Kamis, 22 Oktober 2015

Let Me Love You

"Mom!!"Raya berteriak kencang ketika mamanya menyibakkan tirai yang menutupi jendela kaca sehingga sinar mentari pagi menerobos masuk kedalam kamar gadis berambut merah itu.
"Sampai kapan kamu akan tidur hah?"sahut mama Raya dengan ketus.Wanita itu kesal melihat anak gadisnya masih meringkuk dibalik selimut padahal jam sudah menunjuk jam tujuh pagi.
"Ssshhh..."Raya mendesis geram."I hate this,"gumamnya.
"Cepat bangun dan sarapan,"suruh mama Raya tak sabar."Adikmu sudah menunggu dibawah."
Raya mendengus.Gadis itu nyaris lupa jika dia sudah kembali ke Indonesia.Dan dia punya keluarga yang juga tinggal serumah dengannya.Raisa, adik kandungnya yang kini duduk dibangku sekolah menengah pertama. Sepuluh tahun tinggal di London membuat Raya sedikit melupakan asal usul dan saudara kandungnya.
Raya tertegun menatap hidangan diatas meja makan.Tak ada omelet sosis kesukaannya disana.Padahal setiap pagi Grandma membuatkan menu kesukaannya itu.
"Makanlah seadanya.Mama cuma bisa bikin nasi goreng dan telur dadar,"ucap mama mengejutkan lamunan Raya.Sedang Raisa sudah melahap nasi gorengnya dari tadi.
Raya terdiam.Ia menatap Raisa sejenak.
"Sampai kapan kamu akan bersikap seperti itu?"tegur mama kesal."Kami adalah keluargamu Ray.Dia adik kandungmu.Jangan bersikap seolah-olah kamu merasa asing dirumah ini,"tandasnya kemudian.
Raya menghela nafas panjang.Gadis itu sadar dengan perkataan mamanya.Tapi sulit untuk beradaptasi kembali setelah sekian tahun lamanya.
"Mama tahu nenek sangat memanjakanmu disana.Dan mama nggak bisa memperlakukanmu seperti itu.Maafkan mama Ray,"imbuh mama beberapa saat kemudian.
Andai Grandma masih hidup,keluh Raya dalam hati.Raya juga tidak akan pernah kembali ke Indo.Kalau saja mama tidak memohon untuk kembali...
Terlalu banyak kenangan buruk disini,dan sulit bagi Raya untuk mengatasi perasaan terlukanya.
Raya masih ingat saat ia duduk dibangku sekolah dasar ia sering menjadi bahan olokan teman-temannya.Ia dibully habis-habisan.Bahkan ia sempat mendapat kekerasan fisik dari teman sekelasnya.Gadis malang itu nyaris kehilangan rasa percaya diri dan sempat dirawat dirumah sakit selama dua minggu penuh karena depresi berat. Trauma masa kecil itu tak akan pernah bisa dilupakan oleh Raya seumur hidupnya.
"Papa akan dinas diluar kota untuk beberapa hari.Mama juga akan sibuk mengurusi toko,"ujar mama dari balik dapur."Kamu nggak pa pa kan dirumah sendirian?"
"Ya,"sahut Raya nyaris tak terdengar.
"Aku berangkat dulu Ma,"pamit Raisa usai menghabiskan segelas susu sapi favoritnya.Membuat Raya mual setiap melihat adiknya meminumnya.
"Dah Kak Raya,"seru Raisa sembari mencium pipi Raya dengan manja.Duh anak itu,batin Raya geram.
Sedang mama Raya hanya bisa tersenyum melihat kedua putrinya.Beberapa menit kemudian wanita itu pergi meninggalkan Raya sendirian.
#####
Grandma...
Uh,Raya mendesis pelan.Gadis itu membuka matanya seketika saat bayangan grandma muncul didalam mimpi siang bolongnya.Entah untuk yang keberapa kalinya.
Tidur Raya telah terusik.Seperti biasa.Semenjak ia tiba dirumah ini ia selalu mengalami hal yang sama.Pasti Grandma kesepian di surga sana,batin Raya seraya berangsur turun dari atas tempat tidurnya.
Udara didalam kamar Raya terasa panas dan pengap.Memaksa gadis itu berjalan kearah jendela disisi tempat tidurnya.Ia memang tidak suka membiarkan jendela kamarnya terbuka tapi apa boleh buat.Mau tidak mau ia harus membukanya agar udara panas segera berganti dengan udara segar dari luar.
Hhhh...hawa segar menerpa wajah pucat Raya seketika saat gadis itu membuka daun jendela kamarnya.
"Oh..shit,"desis Raya beberapa detik kemudian.Gadis itu menyadari jika sepuluh meter didepan matanya terbentang sebuah jendela yang sama-sama tengah terbuka.Letaknya persis dihadapan jendela kamarnya hanya terpisah jarak saja.
Seorang cowok tengah berdiri didepan jendela.Sama seperti yang Raya lakukan sekarang.Bedanya cowok itu masih berpenampilan rapi sementara Raya hanya memakai tank top plus rambut acak-acakan.Benar-benar penampilan sempurna untuk orang yang baru saja bangun dari tempat tidurnya.
Sejak kapan jendela itu ada disana?batin Raya bingung.Semenjak tiba dirumah ini ia memang tak pernah tahu jika diseberang jendela kamarnya ada jendela kamar orang lain.Raya memang tak suka jika mamanya membuka jendela kamarnya.
Raya buru-buru menutup kembali daun jendela dengan kesal.Entahlah, ia merasa kacau seketika itu juga.
Tak masalah jika yang berdiri disana adalah seorang nenek-nenek, tapi ini adalah seorang cowok.Huh...menyebalkan.
#####
"Kamu masih ingat Andra?"sentak mama Raya saat Raya hendak menyuapkan sendok kemulutnya.Gadis itu tertegun sejenak sembari menoleh kearah mamanya.
Rasanya asing mendengar nama itu.Atau memang memori otak Raya yang terlampau buruk sehingga tak bisa mengingat nama-nama dari masa kecilnya.
"No,"sahut Raya menyerah."I guess not."
"Andra adalah teman masa kecilmu.Masa kamu nggak ingat sama sekali?"jelas mama Raya mencoba mengingatkan putrinya.
"Itu lho Kak, yang rumahnya persis disebelah rumah kita,"sahut Raisa tiba-tiba."Masa Kak Raya nggak ingat sih?"
Raya mendesah pelan.Mungkin saat itu kepalanya terlalu keras membentur tembok manakala Sheila dan teman-temannya sedang mem-bully dirinya.Sehingga otaknya sedikit mengalami kerusakan.Karena semenjak keluar dari rumah sakit papa Raya segera mengungsikan putrinya kerumah nenek di London.Dan ia tak sempat lagi bertemu dengan teman-temannya.
"Sewaktu kalian masih kecil, kalian sering bermain bersama.Kalian sangat dekat waktu itu, sampai-sampai saat kamu pergi ke London Andra sempat jatuh sakit selama beberapa hari.Masa kamu nggak ingat sedikitpun?"tutur mama Raya.
Raya mendengus pelan.Otaknya tak mampu mengingat sesuatupun tentang nama itu.Yang ia ingat hanya Sheila dan beberapa teman cewek lain yang pernah menyakiti Raya.
"Stop it Mom!"Raya sedikit berteriak."I don't remember anything,"gumamnya seraya beranjak dari sofa.Wajahnya sedikit ditekuk.Kesal.
Mama dan Raisa hanya terperangah menatap kepergian Raya.
"Dia benar-benar sudah jauh berubah.Bahkan mama hampir tidak bisa mengenali sifat putri mama sendiri,"ucap mama Raya.
Raisa tak berkomentar.Hanya menghela nafas sesaat.
#####
Sepasang mata sendu milik Raya menatap lurus kedepan.Kearah jendela yang tertutup diseberang sana.Mencoba menelusuri sisa-sisa ingatan yang mungkin bisa ia gali disana.
Andra...
Raya menelan ludahnya kembali.Kenapa hanya nama itu yang hilang dari ingatannya.Benarkah cowok yang ia lihat kemarin itu adalah sosok dari masa kecilnya yang hilang dari ingatan Raya.
Huh...kepala Raya sedikit sakit kala mencoba mengingat nama itu.
"Ray...Andra datang!"
Raya nyaris pingsan kala mendengar mamanya berteriak.Gadis itu menoleh dan mendapati mamanya tengah berdiri didepan pintu.
"What?"gumam Raya gemetar.
Untuk beberapa detik lamanya Raya membeku ditempatnya berdiri.
Dan detik berikutnya seorang cowok muncul dari balik pintu.Sosok yang sama yang Raya lihat kemarin dibalik jendela diseberang kamarnya.
Raya terperangah kaget.Inikah sosok Andra sahabat masa kecilnya yang sama sekali tak bisa ia ingat itu?
"Hai,"sapa cowok itu manis.
Raya tergagap.Entah mengapa mendadak ia merasa gugup.
"Kamu masih ingat aku?"cecar Andra sembari mendekat."Aku Andra, sahabat masa kecilmu," imbuhnya.Tangan Andra menjabat tangan Raya yang berubah menjadi dingin seketika.
Raya menggeleng pelan.
Namun Andra malah mengembangkan senyumnya.Cowok itu mencoba maklum keadaan Raya mengingat gadis itu pernah mengalami hal buruk dimasa lalunya.
"Ok...nggak pa pa,"ujar Andra kemudian."Kita bisa memulai persahabatan dari awal lagi."
Raya nyengir.Bagaimanapun gadis itu merasa malu dihadapan Andra.Parah, batinnya.Hal sepenting Andra malah ia lupakan.
"Perkenalkan, namaku Andra Darmawan.Umurku 23 tahun.Hobiku makan, tidur dan..."ucapan Andra terhenti karena gadis dihadapannya mulai tersenyum mendengar perkataannya.
"Apa aku begitu lucu sampai-sampai kamu tertawa seperti itu?"tanya Andra pura-pura sewot.Tapi sebenarnya ia senang melihat senyum dibibir Raya.Karena gadis itu tampak menyimpan banyak beban dalam hidupnya.
"No,"sahut Raya menghentikan tawanya.
Andra tersenyum.Kekakuan yang sempat ada kini mulai mencair perlahan diantara mereka berdua.
"Can we be friends now?"tanya Andra beberapa detik kemudian."Maaf kalau bahasa Inggrisku jelek,"lanjutnya sembari nyengir lucu.
Raya mengangguk.Gadis itu meraih jabat tangan yang diulurkan Andra sekali lagi.
Dan persahabatan mereka dimulai dari awal lagi...
#####
Senyum di bibir Raya merekah saat melihat boneka pinguin yang sedang berdiri anggun diatas meja belajar miliknya.Boneka itu adalah hadiah dari Andra seminggu yang lalu sebagai tanda persahabatan mereka berdua.
Ternyata Andra masih ingat betul apa yang disukai Raya meski mereka pernah terpisah jarak dan waktu sekian lama.
Ah..persahabatan yang manis.
Semenjak saat itu hari-hari Raya kian berwarna.Selalu ada keceriaan yang terlukis dimata sendu itu.Senyum yang semakin sering terukir dibibirnya membuat wajah itu cerah dan cantik.
Raya benar-benar bahagia dengan kehadiran Andra.Dunia baru seakan terbentang lebar dihadapannya.
"I love him..."gumam Raya sembari menjangkau boneka pinguin itu dari atas meja.Lantas memeluknya erat-erat seakan boneka itu adalah Andra.
Gadis itu tersenyum meski telah memejamkan matanya.Lantas sebait doa ia baca dalam hati.Tak lupa permintaan kecil ia panjatkan.Agar ia bisa bertemu dengan Andra dalam mimpinya.
Hidup siapa saja bisa berubah saat ia jatuh cinta...
#####
Mama Raya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat putrinya duduk didepan televisi seraya terbahak sendirian.Apa acara kartun itu begitu lucu sampai Raya terbahak segitunya?batin mama heran.Padahal Raya sudah menonton film kartun itu puluhan kali semenjak ia tiba di Indo.Tapi kelakuan anak gadisnya itu tampak sangat berlebihan.Tak biasanya ia gembira seperti itu.
"Tante,"mama Raya nyaris terloncat karena kaget.Karena tiba-tiba saja Andra muncul sembari menepuk pundaknya dari belakang.
"Andra!"pekik mama Raya kesal."Bikin orang kaget aja,"keluhnya.
"Maaf Tante,"Andra nyengir kuda."Ini buat Tante," ucapnya kemudian sembari menyerahkan sebuah keranjang berisi buah-buahan kepada mama Raya.
Belum sempat mengucapkan terima kasih, Andra sudah ngeloyor pergi keruang tengah untuk menemui Raya.
"Raya!"
Andra langsung duduk disebelah gadis itu dan bergegas mengacak rambut Raya dengan gemas.Raya terperangah namun berdecak dalam hati.Oh,prince don't do it again,batinnya kesal.Bagaimanapun juga ia bukanlah seekor anak kucing yang bisa diacak bulunya segemas apapun.
"Nonton apa?"tanya Andra seraya mencomot biskuit cokelat dari atas meja.
Raya tak menyahut.Gadis itu hanya mendehem kecil.
"Ini bagus nggak?"
Sepasang cincin dikeluarkan Andra dari dalam sakunya untuk diperlihatkan pada Raya.Sepasang cincin pernikahan tampaknya.
Raya terpana tak percaya.Secepat inikah,batinnya tak karuan.
"Is it wedding ring?"gumam Raya berdebar.
"Yes,"sahut Andra."Aku akan menikahi seseorang beberapa bulan lagi,"ungkap Andra kemudian.
Raya tertegun setengah panik.
"Who?"tanya Raya.Pelan dan gemetar.Ada sedikit ketakutan dalam nada suaranya.
Andra tersenyum simpul.
"Namanya Stella.Kami telah bertunangan setahun yang lalu.Sekarang dia kuliah di Amerika.Mungkin bulan depan dia akan kembali ke Indo,"papar Andra seraya mengamati sepasang cincin ditangannya.
Oh God!Raya terguncang seketika.Sebuah palu besar seakan telah menghantam dadanya saat itu juga.Raut wajahnya berubah sepucat kertas.Tapi untung Andra tidak mengetahui perubahan diwajah Raya.
Andra bercerita kesana kemari menuturkan tentang kisah cintanya dengan Stella.Dari awal pertemuan mereka dan bla bla bla...
Tapi pikiran Raya telah terbang melayang jauh kedunia yang tak pernah dijamahnya.
Ternyata Raya salah mengartikan kedekatan mereka selama ini.Persahabatan yang kembali terjalin setelah sepuluh tahun terpisah ternyata tak berubah sama sekali.Namanya masih persahabatan.Bukan cinta seperti yang ia impikan selama ini.
Stupid!
#####
"Sudah pagi Ray, kamu nggak bangun?"tegur mama Raya seusai menguak pintu kamar putrinya yang tidak terkunci.Wanita itu melihat Raya masih meringkuk dibalik selimutnya.Padahal matahari telah meninggi.
"Astaga Raya!"pekik mama Raya lantang.Wanita itu berniat membangunkan Raya,tapi begitu tangannya menyentuh kulit gadis itu ia kaget setengah mati.Badan Raya panas.Tidak.Bahkan sangat panas.
Mama Raya panik dan bergegas mencari bantuan.
Setengah jam kemudian Raya dilarikan kerumah sakit terdekat.Papa Raya takut terjadi sesuatu dengan anak gadisnya.
Mama Raya-lah yang paling khawatir dengan keadaan Raya.Padahal Raya baik-baik saja kemarin.Ia tampak sehat dan bahagia.Bahkan ia masih sempat tertawa keras saat menonton film kartun.Tapi sekarang gadis itu terbaring tak berdaya diatas tempat tidur dengan suhu badan yang sangat tinggi.
"Kami masih belum tahu pasti keadaan pasien.Tapi sepertinya ia mengalami guncangan berat.Mungkin semacam depresi akut,"jelas dokter yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.
"Depresi apa?"protes papa Raya setengah emosi."Raya baik-baik saja sampai kemarin.Nggak ada keluhan sama sekali.Dia bahagia dan..."
Kata-kata papa terhenti.Pria itu tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
"Apa kejadian sepuluh tahun yang lalu kembali terulang Pa?"tanya mama Raya seraya menyentuh pundak suaminya.
"Mana mungkin Ma,"sahut papa Raya."Nggak ada kejadian apapun yang memicu trauma Raya.Jadi mana mungkin hal seperti itu terjadi,"sangkal papa Raya.
Mama Raya terdiam.Wanita itu berpikir keras.Tapi sepertinya ia tak menemukan apa-apa.Ia tetap tidak tahu kenapa tiba-tiba Raya jatuh sakit seperti itu.
#####
Tubuh Raya terbaring diatas tempat tidur.Ia sama sekali tak bergerak.Bahkan ia tak merespon saat mama menggenggam tangannya.
Wajahnya pucat dan nafasnya begitu lemah.Gadis itu jatuh koma semenjak pertama kali dibawa ke rumah sakit.
Dan hari ini adalah hari ke-empat ia terbaring disana dalam keadaan koma.Sedang diagnosa dokter sama sekali tak melegakan perasaan semua orang.Raya mengalami guncangan hebat.Depresi berat.Bah... dokter hanya mengatakan omong kosong belaka.Papa hanya bisa mengutuk dokter yang mendiagnosa putrinya.
Obat apapun tak ada gunanya diberikan pada Raya.Gadis itu juga tak mau bangun meski mama, papa ataupun Raisa memohon padanya.Bahkan benda-benda kesayangan Raya sudah diangkut kerumah sakit.Lagu-lagu kesukaan Raya sudah puluhan kali disetel hanya untuk memancing reaksi Raya.Bahkan papa sempat mengiming-imingi gadis itu untuk kembali ke London.Tapi Raya masih bergeming ditempatnya.
Gadis itu sepertinya tidak mau bangun lagi untuk selamanya.
"Bagaimana keadaan Raya,Tante?"
Andra datang membawa seikat bunga mawar merah untuk diletakkan disamping tempat tidur Raya.Karena setahu dia semua gadis didunia ini menyukai mawar.
Mama Raya menggeleng.Seperti menyerah pada takdir.
"Dia seperti nggak mau bangun lagi,"ucap mama Raya sedih.
Andra menghela nafas.Berat.
Terlebih saat mama Raya beranjak pergi dari kamar itu.Meninggalkan Andra berdua saja dengan Raya.
"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu Ray?"gumam Andra geram.Tangannya mencengkeram sprei putih dihadapannya.
"Cepat bangun dan katakan apa yang sedang menimpamu? Kamu sakit apa?!"
Suasana sedikit menegang.Namun sunyi setelah Andra menghentikan luapan emosinya.
Raya masih bergeming.Betapapun Andra ingin gadis itu bangun tapi Raya bersikukuh untuk tetap diam.Jari jemarinya juga tak menunjukkan reaksi sama sekali.
"Kamu masih sahabatku kan?Apa kamu tega membiarkan sahabatmu menderita seperti ini?"keluh Andra memelas.
"Wake up Ray,please..."Andra mengguncang tubuh Raya pelan.
Namun keadaan masih sama seperti sebelumnya.Hanya nafas lemah Raya yang masih terdeteksi monitor.
Hening.Hanya tetes air mata Andra yang mengalir pelan kepipinya.
Jangan biarkan sesuatu yang buruk menimpa Raya, ya Tuhan...
#####
Rintik gerimis turun dari langit yang berwarna kelabu.Ini adalah hujan perdana setelah kemarau panjang melanda.
Suasana segar langsung menyerbu wajah Andra begitu cowok itu membuka daun jendela kamarnya.
Wajahnya tengadah keatas dengan maksud agar tetes air sedikit singgah diwajahnya.
Sepintas kemudian wajahnya beralih ke sisi lain.Ke arah jendela kamar Raya yang terletak diseberang sana.Daun jendela kamar itu tak pernah terbuka lagi semenjak kepergian Raya sebulan lalu.
Yah...Raya telah meninggal sebulan yang lalu tanpa pernah tersadar dari komanya.Dan tidak ada satupun yang tahu penyebab gadis itu mengalami koma.Mungkin hanya Tuhan dan Raya saja yang tahu.
"What are you doing there?Are you happy now?"gumam Andra sendirian.Sementara wajahnya tengadah kembali ke langit.Membayangkan jika Raya sedang berada disana seraya sibuk melukis pelangi untuknya.
Kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku sebelumnya,keluhnya pasrah.
"She loves you."
Andra terperangah mendengar suara asing itu.Ia berbalik dan mendapati Stella berdiri dihadapannya.
Ya Tuhan! Cowok itu nyaris mati ditempat begitu melihat sosok Stella.Gadis itu sangat berbeda dari yang terakhir ia lihat.Sekarang penampilannya berubah drastis.
Sosoknya benar-benar mengingatkannya pada seseorang.Rambut panjang berwarna merah yang diikat sembarangan,sweater bergambar pinguin...
"Stella!"
Stella terbahak dan bergegas berlari ke pelukan Andra.
"I miss you so much,"ucap Stella girang.
Andra tersadar seketika.Sosok Stella mengingatkannya pada Raya.Cara mereka berpenampilan nyaris sama.Cara bicara yang masih kental dengan bahasa Inggrisnya dan apa yang dikatakan Stella tadi?
She loves you...
Otak Andra membeku.Apakah ucapan Stella adalah sebuah jawaban atas pertanyaan yang selalu menjadi misteri untuknya...
Ya Tuhan!pekik Andra dalam hati.Otaknya merangkai kejadian demi kejadian sebelum Raya mengalami koma.
Sore itu ia berkunjung kerumah Raya.Saat itu ia menunjukkan cincin pernikahan pada Raya.Dan keesokan harinya Raya jatuh sakit tiba-tiba.Benar!
Tubuh Andra lemas.Jadi ini yang menyebabkan Raya meninggal.Karena dirinya? Karena Raya shock setelah mendengar rencana pernikahan Andra.Karena sesungguhnya Raya mencintai Andra...
"Are you ok?"tanya Stella.
Karena tiba-tiba saja wajah Andra berubah pucat.
"Yes,i'm fine."

Sorry Raya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar