Jumat, 23 Desember 2016

JAM SEKOLAH (SCHOOL HOUR)


Naya terpekur dimejanya.Menatap kosong ke lembar-lembar buku Kimianya.Padahal Pak Andro sedang menjelaskan rumus-rumus senyawa kimia yang sama sekali tak bisa dipahaminya.Pikirannya dipenuhi hal tentang Dipta.

Namanya Pradipta.Cowok berkaca mata minus nan pendiam dan berpenampilan cupu itu menjadi perbincangan semenjak ia masuk ke kelas Naya.Kabarnya ia pindah ke SMU 8 ini karena mengikuti kepindahan orang tuanya.Tampaknya anak-anak mulai suka untuk membully Dipta karena sifat pendiam dan cupu-nya itu.Terlebih Dipta tampak lemah dan sedikit mengalah.Atau mungkin ia sengaja mengalah karena takut dan tidak mau ada perkelahian atau ia memang seorang pecundang.Entahlah...

"Baiklah anak-anak,latihan soal halaman 34 kerjakan dirumah.Besok dikumpulkan.Selamat siang..."

"Siang Pak!"

Anak-anak mulai berhamburan meninggalkan bangkunya masing-masing.Perut mereka pasti keroncongan setelah dikuras habis-habisan pada pelajaran Kimia tadi.

"Kamu nggak ke kantin Nay?"seru Femma yang sudah bersiap meluncur kekantin.

"Kamu duluan aja,ntar aku nyusul,"balas Naya seraya mengemasi buku-bukunya.

"Yoi...aku tunggu dikantin ya!"Sejurus kemudian sosok Femma telah menghilang dibalik pintu kelas.

Dia masih duduk disana,batin Naya melirik sekilas ke bangku Dipta.Cowok itu duduk dibangku paling belakang.Di pojokan.Ia juga mengemasi buku-bukunya seperti yang Naya lakukan.

Naya bergegas keluar kelas saat Dipta juga akan meninggalkan bangkunya.Cewek itu tergesa meluncur kekantin.

#

"Jangan makan mi instan terus Nay,kasihan tuh usus kamu,"celutuk Femma ketika Naya datang membawa mangkuk mi instannya.Juga segelas teh dingin.

"Kamu ini mirip emak-emak tahu nggak,"desis Naya cemberut."Justru disinilah aku bisa makan mi instan sepuasnya.Karena mami nggak pernah mengizinkan mi instan masuk rumah kami,"papar Naya sembari mengaduk mi instannya.Berharap bumbu dan mi nya cepat tercampur dan ia bisa segera melahap makanan favoritnya itu.

"Iya,tapi nggak tiap hari juga kali,"cetus Femma kesal.Ia lebih suka menu nasi pecel ketimbang mi instan.Tapi ditegur berapa kalipun Naya tetap bandel.

Aarrgghh...sial,batin Naya kesal.Lagi-lagi matanya mendapati sosok Dipta diujung sana sedang menikmati makanannya.Dipta memang bukan sedang memata-matainya,tapi ia merasa tak nyaman ketika mereka berada disatu tempat yang sama.Apalagi jika mereka bertatapan secara tak sengaja.

"Hai Naya,makan apa nih?"

Naya mendongakkan kepalanya saat mendapat teguran seperti itu.Alex sedang memasang muka termanisnya untuk Naya.Seantero kelas tahu jika Alex menaruh hati pada Naya.Ia sering mendekati dan menggoda Naya.Tapi sepertinya Naya tak begitu menyukai Alex.Karena Alex adalah "preman" dikelas mereka.Meski pada saat-saat tertentu Alex bisa menjadi pahlawan.

"Jangan makan mi terus dong Beb,"ucap Alex setelah mengintip isi mangkuk Naya."Nggak baik buat kesehatan kamu loh.Apalagi kayaknya kamu jarang makan sayur tuh..."

Naya mendengus kesal.Alex memang benar dalam dua hal.Mi instan tidak baik untuk kesehatan dan juga Naya jarang mengkonsumsi sayuran.Karena Naya tak suka makan sayur sejak kecil.Kalaupun ia makan sayur itu pasti gara-gara dipaksa maminya.

"Duuhhh...segitu perhatiannya si Alex,"olok Femma seraya mengedipkan sebelah matanya pada Naya.

"Apa-apaan sih kalian,"gerutu Naya.Ia bersikap acuh dan kembali melahap mi nya sampai habis.

"Aku ke lapangan dulu ya,"pamit Alex."Daaa Naya..."

Naya tak merespon.Hanya menatap jutek ke arah Alex yang sedang melambaikan tangannya kepada Naya.

"Kalau dilihat-lihat Alex ganteng juga loh Nay,"bisik Femma seraya menyenggol lengan Naya.

"Apaan sih Fem,"gerutu Naya sewot."Tampang kayak berandalan gitu."

"Tapi kamu suka kan?"

"Nggak."

Disudut sana Dipta masih duduk dengan tenangnya.Dan sekali lagi tatapan mereka bertemu.

#

Naya melangkah dengan lesu.Jarak sekolah dan rumahnya memang dekat.Tapi sinar matahari yang terik terasa membakar kulitnya.Pipinya saja sampai kemerahan.

Naya mampir diwarung kopi tak jauh dari rumahnya untuk membeli sebungkus es teh.Rasa haus menggerogoti kerongkongannya.

"Naya."

Naya tertegun.Ia masih menggigit ujung sedotan es tehnya saat Dipta menghadang langkahnya didepan gang.Tampaknya Dipta sengaja menunggu Naya.

"Aku ingin ngomong sesuatu denganmu,"ucap Dipta.Ia tak tampak seperti si cupu atau sebagainya.

Naya tampak ragu.Ia menatap kesekeliling.Berharap tak ada yang melihat mereka berbincang diluar area sekolah seperti ini.

"Kamu mau apa?"tanya Naya akhirnya.

"Nay,"ucap Dipta kemudian."Apa kamu benar-benar lupa padaku atau kamu sengaja pura-pura nggak kenal aku?Bukankah kita berteman sejak kecil.Kita bertetangga saat di Makasar dulu.Dan kamu pindah saat kita kelas 4 SD.Bahkan kamu menangis saat kita berpisah dulu.Aku masih menyimpan foto-foto dan mainan yang pernah kamu berikan padaku.Apa kamu sudah lupa semua itu?"

Naya terdiam.Ia tampak tak nyaman saat Dipta mengurai masa kecil mereka.

"Nay,kenapa?"tegur Dipta mencoba mengetuk pintu hati Naya.Ia sangat yakin jika Naya masih mengingat masa kecil mereka."Apa kamu malu berteman denganku?"

Naya menghela nafas berat.Ia melepaskan ujung sedotan itu lantas melempar plastik es teh ditangannya ke bak sampah yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Ya!"teriak Naya geram."Aku memang malu punya teman kayak kamu.Harap kamu tahu,aku benci penampilan bodoh kamu,"ujar Naya terus terang.Kalimat itu telah lama mengendap dalam hatinya.

Dipta tersenyum pahit mendengar alasan sahabat masa kecilnya itu.Alasan yang terlalu dibuat-buat.

"Aku memang nggak keren Nay,"sahut Dipta sejurus kemudian."Aku cuma cowok biasa yang mungkin nggak level berteman denganmu.Maaf,jika aku mengungkit masa kecil kita.Kupikir itu berharga buat kamu.Nyatanya aku salah.Cuma aku sendiri yang masih menyimpan kenangan manis itu,"papar Dipta.

Naya melenguh saat menatap Dipta yang berbalik dan melangkah pergi dari hadapannya.

Bodoh,maki Naya dalam hati.Sebenarnya ia tak bermaksud menyakiti persahabatan mereka sewaktu kecil.Tapi keadaan yang membuat Naya bersikap seperti itu meski sesungguhnya ia merasa menyesal.Karena Dipta yang ia kenal dulu tak selemah dan sebodoh itu.Dipta yang ia kenal dulu adalah seorang pemberani dan ceria.Bahkan Dipta-lah yang menolong Naya sewaktu ia diganggu anak-anak kelas 5.Dipta juga yang menghibur saat kucing kesayangan Naya mati tertabrak mobil.Bahkan Dipta rela memecah tabungannya hanya untuk membelikan Naya seekor kelinci sebagai ganti kucing yang mati itu.
Ah...begitu banyak yang Dipta lakukan kala itu.Tapi Naya kehilangan karakter Dipta yang dulu.Dipta telah berubah.

#

Naya mengepalkan tangannya.Geram.
Sementara sorak sorai terdengar riuh dari belakang punggungnya.
Lagi,batin Naya kesal.Kejadian itu terulang kembali.
Buku milik Dipta jadi bulan-bulanan anak-anak.Setelah menyalin PR Kimia mereka tak mengembalikan buku itu pada Dipta,tapi malah melempar benda itu ke udara.Seperti anak kecil yang bermain sepak bola hanya bedanya ini memakai tangan.Pindah dari tangan satu ketangan yang lain,begitu seterusnya.
Dipta sempat meminta bukunya baik-baik,tapi anak-anak itu malah semakin gencar mengerjai Dipta.Cowok itu memilih diam mengalah ketimbang meminta bukunya dengan paksa.Mungkin dengan sikapnya itu,Dipta pikir anak-anak akan mengasihaninya dan mengembalikan buku Dipta.Nyatanya pemikiran Dipta salah.

"Selamat pagi anak-anak!"

Pak Andro memasuki kelas dan buku milik Dipta masih dipegang Alex.Ya Tuhan anak itu,batin Naya geram.

"Oh iya,silakan PR nya kemarin dikumpulkan,"suruh Pak Andro setelah selesai mengabsen seluruh siswa."Bagi yang tidak mengerjakan PR silakan berdiri didepan kelas selama 2 jam pelajaran Bapak."

Dipta sempat terlihat meminta bukunya tapi Alex menolak bahkan ia mengancam Dipta.Dipta tampak pasrah dan lebih memilih berdiri didepan kelas sebagai hukuman atas kelalaiannya tidak mengerjakan PR.Padahal semua tahu jika ia mengerjakan hanya saja Alex menahan buku milik Dipta.

Naya semakin kesal pada Dipta.Terlebih tak ada satupun yang membela Dipta.Semua berpihak pada Alex.Mereka takut pada Alex yang notabene sebagai anak kepala sekolah.Siapapun yang bermasalah dengan Alex harus hengkang dari sekolah ini.Huh...Naya benci situasi ini.Ia benci orang yang memanfaatkan uang dan jabatan.Dan apa yang dilakukan Dipta tadi?Mengalah?Diam?
Naya benci sikap Dipta.Ia harusnya membela diri tadi.Tapi kenapa ia tidak melakukannya?
Dasar bodoh!maki Naya bergumam sendiri.

Dipta tampak bertambah bodoh berdiri didepan kelas seperti itu.Terlebih saat Pak Andro keluar kelas,anak-anak melempari Dipta dengan gumpalan-gumpalan kertas.Disertai ejekan dan tawa sinis mereka.

Kenapa diam saja Dipta?Jika kamu diam saja mereka akan semakin menginjakmu,batin Naya bertubi-tubi.

Inilah yang menahanku untuk kembali berteman denganmu Dipta,keluh Naya.Atau kamu menunggu untuk kuselamatkan seperti yang pernah kamu lakukan padaku?batin Naya.

#

"Nggak makan Nay?"tegur Femma heran.Naya duduk disebelahnya tanpa semangkuk mi instan dan teh dingin.Kali ini ia cuma makan mie gemez dan segelas air mineral.Benar-benar aneh.

"Aku heran,kenapa Dipta diam saja tadi,"gumam Naya sembari menerawang."Kenapa si bodoh itu nggak membela diri?"

"Hmm...kamu betul Nay,"sahut Femma disela-sela makannya."Dia memang seorang pecundang.Pantas saja anak-anak membullynya habis-habisan."

"Aku benci mereka semua,terutama Dipta,"ucap Naya kesal.

"Aku merasa kasihan pada Dipta,"sahut Femma."Tapi seperti yang kita tahu,kita nggak bisa apa-apa.Alex berkuasa dikelas.Sebaiknya kita nggak usah mencari masalah dengannya."

"Percuma kamu mengasihaninya..."kalimat Naya terhenti.Dipta nampak memasuki kantin.Sesaat mereka bertatapan namun Naya langsung membuang muka.

"Tetap saja Nay,itu namanya bullying,"tandas Femma kalem.

"Aku balik kelas dulu Fem,"Naya pamit dan bergegas meninggalkan tempat duduknya.Ia hanya tidak ingin berlama-lama disana dan melihat si bodoh itu.
Si bodoh Dipta...

#

Langkah Naya terhenti.Didepan sana Dipta sedang berdiri dihalte bis tak jauh dari pintu gerbang sekolah.Masih dengan tampang bodohnya.

"Apa kamu sebodoh itu sampai-sampai membiarkan mereka membully kamu seperti itu?"
Naya menghampiri Dipta dan langsung menyerbunya dengan pertanyaan bernada emosi.

Dipta menoleh dan mendapati wajah Naya yang sudah kemerahan karena emosi ditambah sinar matahari yang bersinar garang menerpa kulitnya.Dipta tampak kaget dan bingung.Tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu dari Naya.

"Apa maksudmu?"tanya Dipta sedikit cuek.Ia beralih menatap ke jalan dan mengabaikan Naya.

"Kenapa kamu nggak membela diri saat anak-anak mengerjaimu?"tanya Naya kemudian.Ia tak sabar dengan sikap lemah Dipta.

"Aku memang seperti itu Nay,"ucap Dipta.

"Bodoh!"maki Naya geram."Itulah kenapa aku malu berteman denganmu.Kamu tahu?Dulu kamu adalah pahlawanku,tapi sekarang untuk melindungi diripun kamu nggak bisa,bagaimana kamu akan melindungiku?"

"Semua itu karenamu Nay,"tandas Dipta membuat kening Naya berkerut karena heran."Sejak kamu pergi,aku nggak punya teman.Aku menjauhkan diri dari teman-teman dan memilih untuk belajar.Lama-kelamaan aku terbiasa terkucilkan dan menikmati kesepianku."

"Apa?"gumam Naya kaget."Kenapa kamu bersikap kayak gitu?Dasar bodoh."

"Aku memang bodoh Nay,"tegas Dipta.

"Sekarang ada aku tapi kamu masih bersikap kayak gitu,"gerutu Naya kesal.Tapi saat berdua seperti sekarang,Dipta tak sebodoh itu."Berubahlah Dip.Jadilah seperti dulu.Karena Dipta yang kukenal adalah Dipta yang pemberani dan kuat.Aku yakin sebenarnya kamu masih seperti yang dulu."

Dipta tersenyum.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu?"

Naya menggeleng kecil.
"Firasatku mengatakan seperti itu."

"Ada bis Nay,"seru Dipta cepat."Aku pulang duluan."

Dipta menaiki bis yang berhenti di halte itu.Cowok itu sempat melambaikan tangannya pada Naya sebelum bis itu melaju.

Naya hanya tertegun ditempatnya menatap kearah bis itu.

#

Dipta...
Huh,Naya mendengus kesal.Lagi-lagi cowok itu mengganggu konsentrasinya belajar.Cowok bodoh itu benar-benar keterlaluan.Karena hanya orang bodoh yang diam saja diperlakukan seperti itu.

Naya menutup bukunya.Percuma belajar sementara pikirannya melayang kemana-mana.Cewek itu berniat pergi kekamar mandi tapi tiba-tiba saja rasa sakit menyerang perutnya.

Naya memegangi perutnya yang sakit.Tapi rasa sakit itu benar-benar tidak tertahankan.

"Mami..."Naya berteriak sebisanya."Mi..."

Untung saja mami Naya mendengar teriakan putrinya.Wanita itu kaget setengah mati mendapati putri kesayangannya terkapar dilantai sembari mengerang kesakitan.

"Kamu kenapa sayang?Apa yang sakit?"cerca mami Naya panik.

"Perutku sakit Mi,"gumam Naya seraya menahan rasa sakit.

Mami Naya segera bertindak cepat.Wanita itu bergegas membawa Naya kerumah sakit.

Semoga penyakit Naya tidak parah ya Tuhan,doa mami Naya disela-sela perjalanannya kerumah sakit.

#

"Naya mana Fem?"tegur Alex saat bel istirahat telah berbunyi.

"Dia sakit,"sahut Femma lirih.Biasanya dia dan Naya pergi kekantin bareng,tapi karena Naya sedang sakit ia jadi tak berselera makan.Femma hanya duduk dibangkunya tanpa melakukan apapun.Ia hanya meletakkan kepalanya diatas meja.Lesu.

"Benarkah?Sakit apa dia?Aku jadi khawatir,"ujar Alex bersungguh-sungguh.

"Aku nggak tahu,"sahut Femma kemudian."Dia dibawa kerumah sakit tadi malam."

Naya sakit?

Dipta tertegun dibangkunya.Ia mendengar perbincangan Femma dan Alex tentang Naya.Sakit apa dia?Bukankah dia baik-baik saja kemarin?

"Mami Naya nggak bilang dia dirawat dimana,"tandas Femma lagi."Mami Naya tampaknya nggak ingin kita menjenguk Naya.Mungkin penyakitnya sedikit parah,"sambungnya.

"Kasihan Naya..."sahut Alex sedih.

Diujung sana Dipta juga merasakan hal yang sama.Ia merasa sedih saat mendengar Naya masuk rumah sakit.Sejak kecil Naya memang sering sakit.Karena ia bandel.Malas makan dan tidak begitu memperhatikan kesehatan tubuhnya sendiri.Mungkin karena itulah ia gampang jatuh sakit.

Naya...sahabat kecilku.

#

Setelah tiga hari barulah mami Naya mengizinkan teman-teman Naya menjenguk putrinya dirumah sakit.Saat keadaan Naya sudah berangsur membaik meski belum bisa dibawa pulang dalam waktu dekat.

Naya merasa terhibur dengan kedatangan teman-temannya.Terutama Femma.

"Makanya Nay,jangan makan mi instan terus.Tahu sendiri kan akibatnya,"seloroh Femma.

Naya nyengir.
"Jangan keras-keras Fem,ntar mami dengar,"bisik Naya sedikit sewot.

Namun Femma dan teman-temannya tidak lama berada disana.Femma menyodorkan sebuah majalah remaja sebelum pamit.Sementara yang lain membawa kue, ada juga yang membawa bunga.
Naya merasa berterimakasih sekali.Ia menjadi bersemangat untuk segera sembuh dan kembali kesekolah.

"Kapan Naya boleh pulang Mi?Naya bosan disini,"keluh Naya.

"Mami nggak tahu,"sahut maminya."Mungkin dua atau tiga hari lagi."Mami Naya sibuk mengatur bunga-bunga diatas meja.

"Naya benci rumah sakit,"gumam Naya.

Mami Naya menoleh mendengar keluhan putri kesayangannya.Ia lantas menyodorkan majalah yang diberikan Femma.
"Bacalah,"suruh mami Naya.""Supaya kamu nggak bosan."

Naya menerima majalah itu dan membolak balik halamannya kemudian.Sebenarnya ia tak tertarik untuk membacanya.Ia hanya sekedar membolak balik lembar-lembar majalah itu untuk mengisi kebosanannya.

Hingga suatu ketika tangannya berhenti pada sebuah halaman...

Mata Naya terbelalak saat mendapati foto seorang anak CEO Jaya Group terpampang begitu jelas dihalaman itu.Yang konon seorang foto model dan juga pendiri beberapa yayasan sosial.
Pradipta Angga!

Ya Tuhan!jerit Naya tersendat ditenggorokan.
Dipta anak CEO Jaya Group itu adalah Dipta yang ia kenal.Teman sekelasnya.Sahabat masa kecilnya.

Jadi dia berpenampilan dan bersikap seperti itu hanya untuk menutupi jati dirinya?Rambut culun dan kacamata itu hanya sebagai kedok agar orang lain tidak tahu penampilan Dipta yang sebenarnya?
Naya tertegun tak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Pradipta penipu!jerit batinnya hampir menangis.Dia boleh menyembunyikan jati dirinya dari orang lain,tapi tidak dari Naya.Kenapa pula ia bersikap serendah itu dihadapan anak-anak yang membullynya?Jika paparazi tahu jika dia dibully disekolahnya,apa kata masyarakat.Apa kata ayah dan rekan-rekan bisnisnya.
Dan alasan Dipta waktu itu,ia bersikap lemah dan diam saat dibully itu hanya sebuah tipuan.Yang ia katakan semua karena kepergian Naya-lah yang membuatnya terbiasa sendiri dikucilkan.

Dipta jahat!Naya melempar majalah itu kelantai dengan penuh amarah.

#

Naya tersenyum senang.Setelah sepuluh hari akhirnya ia bisa masuk sekolah lagi dan terbebas dari penjagaan maminya yang tak pernah bosan mengingatkannya untuk minum obat.Dan untuk menjamin kesehatan perut putrinya,mami Naya sengaja membuatkan bekal sehat untuknya.Mungkin terdengar seperti anak TK,tapi semua itu demi kesehatan Naya.

Itu Dipta,batin Naya begitu sampai didepan kelas.Dipta telah duduk tenang dibangkunya menunggu bel masuk.
Si bodoh itu bahkan tidak menjenguknya dirumah sakit.

"Selamat datang Naya!"sambut Femma girang."Aku senang akhirnya kamu masuk sekolah lagi."

"Hoho..."sahut Naya tergelak riang.Ia dan Femma berpelukan sebentar sebelum duduk dibangku masing-masing.

"Kelas jadi sepi nggak ada kamu Nay,"gumam Femma.

"Jangan lebay deh,"Naya terkekeh.

Sementara diujung sana Dipta hanya memandang lepas kearah Naya.Sosok yang dirindukannya beberapa hari terakhir ini.Syukurlah Naya sudah sehat,batinnya.

#

"Naya."

Naya menghentikan gerakan sepatunya.Cewek itu urung masuk kedalam gedung olah raga.

"Kamu lagi,"desis Naya."Mau apa sih?"tanyanya sewot.

"Maaf aku nggak menjenguk kamu dirumah sakit..."

Naya tersenyum sinis.
"Oh,aku maklum kok.Sebagai putra dari CEO Jaya Group dan pendiri beberapa yayasan sosial pasti kamu sangat sibuk dan wajar kalau nggak punya waktu untuk bermain-main,"ujar Naya pedas.

Dipta nampak tercekat.

"Kenapa?"tegur Naya."Bukankah aku benar?Dan sayangnya kedokmu sudah terbongkar.Penipu."

"Nay..."Dipta mengeluarkan suara."Aku nggak menipu.Aku hanya ingin orang nggak tahu siapa aku.Aku takut mereka akan memperlakukanku beda,"jelas Dipta.

"Dan padaku juga?"tanya Naya menyudutkan Dipta.

"Aku nggak bermaksud begitu."

"Bermaksud begitu atau nggak,apa hubungannya denganku,"tandas Naya kasar.

"Nay!"

Dipta mencekal lengan Naya saat cewek itu hendak pergi.

"Lepaskan Dipta,"pinta Naya.

"Aku masih Dipta yang dulu Nay,tapi aku nggak suka orang lain tahu aku yang sebenarnya.Karena itu sangat membebaniku.Aku ingin menjadi orang biasa saat disekolah,dan aku ingin diperlakukan seperti orang biasa juga,"papar Dipta panjang.

"Lalu apa mereka memperlakukan kamu seperti orang biasa saat kamu berpenampilan seperti ini?Nggak kan?!"Naya setengah berteriak.

Dipta terdiam.

"Kenapa nggak menjadi diri sendiri?Apa adanya kamu dan nggak perlu menjadi orang lain.Toh lama-lama mereka akan tahu siapa kamu yang sebenarnya,"ucap Naya.

"Naya!"teriak Femma mengagetkan."Ngapain kamu disini?"Femma menatap Naya dan Dipta bergantian.

Dipta buru-buru melepaskan tangan Naya.

"Yuk masuk Nay,"ajak Femma."Kamu ngapain sama Dipta tadi?"bisik Femma saat mereka telah masuk gedung olah raga.

"Ntar aku ceritain."

#

Naya tak begitu peduli saat terdengar riuh dari luar kelasnya.Anak-anak selalu begitu setiap hari.Bergosip dan heboh tentang sinetron atau artis-artis dalam negeri.

"Nay,"bisik Femma sembari menyikut sahabatnya.

"Hah?"Naya mengangkat kepalanya yang semula tertunduk menyusuri catatan Biologinya.

Dipta?!pekik Naya dalam hati.Cowok itu baru saja lewat disamping mejanya.Tapi dengan penampilan baru.Penampilan Dipta yang sebenarnya!

Rambut culun itu tak ada lagi.Rambut Dipta disisir rapi dan tak lagi menutupi sebagian dahinya.Dan kacamata bodoh itu sudah dibuangnya.Ia persis seperti yang ada dimajalah itu.

Seisi kelas heboh.Mereka baru menyadari jika Dipta benar-benar cool dan tampan.Identitas si putra CEO terkuak saat salah satu teman Naya menyodorkan artikel tentang Dipta kepada teman-temannya.Bahkan Alex tak dapat berkomentar apa-apa.Ia pasti malu dengan apa yang telah ia perbuat pada Dipta.

Naya tertegun.Ucapannya kemarin benar-benar didengar Dipta.

"Benarkah itu Dipta Nay?"bisik Femma tak percaya pada sosok yang kini duduk dibangku belakang.Di pojokan.

"Iya,"sahut Naya cuek.Ia kembali fokus pada buku Biologinya.Ia harus belajar ekstra demi mengejar ketertinggalannya.

"Kalian sudah baikan?"tanya Femma.Kemarin Naya sudah menceritakan semuanya.Tentang persahabatan dimasa kecilnya dengan Dipta.

Naya menggeleng pelan.

"Dia keren Nay,"bisik Femma lagi."Kamu nggak tertarik untuk jadi pacarnya?"goda Femma.

"Dia temanku Fem..."

"Tapi teman jadi pacar sah-sah aja kok,"Femma terkekeh.

"Hush,apaan sih...Pak Faro udah masuk tuh."
Naya melirik sekilas kearah Dipta.Dan sialnya tatapan mata keduanya bertemu tanpa sengaja.Ya,dia memang keren seperti kata Femma,batin Naya.

#

"Apa aku sudah layak jadi temanmu?"

Suara Dipta mengusik telinga Naya.Cewek itu menatap kesekeliling.Dimana Femma?

"Femma sedang ke toilet,"jelas Dipta tanpa Naya bertanya.

"Oh,"Naya menggumam.Sebagian isi kelas telah meninggalkan tempat mereka.Jam istirahat.

"Kamu nggak kekantin?"tanya Dipta kemudian.

"Aku bawa bekal,"sahut Naya."Kamu sendiri?"

Dipta tersenyum.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku."

Naya mendesah.
"Iya mungkin,"sahutnya."Kita bisa berteman."

"Seperti dulu?"

"Apa harus?"

"Kenapa nggak?"

Naya tertegun.Berteman dengan cowok seperti Dipta?Seperti dulu?Mereka bukan anak kecil lagi,dan masalahnya Naya takut jatuh dalam pesona Dipta.Ia benar-benar takut jatuh hati pada Dipta.

"Bagaimana Nay?Kita bisa berteman kan?"tegur Dipta membuyarkan lamunan Naya.

"Iya,"sahut Naya pendek.

#

Semenjak Dipta mengungkap jati dirinya,semua berubah.Ia mendadak jadi populer,seperti bintang yang baru saja jatuh disekolah itu.Bersinar.
Imbasnya banyak cewek dikelas Naya yang menaruh hati pada Dipta.Bahkan dari kelas-kelas lain juga banyak yang menunjukkan ketertarikan pada cowok itu.

Huh,menyebalkan!desis Naya kesal.Kesal pada Dipta pastinya.Karena ia tak suka jika ada cewek yang mendekati Dipta.Harusnya dialah orang yang paling dekat dengan Dipta,bukan cewek lain.

Apa ia sedang dilanda sindrom cemburu?
Ah,Naya menggaruk kepalanya.Betapa bodoh dirinya jika dia cemburu pada Dipta setelah apa yang mereka alami.
Naya hanya teman bagi Dipta.Teman...

Alex yang sedang bermain basket tampak melambai kearah Naya.Cowok itu baru sadar jika ada Naya,gebetannya yang sedang bengong sendirian dipinggir lapangan basket.

Naya tak merespon.

"Hei."

Naya menoleh dan mendapati Dipta telah duduk disampingnya.Ia menyunggingkan senyum.

"Tumben kesini,"celutuk Naya.

"Nyariin kamu,"sahut Dipta kalem.

"Oh,"Naya hanya menggumam pelan.

Tanpa permisi atau apa tiba-tiba Dipta menyodorkan salah satu kabel headsetnya pada Naya.Ia memakaikannya langsung ditelinga kanan Naya.

(So honey now... Take me into your loving arms...
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
Im thinking out loud
Maybe we found love right where we are...)

Bait lagu Ed Sheeran itu menggema ditelinga kanan Naya.Lagu favoritnya!

Naya menatap lurus kearah Dipta.
"Bagaimana kamu tahu kalau itu lagu favoritku?"tanya Naya heran.

"Benarkah?"sambut Dipta sembari tergelak."Itu juga lagu favoritku.Lagu teromantis yang pernah kudengar sepanjang hidupku."

Naya tersenyum.Bahagia.Ternyata ada sesuatu yang menghubungkan dirinya dengan Dipta.

"Kamu pernah jatuh cinta Nay?"tegur Dipta akhirnya.Disaat lagu itu telah berakhir.

"Nggak,"sahut Naya pelan."Kamu sendiri?"

"Pernah."

Jawaban Dipta sedikit membuat Naya kecewa.Orang itu pasti istimewa karena bisa menaklukkan hati Dipta.

"Kamu nggak ingin tahu siapa?"tanya Dipta seraya menoleh."Kebetulan aku menyimpan fotonya didompet."

Naya belum sempat menjawab saat Dipta mengeluarkan dompet dari saku celana abu-abunya.

"Inilah orang yang aku sukai,"tandas Dipta seraya mengulurkan sebuah foto lama yang sedikit lusuh.Tapi gambarnya masih lumayan jelas.

Naya menerima foto itu dan menatapnya lama.Bukankah itu foto dirinya saat berumur lima tahun.Saat ia masuk TK untuk yang pertama kali.Saat itu dia menangis dan...

"Darimana kamu dapat foto ini?Bahkan aku sendiri nggak punya foto ini,"ucap Naya heran.

"Aku mencurinya dari rumahmu,"jawab Dipta.Ia terkekeh.

"Dipta..."Naya menimpuk pundak Dipta keras-keras."Jahat kamu!"

Dipta tergelak riang.

Jadi,sejak kecil Dipta menyukaiku?batin Naya berbunga-bunga.

"Apa sekarang kamu masih menyukai gadis kecil di foto itu?"tanya Naya beberapa saat kemudian.Rasanya ia perlu meyakinkan perasaan Dipta.

"Nggak,"sahut Dipta cepat."Sekarang aku jatuh cinta padanya.Itulah kenapa aku datang kesekolah ini hanya untuk mencarinya,"tandas Dipta.Tatapan mata mereka bertemu tapi kali ini dengan sengaja.

Tapi bel tanda masuk mengacaukan semuanya....

"Yuk masuk,"ajak Dipta sejurus kemudian.

Maybe we found love right where we are...

Entah kenapa baris lagu itu masih bergema ditelinga Naya...

#Tamat#