaan itu?"gumamku tanpa sadar.
"Itu murni kecelakaan,"sahutnya dengan menoleh padaku."Aku sama sekali tidak terlibat dalam kecelakaan itu."
Iyakah?batinku tak percaya.Mengingat ia nyaris membunuhku beberapa jam yang lalu.
"Lalu kenapa kau merawatku?Apa karena kau merasa bertanggung jawab atas kejadian itu?"tanyaku kemudian.Menyembunyikan gemuruh didalam dadaku.
Jay mendesah gelisah.
"Apa yang dimiliki Ben tidak pernah bisa kumiliki sebelumnya.Tapi akhirnya aku bisa membuktikan pada dunia bahwa aku bisa memiliki apa yang pernah menjadi milik Ben,"jawab Jay membuatku tercengang.
Jadi...
Tubuhku terasa lemas mendadak.Aku tersadar pada kenyataan.Jadi selama ini aku hidup dengan seorang psikopat yang semula kuanggap malaikat itu?
Orang yang sanggup meluluhkan hatiku disaat aku mengalami depresi akut adalah seorang yang mengalami gangguan jiwa?Laki-laki yang kuanggap yang terbaik dan bisa menerima semua kekuranganku itu ternyata tak lebih dari seorang gila yang iri terhadap teman baiknya?
Ternyata sayap yang kuanggap sayap malaikat itu adalah sayap iblis yang siap menusukkan pisau kematian kedalam dadaku...
#####
Aku masih terbaring diatas tempat tidur.Meringkuk malas dibalik selimut tebal dan enggan beranjak dari sana.Bahkan tirai jendela dikamarku masih tertutup rapi.Dan kali ini aku tidak ingin mengetahui apa yang sedang terjadi dibalik tirai itu.Tentang tetanggaku yang selalu menjadi pusat perhatian mataku disetiap waktu senggang.
Aku bahkan enggan mendekat meski hanya untuk menyibakkannya agar sinar matahari bisa menerobos masuk kedalam kamarku.
"Miley..."
Ah, suara yang begitu akrab ditelingaku akhir-akhir ini terdengar asing kini.Entah mengapa...
Selembar roti tebal berlapis krim keju dan segelas susu kedelai Jay letakkan diatas meja dekat tempat tidur.
Sarapan pagi rutinku...
"Makanlah, sejak semalam kau tidak makan sama sekali Miley..."
Aku mendesah kecil mendengar suara Jay.Seperti itulah kebiasaannya setiap hari.Melayani semua kebutuhanku dari pagi hari hingga malam.
"Aku belum lapar Jay,"gumamku malas.
Namun laki-laki itu malah menyibakkan rambut yang menutup dahiku lantas mendaratkan sebuah kecupan disana.
"Makanlah selagi hangat,"suruhnya."Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dan kau harus sudah menghabiskan sarapanmu saat aku kembali nanti,"ucapnya lembut.Aku hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.
Jay menepuk pipiku lembut lantas beranjak pergi ke ruangan disebelah kamarku untuk mengerjakan pekerjaannya.
"Panggil aku jika kau butuh sesuatu!"teriaknya sebelum keluar.
Dan Jay tidak akan pernah menutup pintu kamarku saat aku sendirian berada didalam kamar.
Tapi mataku kembali terpejam tanpa kusadari.Alam bawah sadarku mengajak berimajinasi ke dunia mimpi yang indah dan belum pernah kudatangi sebelumnya...
#####
"Kenapa kau tidak menyentuh makananmu sama sekali?"
Aku tersentak dari tidurku.Suara Jay terdengar sedikit kasar dari biasanya.Menyadarkanku jika perkataannya benar.Aku sama sekali belum menyentuh makanan yang ia hidangkan beberapa waktu yang lalu.
"Aku belum begitu lapar Jay," gumamku seraya berusaha bangkit untuk menyandarkan kepalaku diatas bantal yang lebih tinggi.
Jay melangkah mendekat.Wajahnya tak seramah tadi pagi.Ada apa gerangan?batinku heran.
"Kau tahu,susah payah aku menyiapkan semua ini untukmu.Tapi kau sama sekali tidak menghargai jerih payahku.Jangan memperlakukanku seperti ini.Miley...!" tangan kanan Jay tiba-tiba meraih menarik kepalaku dengan paksa.Membuat rambutku tertarik paksa kuat-kuat.
Aku menjerit kecil sembari menahan rasa sakit dikepalaku.
"Sakit Jay..."rintihku agar ia melepaskan tangannya.Aku tahu takkan bisa melawannya dengan kekuatan fisikku.
"Aku sudah lelah Miley!"teriaknya lantang."Aku tidak mau menghabiskan hidupku hanya untuk merawat orang cacat sepertimu.Aku baru sadar jika sekarang aku menyesal membuat taruhan itu.Aku benar-benar menyesal Miley!"tiba-tiba Jay menyentakkan tangannya dan aku merasa kesakitan luar biasa pada area kepalaku.
Ada apa dengannya?Ia seperti kerasukan setan.Tak biasanya ia sekasar ini padaku.Apa jangan-jangan ia seorang psikopat?
Siapapun juga pasti akan mengalami hal yang sama dengan Jay.Mungkin ini adapah puncak dari semuanya.Stress, lelah dan bosan karena harus terus menjaga orang cacat seperti diriku.Dan aku baru menyadari hal ini sekarang.
Maaf Jay...
"Bunuh aku Jay,"ucapku kemudian.Antara sadar dan tidak.Aku sudah tidak tahu apa yang harus kuperbuat sekarang.
"Ya tentu,"sahut Jay seraya menyeringai.Laki-laki itu berubah dalam sekejap mata.
Laki-laki yang ada dihadapanku bukanlah Jay yang kukenal baik dan lembut.Melainkan iblis jahat yang akan mengantarku pada kematian.
Tangan Jay beralih cepat ke leherku.Mencekikku tanpa ampun dan aku membiarkannya begitu saja tanpa perlawanan.
Mungkin aku sudah terlalu lelah dengan hidup yang kujalani selama ini.
"Hentikan!"
Aku terbatuk saat mendengar suara itu.Bersamaan dengan terlepasnya cengkeraman tangan Jay di leherku.
Seorang laki-laki yang berpakaian polisi menghambur masuk kedalam kamar kami.Menodongkan sebuah pistol dan beberapa anggota polisi lain juga ikut menghambur masuk untuk meringkus Jay.
"Anda baik-baik saja Nyonya?"seorang polisi menanyakan keadaanku sesaat setelah Jay diborgol dan dibawa pergi.Kujawab hanya dengan sebuah anggukan kecil."Kami mendapat laporan dari tetangga Anda kalau mereka mencurigai suami Anda telah menyekap istrinya dan kerap melakukan kekerasan fisik.Apa itu benar?"
Aku hanya terperangah.Tetanggaku?batinku takjub.Bukankah selama ini aku sering memata-matai mereka, tapi kenapa justru mereka yang lebih mengetahui keadaanku?
"Kau baik-baik saja?"seorang wanita mendadak muncul sesaat sebelum sepasang suami istri masuk kedalam kamarku.Wanita itu yang selalu kupikir pernah berhubungan intim dengan anjing piaraannya.Dan sepasang suami istri itu yang kupikir selalu bertengkar sepanjang waktu.Ah, aku hanya bisa menertawai keadaanku sendiri yang tidak lebih baik dari mereka.
"Aku baik-baik saja,"sahutku sesaat setelah petugas medis datang untuk membawaku ke rumah sakit....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar