Kamis, 22 Oktober 2015

JAR OF HEARTS


"Menikahlah dengan Kris..."
Tangan kurus Meyra yang dingin menggenggam tanganku.Sungguh ini adalah satu-satunya pemaksaan halus yang pernah ia lakukan padaku.
"Apakah kau akan menolak permintaan terakhir seseorang yang akan mati?"suara Meyra membuatku tersentak seketika.
"Mey!"pekikku tersendat.Namun gadis itu malah tersenyum simpul.
"Itu kenyataan Rin,"tandasnya seraya melepaskan genggaman tanganku."Aku memang akan mati.Entah besok atau lusa atau mungkin minggu depan.Itupun kalau Tuhan masih memberiku bonus nafas,"imbuhnya seraya tergelak kecil.
Aku tertegun menatap gadis berwajah tirus dihadapanku itu.Bahkan dia masih sempat bercanda disaat seperti ini.Apa dia tidak tahu perasaanku saat ini.Bahkan aku nyaris meledakkan tangis jika saja aku tak bisa menguasai diri.Aku ingin tampak tegar dihadapannya.Hanya untuk kali ini saja.
"Berjanjilah padaku Rin,"Meyra menyentakku."Aku tidak mau saat aku sudah pergi nanti Kris sendirian," gumamnya.
"Tapi idemu ini gila Mey.Sangat sangat gila,"cetusku kesal.
"Aku sadar dengan ucapanku Rin,"tandas Meyra.Wajahnya bertambah pucat dari sebelumnya."Aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan Rin.Aku nyaris tidak punya waktu lagi."
Aku memeluk tubuh Meyra sore itu.Persis saat gerimis turun diluar rumah sakit.Perasaanku dan perasaan Meyra berkecamuk tak karuan.Andai takdir bisa kami ubah...

#####
Aku tidak tahu bagaimana perasaan Kris saat mengucap ijab kabul dihadapan penghulu.Harusnya nama Meyra yang ia sebut saat itu, bukan namaku.Tapi Meyra telah mengatur semuanya sesuai keinginan hatinya.Meski Kris diam tapi aku yakin ia sangat keberatan dengan permintaan Meyra.Bukankah menolak permintaan orang yang akan meninggal tidak baik?
Dan dihari itu juga Meyra pergi meninggalkan kami semua.Satu jam setelah janji pernikahanku dan Kris, tubuh Meyra ambruk.Ia menghembuskan nafas yang terakhir sebelum sempat dibawa kerumah sakit.Leukimia sialan!
Duniaku dan dunia Kris runtuh seketika.Sahabat terbaikku pergi untuk selamanya.Kenapa mesti ada perpisahan setragis ini Tuhan? Namun ratapanku tak berhasil.Aku jatuh pingsan saat pemakaman Meyra.Sedang aku tidak tahu bagaimana kondisi Kris saat itu.Yang pasti ia lebih hancur dari yang tampak diluar.Pernikahan yang harusnya menjadi hari bahagia mereka berdua berubah menjadi hari pemakaman.
Tuhanku...kuatkan hatiku dan Kris.
#####
Aku dan Kris melanjutkan hidup setelah itu.Aku dan dia sama-sama menyimpan kenangan tentang Meyra meski waktu telah berselang setahun semenjak kepergian Meyra.Tapi kenangan yang disimpan Kris terlampau mendalam untuk gadis yang dicintainya itu.Dan entah kapan ia akan melupakan bayangan Meyra.
Aku pindah ke apartemen Kris semenjak kami berdua menikah.Tapi pernikahan kami tidak layak disebut sebagai pernikahan.Pernikahan itu hanya sebatas perjanjian hitam diatas putih.Tak pernah lebih dari itu.
Kami memiliki kehidupan masing-masing meski kami tinggal berdua.Kami seperti dua orang asing yang sama-sama tersesat dijalan yang sama.Tak ada komunikasi intens seperti layaknya sepasang suami istri.Kami bercakap sekedarnya dan itupun jika perlu.Tak ada kontak fisik sama sekali selama kami menikah.Dan kami sudah menjalani kehidupan seperti ini selama setahun.Entah sampai kapan kami akan hidup seperti ini...
#####
Sekarang aku baru menyadari satu hal tentang Kris.Satu hal yang membuat Meyra jatuh hati bahkan mungkin semua gadis yang mengenal Kris pasti akan merasakan hal yang sama.Begitu juga denganku.Aku jatuh cinta pada Kris perlahan namun pasti.
Laki-laki itu benar-benar telah mencuri hatiku tanpa melakukan sesuatupun.Semua yang ada pada dirinya nyaris sempurna.Dan aku merasa begitu tergila-gila pada sosoknya.Aku merasa beruntung bisa melihatnya setiap hari. Tapi Kris tidak merasakan hal yang sama denganku.Hatinya masih tetap milik Meyra.Dan mungkin untuk selamanya aku tidak akan pernah memiliki cinta Kris.
Aku hanya orang asing yang berada di sekeliling Kris.Yang hanya bisa diam-diam mencintainya.Yang setiap malam hanya bisa memimpikan dirinya.Yang hanya dengan melihat punggungnya saja aku akan bahagia.Ahhh...mencintai seseorang ternyata sesederhana itu namun sangat menyakitkan.
#####

"Rin, belum pulang?!"
Aku tergagap dan buru-buru mengangkat wajahku dari atas meja.Kepalaku sedikit berat hari ini.Mungkin aku kelelahan dengan setumpuk tugas kantor yang mendera kepalaku tiap hari.
"Kamu lembur?"cecar Ricky sembari melangkah ke dekat mejaku.Laki-laki itu melongok jam tangannya sebentar.
"Hmm," gumamku malas.Aku mengangguk sebentar."Kamu mau pulang?Hati-hati ya."
Ricky tergelak seraya mengacak rambutku.
"Mengusirku nih?"tanyanya kemudian.
"No," jawabku."Kupikir kamu akan pulang sekarang,"ucapku.Aku mencoba menegakkan kepala.
"Tadinya begitu.Tapi begitu melihatmu masih disini aku jadi berubah pikiran.Perlu kutemani?"tawarnya manis.
Namun aku menggeleng cepat.
"Aku hampir selesai kok,"balasku.""Kamu pulang duluan saja," suruhku.Tanganku berusaha mendorong tubuh Ricky menjauh namun urung.Mendadak perutku mual.Aku ingin muntah.
"Rin..."Ricky ikut panik melihat perubahan pada diriku."Kamu sakit?"
Aku menggeleng pelan.Aku sendiri tidak tahu apa yang menimpa tubuhku.Mungkin aku masuk angin atau salah makan.
"Kamu hamil Rin?"
Aku tercengang mendengar pertanyaan Ricky.Itu sama sekali tidak benar.Aku bahkan tidak pernah bersentuhan dengan Kris!
Aku tak sempat menjawab pertanyaan Ricky dan segera berlari ke kamar mandi dan menumpahkan apa yang sedari tadi mendesak ingin keluar dari perutku.
#####
Aku tak menemukan Kris diruang tengah begitu aku sampai.Ricky yang mengantarku pulang tadi.
Kris sudah meringkuk pulas di tempat tidurnya.Lagi-lagi aku hanya bisa melihat punggungnya.Namun aku lega mendapatinya sudah ada dirumah.
Laki-laki itu pasti kelelahan bekerja.Apalagi semenjak ia aktif di yayasan kanker tak ada waktu untuk bersantai meski hanya sekedar untuk menonton televisi.Semua itu ia dedikasikan untuk Meyra.
Meyra...Kenapa aku merasa sedikit cemburu padanya? Kris begitu mencintainya dan melakukan apapun untuk mengenang gadis itu tanpa pernah berpikir membuka hati untuk gadis lain.Meyra sangat beruntung memiliki hati Kris.
#####
Entah bagaimana awalnya tiba-tiba saja gosip tentang kehamilanku beredar di kantor.Pasti Ricky sialan itu yang sudah menyebarkan berita itu.Tak masalah jika berita itu benar tapi itu sama sekali tidak benar.Tuhanku...bagaimana ini?
Rekan-rekan dikantorku mendadak heboh dan menyalamiku satu persatu seraya mengucapkan selamat.Aku tak berkutik dan hanya bisa menggeram dalam hati.Tunggu pembalasanku Rick!
"Ampun Rin.Aku keceplosan..."Ricky memelas dihadapanku seraya memasang tampang bersalah.
Aku lemas.Sedianya aku ingin marah tapi aku tidak punya kekuatan untuk memarahinya.Mengingat Ricky-lah satu-satunya sahabat yang aku miliki.
"Sudah terlanjur..."gumamku sembari kembali duduk di kursi.Paling juga gosip akan bertahan beberapa hari.Aku bisa berbohong kalau aku mengalami keguguran dan masalah selesai.
"Kamu marah?"tanya Ricky seraya mengamati ekspresi wajahku.Mencari letak kemarahan yang sempat tersirat disana beberapa detik yang lalu.Namun nihil sekarang.
"Aku tidak marah,"gumamku.Tanganku bergerak memainkan mouse komputer tanpa menghiraukan Ricky.
"Syukur deh,"sorak Ricky pelan."Oh iya,kantor kita akan mengirim staf senior untuk dikirim ke kantor cabang baru di Makassar.Dan berita buruknya tidak ada yang mau dikirim kesana.Semua orang mengajukan alasan masing-masing.Masa harus kita berdua yang harus terbang kesana," celoteh Ricky membuatku tertegun.Biasanya aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu tapi sekarang...
"Untuk berapa lama?"tanyaku pelan.
"Kamu tertarik pergi kesana?"Ricky balik tanya.Matanya sedikit melotot.
"Rick!"teriakku tak sabar.Aku paling tidak suka pertanyaanku dibalas dengan pertanyaan.
"Dua sampai tiga bulan.Mungkin lebih dari itu.Tidak ada yang tahu,"
Entah kenapa tiba-tiba saja aku tertarik dengan pembicaraan Ricky.
"Kenapa bukan kita saja yang pergi kesana?"usulku seraya menjentikkan jari.
"Hoho...bukannya kamu paling takut ketinggian.Apalagi naik pesawat,"tandas Ricky setengah mengejek.
Aku ingin lari sejenak dari Kris, batinku.Ide itu muncul tiba-tiba.
"Kamu mau menemaniku kan?"rayuku pada Ricky.
"Tapi Kris..."
"Kris akan baik-baik saja.Aku kan cuma pergi beberapa bulan bukannya beberapa tahun,"dalihku.
#####
Dadaku sedikit sesak meski pesawat telah tinggal landas beberapa menit yang lalu.Kulihat Ricky sudah terkantuk-kantuk disebelahku.Dia tampak menikmati penerbangan kami menuju Makassar.Tak sepertiku yang sedikit tegang dengan penerbangan kami.
Akhirnya aku dan Ricky yang menjadi perwakilan dari kantor.Tak biasanya aku bepergian sejauh ini.Tapi kali ini aku ingin pergi.Mungkin untuk melarikan diri dari Kris barang beberapa waktu.
Tapi aku sedikit menyesal karena tak sempat pamit pada Kris.Jadwal penerbangan kami terlalu pagi sedangkan Kris masih terlelap.Dan aku tak mau membangunkannya.Aku hanya meninggalkan sebuah pesan diatas kertas untuknya.
"Rileks Rin,"sentak Ricky mengagetkan.Kupikir dia telah tertidur tadi.
Aku tersenyum.Menutupi lamunan.
"Aku baik-baik saja,"gumamku pelan.
"Kamu rindu pada Kris?"
Aku terdiam dan mengalihkan pandangan kearah pramugari cantik yang tengah menawari minuman pada penumpang pesawat.
Mungkin,batinku.Tapi sia-sia.Kris tidak pernah merindukanku sejauh apapun aku pergi.Dia sibuk sepanjang waktu dan tidak sempat untuk memikirkan diriku.
Tapi Ricky tidak pernah tahu hal itu.Sahabatku itu tidak pernah tahu betapa menderitanya diriku selama ini.Bahkan asal mula pernikahankupun dia tidak tahu.
Biar aku sendiri yang menyimpan keluh kesah ini.Toh Ricky juga akan terbebani nantinya.
#####
Huh...dadaku kian menyesak.Aku tak bisa bernafas ketika pesawat mulai berguncang.Suara riuh mulai terdengar memekakkan telingaku.Mataku hanya terpejam sedang tanganku mencengkeram lengan Ricky kuat-kuat.Pesawat ini sedang bermasalah,batinku ketakutan.Dan satu-satunya kemungkinan adalah....
Tidakkkk!!!
"Hey!"aku tergagap mendengar teriakan itu.Suara itu begitu akrab di telingaku.Aku mencari arah sumber suara itu.
Meyra???
Aku tertegun menatap sahabatku itu.Bukankah dia sudah...
"Apa kabarmu Rin?"sapa Meyra manis.Seperti biasa.
Aku hanya menatap sekeliling untuk memastikan keadaan.Aku sedang bermimpi ataukah aku sudah mati.
"Kenapa kau tidak menjaga Kris dengan baik?"desak Meyra tiba-tiba.Tangannya terulur hendak menyentuh pundakku.
"Maaf Mey.."gumamku gugup.Aku tidak bisa memenuhi janjiku dengan baik.
Namun Meyra malah tersenyum pahit.
"Ikutlah denganku Rin.Aku kesepian disana.Aku butuh teman..."
Tangan Meyra seperti mengandung kekuatan sihir.Membuatku begitu tertarik untuk membalasnya.
"Cepatlah Rin..."bujuknya begitu mengiba.
"Aku datang Mey..."
#####
Beberapa detik kemudian aku tersadar.Tubuhku telah terbaring diatas tempat tidur beralaskan sprei putih.Rumah sakit!
Aku mengumpulkan ingatanku yang tersisa.Terakhir kali yang kuingat adalah saat aku berada didalam pesawat.Iya..lantas bagaimana keadaan pesawat itu?
"Kamu sudah bangun?"teguran Ricky membawaku kembali ke dunia nyata.Sahabatku itu tampak sedikit cemas melihatku.
"Apa yang terjadi?"tanyaku cepat.Kepalaku sedikit pusing .
"Kamu pingsan saat pesawat akan mendarat.Kamu bikin orang cemas aja,"
Oh,batinku.Dan mimpiku tentang Meyra?
"Kamu harus menjalani pemeriksaan Rin.Dokter curiga kamu menderita penyakit serius,"imbuh Ricky kemudian.Tangannya mengusap keningku lembut.
"Penyakit apa?"tanyaku seraya tersenyum kecil."Aku baik-baik saja Rick,"tandasku.
"Kita akan tahu setelah kamu menjalani pemeriksaan,ok?"
Oh Tuhan, aku tidak percaya ini.
"Apa Kris tahu hal ini?"
Ricky menggeleng.
"Belum."
"Jangan beritahu dia masalah ini,"ucapku pelan.
"As your wish,"sahut Ricky.
#####
Mataku menelusuri langit-langit kamar rumah sakit.Hampa.Seperti hatiku sekarang.Menyedihkan memang.Tapi itulah keadaanku sekarang.Aku bahkan nyaris tak ingin beranjak dari tempat ini.Aku sudah terlalu letih dengan hidup yang kujalani sekarang.
"Kamu sudah makan?"
Teguran Ricky bahkan terdengar hambar ditelingaku.
"Rin..jangan seperti ini.Kumohon,"ratapnya memelas.
Aku tak menyahut.Hasil tes dokter minggu lalu sudah cukup membuatku drop.Dan aku bahkan tidak mau lagi berjuang untuk apapun sekarang.Bahkan untuk hidup sekalipun.Aku divonis menderita tumor otak ganas dan operasi sekalipun tak bisa menyembuhkannya.Tumor itu akan tetap tumbuh.
Ah tidak.Ini adalah arti mimpiku beberapa waktu yang lalu.Saat Meyra datang dan mengajakku pergi.
"Rin..."perlahan tangan Ricky mengusap air mataku yang menderas tanpa kusadari.Ia memelukku kemudian untuk beberapa saat lamanya.
"Lakukan operasi Rin,"ucapnya sembari melepaskan tubuhku."Paling tidak kamu bisa bertahan untuk beberapa tahun lalu melakukan operasi kembali."
Aku tak menyahut.Aku membuang pandangan kearah tembok.
"Demi Kris,"imbuhnya."Bukankah kamu sangat mencintainya?"
Aku tersenyum pahit.
Aku tidak mau menarik perhatian Kris dengan mengungkapkan penyakitku padanya.Agar dia bersimpati dan jatuh cinta padaku.Aku tidak sejahat itu Rick,batinku.Aku tidak mau melakukannya.Tidak akan.
"Aku tidak pernah mencintainya,"gumamku pelan.Penuh dusta.
"Rin!"pekik Ricky kaget.Ia begitu terpukul mendengar pernyataanku.
"Kumohon jangan katakan apapun padanya ok?"pintaku setengah memaksa pada Ricky.
Ricky mengangguk ragu.Dasar bodoh.
"Peluk aku Rick,"pintaku kemudian. Aku melampiaskan emosi dan tangisku dalam pelukan Ricky.Satu-satunya sahabat yang aku miliki sekarang.Yang selalu mendampingiku disaat-saat terakhir hidupku.
Dan Kris...biarlah dia mencari kebahagiaannya sendiri.Kebahagiaan yang tidak pernah bisa aku berikan padanya.
Aku mencintaimu Kris...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar